Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Emangnya Kalau Enggak Sekolah (Sastra), Enggak Boleh Jadi Penulis?


Cangkeman.net - Katanya jadi penulis itu tidak akan kaya, apalagi penulis-penulis yang enggak makan bangku sekolah sastra yang tulisannya seputar kasur, dapur, pupur, dan hati hancur. Ah lagian emang harus yah makan bangku sekolah sastra? Emangnya rayap, makan bangku hehe.

Tapi emang nyatanya gitu sih. Setelah mencoba menulis selama dua tahun ini, aku bukannya kaya, malah ajur-ajuran. Duit yang harusnya bisa buat pergi ke salon, kubuat pergi ke toko buku. Beli buku dari karya penulis sing saiki wis sugih lan terkenal dengan harapan tulisan-tulisan mereka bisa nulari tulisanku. Nyatanya, jangankan nulari terkenal, nulari jadi apik aja enggak. Kan yooo anyeell atiku.

Tapi meskipun tulisanku nggak apik, nyatanya aku berani ikut serta dalam satu event cipta puisi yang diselenggarakan di grup jejaring sosial yang memiliki pengguna terbesar -setelah tiktok-, yaitu pesbuk. Event itu skala pesertanya mencakup se-Indonesia Raya yang tentu diikutu banyak penyair dengan berbagai tingkat pendidikan, intelektual, dan pengalaman.

Dari 700an karya lebih dengan jumlah 400an penyair, satu puisi dari dua puisi yang kukirimkan akhirnya masuk dalam seratus karya terpilih. Uizzz kebayang kan bagaimana senangnya. Salah satu puisi dari penulis dapur, kasur, pupur, bisa tembus dan nyempil di antara puisi dari penyair-penyair nasional.

Bangga, senang, pasti. Bahagia? Tidak juga sih. Kok bisa? Tentu bisa. Yah bagaimana bisa bahagia kalau di mesengasr dan di chat pribadi whatsapp banyak teman-teman yang nyinyirnya keterlaluan.

Sampai bilang secara langsung, "Memang puisimu seperti apa sih, kok bisa lolos? Jurinya ngantuk mungkin..."

Bayangkan bagaimana perasaanku? Asli pingin banget misuh-misuh, mbokne ancuuk, asuu, kerek. Semua sekebun binatang ingin kukeluarkan buat mencabik-cabik mulutnya.

Setelah keberhasilan sedikit demi sedikit kuperoleh, hobi nulis mulai kuseriusin. Hingga satu persatu tulisanku yang kukirim ke media-media online mendapat balasan. Emang rejeki datang tak terduga, tentu saja kusambung dengan tali yang panjang, agar bisa kutarik-tarik lagi.

Meskipun begitu, tak sedikit balasan email-email yang membuatku sedikit gemas. Salah satunya begini:

"Maaf, tulisan kakak belum bisa kami terima. Silakan kirimkan karya selanjutnya."

Ada juga yang minta dikoreksi kembali sesuai dengan persyaratan admin. Sungguh benar-benar membutuhkan kesabaran. Seperti di Cangkeman ini. Melewati drama pesan email balasan yang tak terbaca olehku hingga berhari-hari. Untung deh admin di cangkeman ini baik hati dan tidak sombong. Puisiku bis nongkrong di cangkeman untuk pertama kalinya.

Untuk selanjutnya, aku ingin banget tulisan-tulisanku bisa dimuat di sini lagi dan lagi. Aku juga suka nulis cerpen loh, dengan berbagai kearifan lokal yang aku usung. Terpenting sih, biar teman-teman sosial mediaku pada tau kalau jadi penulis itu enggak harus makan bangku sekolahan dulu. Meskipun tidak bisa, eh bukan tidak bisa juga sih. Aku ralat yah, meskipun belum bisa kaya, setidaknya saat ini aku udah bisa beli kuaci, rokok bercukai resmi, dan beberapa renteng kopi sachetan.

Jadi buat teman-teman yang pernah nyinyirin penulis dapur, kasur. Yuk main ke rumah. Tak traktir rujak cingur dari hasil tulisan yang kalian bilang ancur.

Tulisan ini ditulis oleh Lilin di Cangkeman pada tanggal 21 Desember 2021
siloh
siloh memberi reputasi
1
422
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan