cintadineAvatar border
TS
cintadine
4 Film Lawas Indonesia yang Akan Jadi Kontroversi Jika dirilis di Era Sekarang


Sejarah film Indonesia memang cukup panjang, bahkan sudah dimulai sejak negara kita belum merdeka. Era keemasan film Indonesia di periode 70an hingga 80an tiba-tiba mati di era 90an, entah apa penyebabnya. Namun, perfilman Indonesia berhasil bangkit kembali saat memasuki dekade 2000an dan industri film tanah air kembali bergeliat. Hingga memasuki pertengahan 2010an, kualitas film Indonesia semakin meningkat. Begitu juga dengan jumlah penonton yang datang ke bioskop kerap menyentuh di atas angka satu juta untuk film terlaris di 10 besar sejak 2016. Namun karena pandemi, produksi film nasional harus tersendat dan berimbas pada pendapatan dari tiket.

Di tengah mulai meningkatnya kualitas film Indonesia, ada beberapa film yang menuai pro dan kontra. Sebut saja salah satunya adalah Dua Garis Biru (2019). Film yang dibintangi oleh Angga Yunanda itu menuai kontroversi dari kalangan konservatif dan menunuduh Dua Garis Biru adalah film esek-esek dan mengajarkan seks bebas pada remaja. Padahal dalam kenyataannya, film tersebut adalah film sex education dan mengajarkan betapa bahayanya seks di luar nikah di kalangan remaja.

Kemudian ada juga film "Kucumbu Tubuh Indahku" garapan Garin Nugroho yang juga dikecam oleh kalangan tertentu karena mengandung unsur LGBT. Di era keterbukaan seperti sekarang ini, memproduksi dan merilis film memang harus berhati-hati karena bisa saja ada kelompok yang tak suka filmnya.

Menariknya, ada beberapa film zaman dulu yang ketika filmnya dirilis aman-aman saja tapi kalau dirilis di era sekarang kemungkinan akan memunculkan kontroversi dan kegaduhan. Nah, berikut ini adalah bahasan singkatnya gan.


Arisan! (2003)



Ketika film ini dirilis pada 2003 memang cukup menimbulkan kehebohan tapi kehebohan itu tidak terlalu besar dan toh film ini tetap tayang dan sukses serta tidak ada pemboikotan. Arisan adalah film garapan sutradara Nia Dinata yang skenarionya ditulis oleh Joko Anwar dan merupakan skenario pertama milik sutradara Pengabdi Setan itu dalam karir profesionalnya di bidang perfilman.

Film ini mengisahkan sekelompok pekerja kantoran di ibu kota yang gaya hidupnya penuh tekanan oleh gengsi dan glamor namun sebenarnya menyimpan kepahitan masing-masing. Yang menjadi kontroversi dalam film ini adalah adanya unsur LGBT dan bahkan dijadikan kisah percintaan.

Sakti (Tora Sudiro) menyimpan rahasia dari keluarganya kalau dia gay, dan bertemu dengan Nino (Surya Saputra) yang juga gay. Mereka menjalin hubungan rahasia dan yang paling gila adalah adegan ciuman bibir antara Tora dan Surya!

Nah, bayangkan jika film seperti ini dibuat dan dirilis di era sekarang? Mungkin akan dipersekusi saat proses syuting.



Quickie Express (2007)


Disutradarai oleh Dimas Djayadiningrat dan skenarionya ditulis oleh Joko Anwar, film ini dirilis pada 2007 silam dan dibintangi oleh Tora Sudiro, Aming, dan Lukman Sardi. Film ini ketika dirilis di masa itu terbilang biasa saja dan tak ada kontroversi berarti. Padahal isinya penuh dengan komedi satir dan sindiran. Mengisahkan seorang pemuda yang gagal dalam pekerjaannya dan tiba-tiba ditawari pekerjaan menjadi seorang gigolo, dia adalah Jojo. Awalnya Jojo menolak namun lama kelamaan dia menikmati pekerjaan barunya sebagai gigolo.

Untuk menyembunyikan bisnis gigolo, mereka menyamarkannya sebagai gerai pizza bernama "Quickie Express" sekaligus untuk menghindari kelompok relijius di Jakarta. Ya, "kelompok relijius". Bayangkan saja kalau film ini dirilis di era sekarang dan dengan terang-terangan ada adegan seperti ini? Bisa habis itu si pembuat film.



Penumpasan Pengkhiatan G 30 S (1984)



Ketika dirilis pada 1984, film ini tak mendapatkan pro dan kontra dan lurus-lurus saja. Toh, rakyat saat itu ngangguk-ngangguk saja karena di era orde baru, tak ada yang berani mengkritisi film ini. Seperti yang diketahui, film ini dianggap sebagai film propaganda orde baru yang menarasikan kalau Soeharto adalah seorang superhero dari pertengahan sampai akhir film.

Upaya propaganda itu sangat berhasil dan hingga sekarang film ini akan selalu digoreng setiap tahunnya. Meski demikian, sebenarnya dari aspek teknis film garapan Arifin C Noer ini patut diacungi jempol. Anehnya, belum ada upaya restorasi untuk film tersebut.

Nah, jika film seperti ini dirilis, sudah pasti akan menuai kehebohan. Sutradara nekat macam apa yang berani meremake atau reboot film G 30S di era sekarang? Gila saja.


Atheis (1974)


Sayangnya, film ini bisa dibilang film gagal ketika masa perilisannya. Film yang dibintangi oleh Christin Hakim dan sutradaranya adalah Sjuman Djaya. Padahal, film ini diangkat dari novel masterpiece karangan sastrawan legendaris Indonesia, Achdiat K. Mihadrja.

Dalam novel tersebut diceritakan tokoh utamanya bernama Hasan, seorang pria muslim yang besar kalangan keluarga yang sangat relijius. Hasan berubah menjadi sekuler setelah bersahabat dengan orang yang menganut pahan Marxisme dan mulai meragukan keimannya, akhirnya dia jadi tidak percaya tuhan. Namun ceritanya menjadi rumit ketika Hasan memasuki babak baru.

Jika film Atheis digarap ulang di masa sekarang, kemungkinan akan ditentang oleh kelompok tertentu. Ditambah lagi dalam novel itu endingnya seolah "atheis" seolah menjadi pemenang.

Sekedar info, novel Atheis juga kena kritikan dari kalangan Marxisme karena tak menjelaskan secara akurat seperti apa itu ideologi Marxisme yang sebenarnya.


Nah, gan ada film jadul lainnya gak nih? emoticon-Big Grin

Quote:
Cucigosok
indrag057
igamyid
igamyid dan 7 lainnya memberi reputasi
8
6.3K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan