mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Lewat Petisi, Mensos Risma Didesak Minta Maaf Usai Polemik Ajak Orang Tuli Bicara


JAKARTA, KOMPAS.com – Jaringan Masyarakat Tuli Indonesia meminta Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma meminta maaf karena sudah meminta penyandang disabilitas tuli berbicara dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional pada Rabu (1/12/2021). Jaringan tersebut juga membuat petisi melalui situs Change.org yang berjudul “Ibu Risma, Minta Maaf Yuk karena Sudah Memaksa Teman Tuli Berbicara!”. Per Jumat (10/12/2021) pukul 11.56 WIB, sudah ada lebih dari 9.300 dukungan dari netizen.

“Benar petisi ini dibuat oleh kami dalam Jaringan Masyarakat Tuli Indonesia,” kata perwakilan Jaringan Masyarakat Tuli Indonesia, Ismail saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat.

Ismail menganggap pernyataan Risma adalah bentuk sikap audisme. Ia menjelaskan, audisme adalah sikap ketika seorang yang bisa dengar memaksa orang tuli untuk ikut bicara secara verbal, karena merasa bicara verbal itu lebih baik dibandingkan dengan bahasa isyarat. 

Menurut Ismail, seharusnya Risma tidak sepatutnya memiliki sikap audisme dan seharusnya menganggap sikap ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Terlebih, dalam UU 8/2016 dituliskan bahwa pemerintah harus memfasilitasi komunikasi penyandang disabilitas, termasuk menggunakan bahasa isyarat.
“Mengingat Ibu Risma adalah seorang pejabat publik dan posisinya adalah Menteri Sosial, memiliki sikap audisme ini tentu akan memberikan efek stigma yang berkepanjangan,” kata Ismail

Jaringan Masyarakat Tuli Indonesia berharap, Risma mau menyampaikan permintaan maafnya secara publik, yang disiarkan melalui media massa dan media sosial. Selain itu, salah satu orang tua dari seorang Tuli, Iies Arum Wardhani, mengaku merasa sedih dan terluka mendengar pernyataan Risma yang mengajak anak tuli berbicara.

Iies sangat menyayangkan, sikap Risma yang mempermalukan anak tuli dengan dengan menyodorkan mic, membuka masker, dan berbicara. Iies dan Jaringan Masyarakat Tuli Indonesia menyatakan, orang tuli memiliki hak untuk menentukan sendiri bahasa yang nyaman digunakan setiap orang tuli.

“Tuli hanya tidak bisa mendengar, dan tidak bisa mendengar bukan berarti bodoh. Sebagai Menteri Sosial, Ibu Risma selayaknya menjadi pengayom bagi para penyandang disabilitas dan harusnya bisa memahami bahwa satu ragam disabilitas yang sama dapat memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda,” kata Iies. Iies juga menyebut, penjelasan Mensos Risma yang meminta orang tuli terbiasa bicara agar bisa meminta pertolongan saat terjadi rudapaksaan atau bencana itu tidak pantas.

“Sudah jadi kewajiban negara untuk melindungi mereka dengan menciptakan support system yang aksesibel untuk semua,” imbuhnya. Sebelumnya, berdasarkan siaran dari akun YouTube Kemensos, di acara peringatan HDI 2021, ia meminta penyandang disabilitas mental dan tuli berbicara. Tindakan Risma ini menuai kritik dari penyandang disabilitas tuli bernama Stefan.

Secara terpisah, mantan Wali Kota Surabaya ini membantah sudah memaksa penyandang tuli untuk bicara. Selain untuk mengetes alat bantu dengar yang diberikan, Risma juga ingin melatih mereka agar terbiasa bicara. Risma ingin teman-teman penyandang disabilitas tunarungu bisa mengeluarkan suara jika mereka berada dalam keadaan bahaya.

"Kalau enggak dua kali tiga kali. Itu ada anak tunarungu dirudapaksa. Itu yang saya sedih kenapa saya kemarin mengajarkan (berbicara). Minimal dia bisa bilang tolong," kata Risma di Kantor Kementerian Sosial (Kemensos), Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (2/12/2021).

https://nasional.kompas.com/read/202...tuli?page=all.
Apakah akan minta maaf atau tetap tidak?
pilotugal2an541
pohonrindang11
pohonrindang11 dan pilotugal2an541 memberi reputasi
2
573
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan