Dengan nilai jual tersebut, aku memutuskan untuk investasi dengan menanam porang di lahan subur daerah Pacet, Mojokerto. Dengan modal sebesar Rp 7.500.000 untuk penanaman 5000 bibit porang. Dengan harga per bibit yang sudah siap tanam seharga Rp 1000 dengan Rp 1.500.000 adalah biaya perawatan (pupuk dan jasa merawat tanaman)

Aku memilih investasi porang karena untungnya cukup banyak. Namun kami sepakat untuk memanen porang setelah berumur 2 tahun, jadi cukup tepat kalau aku menganggap ini investasi.
Waktu 2 tahun itu sebenarnya tidak harus dilakukan, aku bisa memanennya dalam waktu 6 bulan saja sebenarnya. Namun itu kami sepakati agar berat porang bisa mencapai minimal 3 kg. Setelah kita ketahui lama memanen dan berat rata-ratanya, mari kita berhitung.

Jadi bisa terlihat kan ya untungnya berapa kali lipat ? Itu hanya menjual umbi porangnya saja. Belum lagi menjual katak porang kepada mereka yang membutuhkan bibit porang. Harga katak porang bisa mencapai Rp 180.000/kg. Sedangkan satu pohon porang bisa menghasilkan sampai 30 katak namun dengan besaran yang bervariasi ya. Terakhir kali aku mencoba beli katak porang, 1 kg berisi 100 katak, dengan besaran sebiji salak. Mari berhitung lagi.


Oia, itu kalau hanya menjual porang basah dan katak porang saja ya, beda lagi kalau kita bisa mengolahnya menjadi tepung. Harganya bisa mencapai Rp 300.000/kg. Aku tidak mau mennghitung ini, karena terlalu banyak uangnya. Jadi sementara dua macam itu saja dulu yang dijual. 
Jadi, itulah investasiku sebagai orang yang masih awam tentang saham dan bitcoin beserta kawan-kawannya. Bagaimana ? Anda tertarik ?