Polisi Akan Periksa 2 Notaris Terkait Kasus Mafia Tanah yang Dialami Nirina Zubir




jpnn.com, JAKARTA - Polda Metro Jaya bakal memeriksa dua notaris dan pejabat pembuat akta tanah yang memalsukan sertifikat tanah milik keluarga aktris Nirina Zubir.

Dua notaris itu diketehui bernama Ina Rosaina dan Edwin Ridwan.

Kasubdit Harda Direskrimum Polda Metro Jaya AKBP Petrus Silalahi mengatakan keduanya akan diperiksa sebagai tersangka pada Senin (22/11).

"Kami menganalisis patut dan wajar, ya sudah, kami tunda pemeriksaan sampai pada hari Senin (22/11)," kata Petrus saat dihubungi, Jumat (19/11).

Petrus enggan bicara soal kemungkinan dilakukan penahanan terhadap 2 notaris tersebut, seperti tiga tersangka lainnya.

Sebab, penyidik akan melihat unsur subjektif dan objektif ihwal penahanan kedua tersangka.

Petrus memastikan kasus mafia tanah yang dialami Nirina Zubir akan terus diusut guna mencari tersangka dan korban lain.

Terkait kasus tersebut, polisi telah menetapkan 5 orang tersangka.

Tiga di antaranya sudah ditahan Polda Metro Jaya yakni Riri Khasmita, Edrianto (suami Riri), dan seorang notaris, Farida. (cr3/jpnn)

Sumber :
https://m.jpnn.com/news/polisi-akan-...-nirina-zubir.

Kunci kasus mafia tanah paling tinggi ada ditangan Oknum notaris/PPAT.
Perlu diketahui bahwa jabatan Notaris dilindungi oleh Undang-undang, pun jika penegak hukum dalam hal ini penyidik ingin memanggil notaris, maka melalui mekanisme yg panjang pula sebelum akhirnya bisa diperiksa oleh penyidik.

Kita coba urut dari awal proses mafia tanah ini..
1. Dahulu Alm ibunda nirina meminta tolong kepada ART riri untuk menguruskan dokumen2 penting salah satunya adalah PBB.
2. Mungkin dengan umur yg sudah tua serta rentannya almarhumah selama hidup, jadi kesempatan emas dan sangat dimungkinkan bagi riri untuk melakukan tindakan pidana, salah satunya dengan menyodorkan surat/Akta Kuasa Jual dari notari, alih-alih untuk hal lain. Proses ini harus dilakukan dihadapan notaris dan langsung dibacakan oleh notaris bukan oleh staff atau orang lain, jika tidak dibacakan oleh notaris, maka akta tersebut batal demi hukum.
Dimungkinkan pula riri bekerjasama dg oknum notaris untuk memalsukan tandatangan almarhumah, kemudian dibuatkan akta kuasa jual yang pada kesimpulannya bahwa atas nama almarhumah, Riri diberi kuasa penuh serta berhak untuk memindatangankan, menjual, men agunkan, memperoleh serta menerima kwitansi serta bukti2 dokumen lainnya, dan lain sebagainya atas sertifikat sertifikat tersebut berdasarkan akta kuasa yang dibuat oleh notaris.
3. Dari dasar akta kuasa jual tersebut, riri melakukan jual beli ke berbagai pihak, serta meng agunkan sertifikat kepada bank.
4. Ahli waris alhamhumah yaitu nirina menggugat riri si pembokat, yg pada akhirnya ketahuan semua bahwa semua aset harta bawaan telah ludes oleh riri, maka timbullah proses pengadilan

Proses pengadilan tidaklah semudah yg dibayangkan, karena ini telah memberikan efek domino kepada berbagai pihak yaitu :
1. Ahli waris almarhumah
2. Tersangka pembokat berikut suaminya
3. Oknum Notaris/PPAT
4. Bank terkait
5. BPN
6. Pembeli pihak ketiga.

Dipastikan gugatan bukan hanya satu kali, nantinya akan muncul gugatan-gugatan baru terutama gugatan perdata.
Sertifikat bakal lama prosesnya untuk kembali ke pemilik asli meski telah ditangkap semua pelaku-pelaku mafia tanah.

Disisi lain, dimungkinkan pula dengan cara damai diantara semua pihak yg terkait.. Justru ini lebih cepat prosesnya, tentunya tidak mengurangi hukuman atas perbuatan tersangka.

Pesan moral yang ingin ane sampaikan adalah...
1. Saling terbuka dalam hubungan keluarga terutama tentang harta bawaan, juga masalah hutang piutang agar dikemudian hari tidak timbul permasalahan.
2. Alangkah baiknya dokumen dokumen penting diurus sendiri atau melalui keluarga dan jangan sampai diserahkan atau diuruskan kepada pembantu maupun orang lain.

Mafia tanah masih banyak mengintai...