Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bangbinyoAvatar border
TS
bangbinyo
Jawara Indonesia di Asian Games IV














Koran Sulindo – Dengan mengucap bismillah sebagai awal kata, Presiden Soekarno pada Jumat, 24 Agustus 1962, tepat pukul 16.00 WIB, secara resmi membuka perhelatan olahraga se-Asia, Asian Games IV. Bendera Asian Games dikerek dan ratusan ekor burung merpati dilepaskan dari sangkarnya.

Ada 1.460 atlet dar 17 negara yang mengikuti upacara pembukaan hajatan olahraga empat tahunan di  Stadion Utama Senayan, Jakarta, itu. Disaksikan kira-kira 100 ribu penonton. Soekarno sendiri memasuki stadion sejam sebelumnya, bersama Menteri Olahraga Maladi.

Koran Suluh Indonesia yang terbit keesokan harinya, 25 Agustus 1962, menggambarkan parade para peserta didahului tetabuhan 25 genderang oleh taruna Akademi Militer Nasional (AMN). Para kadet itu berpakaian cokelat-cokelat dan berbaret merah tua. Yang awal masuk barisan adalah 50 anggota Korps Wanita Angkaran Darat dan 50 anggota AMN yang membawa bendera.

Negara yang mengawali defile adalah Afghanistan, mengenakan jas hitam dan celana putih; diikuti Burma dengan setelan abu-abu gelap, lalu; Borneo Utara, hanya dengan 4 atlet, dengan setelan jas biru dan celana kuning gading.

Acara pembukaan dimeriahkan juga dengan penampilan 1.200 murid sekolah rakyat. Anak-anak itu memperagakan gerakan senam secara massal.

Asian Games IV berlangsung sampai 4 September 1962, mempertandingkan 14 cabang olahraga dan 1 olahraga eksibisi. Perhelatan olahraga ini diwarnai dengan nuansa politik yang kental, ketika Indonesia menolak  memberikan visa kepada atlet dari Israel dan Taiwan. Indonesia menghargai bangsa Arab dan juga Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Sayangnya, RRT tidak ikut serta, sehingga negara Asia yang kuat yang menjadi pesaing  Indonesia pada Asian Games IV sebenarnya hanyalah Jepang.

Kejayaan Bulu Tangkis

Asian Games IV untuk pertama kalinya mempertandingkan bulutangkis, yang kelak menjadi olahraga primadona Indonesia. Pada 25 Agustus 1962, pukul 20.00, dilanjutkan keesokan harinya, 26 Agustus 1962 hingga pukul 22.30, Regu Bulu Tangkis Putri Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor 3-2, dalam pertarungan ketat. Emas pertama untuk Indonesia.

Tim bulu tangkis putri Indonesia terdiri dari Minarni, Retno Kustijah, Corry Kawilarang, dan Happy Herowati. Demikian diberitakan Suluh Indonesia edisi 27 Agustus 1962.

Pada nomor tunggal putri, Minarni mengalahkan rekan senegaranya, Corry Kawilarang 11-4 dan 11-7 pada babak final. Pada nomor ganda putri juga terjadi All Indonesian Final, yakni pasangan Minarni/Retno mengalahkan Herawati/Corry  9-15, 15-12, dan 15-6.

Emas pada tunggal putra diraih Tan Joe Hok, yang menundukkan The Ke Wan dari Malaya dengan skor 15-9 dan 15-3. Lagu Indonesia Raya menurut pemberitaan media berkumandang dua kali berturut-turut pada 1 September 1962 tersebut.

Total Indonesia meraih lima dari enam medali emas yang dipertandingkan. Nomor yang lepas hanya ganda putra yang diambil pasangan Malaysia.

Sarengat dari Banyumas

Medali emas juga diraih dari cabang atletik, pada 100 meter putra, ketika Mohammad Sarengat masuk ke garis finish dengan catatan waktu 10,5 detik.  Sarengat  juga berhasil merebut medali emas keduanya dalam nomor 110 meter gawang putra, dengan catatan waktu 14,3 detik.

“Untukmu, Ibu Pertiwi, kusembahkan lagi sebuah medali emas,” ujar Sarengat seperti dikutip Suluh Indonesia edisi 28 Agustus 1962.

Balap Sepeda

Pada cabang balap sepeda, Indonesia meraih medali emas pada nomor Team Time Trial 100 meter putra, yang diikuti delapan negara.  Tim Indonesia terdiri dari Hendrick Brocks, Wahyu Wahdini, Rusli, dan Amin Priatna.

Hendrik Brocks juga meraih medali emas untuk nomor  Individual Open Race 180 kilometer. Lelaki dengan tinggi tubuh 172 centimeter itu mengayuh sepeda balapnya sambil mengacungkan tinjunya saat memasuki garis finish. Catatan waktunya 5 jam 58 menit 57,3 detik.

Hendrik Brocks kemudian diminta Bung Karno mengganti nama menjadi Hendra Gunawan.  Menurut cerita Hendra kepada Irvan Sjafari pada 30 Oktober 2015, persiapan untuk Asian  Games itu berat. Atlet balap sepeda Indonesia berlatih seminggu enam kali.  “Setiap hari latihan pagi dan sore. Sekitar tiga kali seminggu latihan 200 kilometer di luar kota. Pelatih  kami orang Jerman Timur. Namanya Nitsche. Dia disiplin. Kalau apel pagi jam 6, dia enggak mau tahu kami mau pakai celana pendek, celana kolor, celana panjang, pokoknya harus kumpul,” tutur Hendra.

Menurut Hendra, pelatihnya berkata: “Saya mempertaruhkan nama negara saya, kalau kalian kalah, saya malu dan negara saya malu.  Tetapi kalau kalian menang, saya menang dan negara saya bangga.”

Hal senada juga diungkapkan Aming Priatna. Para atlet balap sepeda Indonesia sempat berlatih di luar negeri bersama atlet-atlet Jerman Timur, Polandia, dan Italia. “Kami berlatih dengan pemecah rekor dunia,” kata Aming, dalam sebuah wawancara November 2015.

Pada cabang ini, di Asian Games IV, Indonesia meraih 3 medali emas dan 1 perunggu dari empat nomor. Indonesia juara umum untuk cabang ini.

Pahlawan Kolam Renang

Arena kolam renang adalah arena yang sulit bagi atlet Indonesia untuk bisa meraih medali emas, karena harus berhadapan dengan atlet-atlet Jepang.  Tiga cabang yang dipertandingkan di kolam renang adalah renang, loncat indah, dan polo air.

Di luar dugaan, seorang remaja putri yang waktu itu masih berusia 18 tahun bernama Lanny Gumulya (Lanny Goei) meraih medali emas untuk  nomor papan tiga meter (springboard). Kemenangannya dramatis, karena yang diunggulkan dan difavoritkan akan menjadi juara adalah dua atlet Jepang, Sakuko Kadokura dan Sakoko Tomoe.

Pada loncatan pertama, Lanny hanya meraih angka 8,40, jauh di bawah Sakoko yang mendapat 9,12. Namun, nilai Lanny di atas Kayoko yang 8,32. Pada loncatan kedua Sakoko meraih 10.03 dan Lanny 9.44.

Para penonton pun menahan napas saat loncatan ketiga dilakukan oleh para atlet. Mereka bersorak ketika tubuh Lanny jatuh disambut air dan meraih nilai 12,54. Pesaingnya Sakoko 10,26.  Seterusnya Lanny unggul hinga loncatan kedelapan dan meraih nilai total 111,12,  unggul di atas Sakoko yang 107,45 dan Kayoko yang 96,50.

Lanny juga meraih medlai perunggu pada nomor papan 10 meter, di bawah Kayoko Tamoe dan Sakuko Kodokura. Indonesia meraih 1 emas dan 2 perunggu pada cabang ini. Perunggu kedua diraih oleh Billy Gumulya, yang masih saudara kandung Lanny.

Dalam Suluh Indonesia edisi 25 Juli 1962, pelatih loncat indah Indonesia, Gong Yang Sing, mengatakan loncat indah merupakan cabang olahraga yang  baru dikenal Indonesia.

Indonesia hanya menyiapkan dua peloncat indah putri, yakni Lanny Gumulya (Lanny Goei) dan Miem Braja.Putranya tiga: E. Sulaiman, Billy Gumulya (Goei Bee Ling), dan Santoso. Mereka disiapkan selama 18 bulan.

Dalam cabang olahraga renang, Indonesia berhadapan dengan supremasi atlet Jepang dan hanya mampu meraih 3 medali perak dan 6 perunggu.  Yang cukup menonjol adalah nama Irish Tobing.

Pada nomor 100 meter gaya dada putri, Irish meraih perak, dengan catatan waktu 1 menit  24,5 detik. Peraih emasnya perenang Jepang, Noriko Yamamoto, yang mencatat 1 menit 23,9 detik.

Irish juga meraih perunggu pada nomor gaya dada putri 200 meter, dengan catatan waktu 3 menit 5,7 detik, di bawah dua atlet Jepang.

Dalam nomor tim, yaitu pada nomor 4 x100 meter estafet gaya berganti putri, Indonesia meraih perak. Perenang Indonesia terdiri dari Oey Lian Nio, Irish Tobing, Lie Lan Hoa, dan Eni Nuraeni. Dengan demikian, total Irish meraih 2 perak dan 1 perunggu.

Perak  juga disabet regu estafet putra pada nomor gaya berganti  4 x 100 meter. Perenang putra terdiri dari Kemal Lubis, Abdul Rasjid, Sudarman, dan A. Dimjati.

Untuk cabang renang Indonesia hanya meraih 3 medali perak dan 6 perunggu dan berada pada posisi ketiga. Jepang mendapatkan 19 medali emas, 16 perak, dan 3 perunggu, disusul Burma 2 emas dan 1 perunggu.

Asian Games 1962 juga merupakan debutan seorang perempuan bernama Lely  Kuntratih, yang setelah menikah dikenal sebagai Lely Sampurno. Ia meraih medali perak pada nomor free pistol 50 meter cabang menembak. Dia bersaing dengan atlet putra. Kehadirannya waktu itu sempat mendapat protes dari negara lain, karena waktu itu belum ada pemisahan antara atlet putra dan putri pada cabang ini. Indonesia meraih 2 perak dan 1 perunggu di canag ini. [Irvan Sjafari]








































BACA SUMBER : https://koransulindo.com/jawara-indo...sian-games-iv/

0
1.1K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan