Quote:
malam.
pasca Indonesia merdeka 1945, dalam situasi negara yang masih belum stabil ada pelbagai pergolakan dan tragedi kekerasan yang silih berganti terjadi, salah satu diantaranya adalah aksi yang dilakukan oleh Raymond Westerling pada sekitaran tahun 1946 di Sulawesi dan 1950 di Bandung.
thread ini mencoba sepintas mengulas kisah sejarah tersebut, semoga belum repost dan bisa menjadi bacaan yang menarik, thanks.
Pengantar Thread
Raymond Westerling adalah bekas Komandan Pasukan Khusus Belanda Depot Speciale Troepen dengan pangkat terakhir Kapten. Namanya lebih dikenal sebagai pemimpin algojo atas pembantaian ribuan orang-orang pro Republik di Sulawesi Selatan yang konon memakan korban 40.000 jiwa menurut sebuah sumber. Dia juga dikenal sebaga otak dan penggerak dari Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung dan Jakarta.
Westerling yang keturunan Belanda, lahir besar di Turki. Ayahnya pedagang barang antik. Dia bersekolah di Turki. Dia beru meninggalkan Turki di usia 19 tahun. Ayahnya sempat melarangnya masuk militer namun dia nekat. Semula ikut pasukan Australia di sekitar Timur Tengah di awal Perang Dunia II. Setelah itu dia berangkat ke Kanada dan mulai bergabung dengan Tentara Belanda disana. Di mana Westerling mendapatkan pendidikan dasar militernya di sana. Dalam rangka penyerbuan ke Eropa, Westerling dilatih di sebuah kamp di pinggiran sebuah kota di Inggris sebagai pasukan khusus. Dia menguasai ilmu gulat dan membunuh senyap. Dengan pangkat kopral dia sempat menjadi asisten pelatih untuk dua keahlian itu.
Dia dikirim ke Belanda sebagai Sersan Komando. Dia pernah terluka di Front Eropa. Jelang berakhirnya Perang Dunia II, di tahun 1945, Westerling dikirim ke Srilangka sebagai Letnan untuk operasi pendaratan pasukan Sukutu di Sumatra. Bersama rombongan Letnan Brondgeest, Weterling mendarat dengan terjun payung di Medan. Dia ikut membebaskan tawanan perang Belanda di sana. Westerling lalu dikirim ke Jakarta untuk melatih pasukan komando KNIL. Dia melatih seratus orang pasukan komando yang terdiri orang Belanda dan orang Indonesia dalam KNIL. Pasukannya diujikan dalam Kampanye Pasifikasi yang membunuh banyak nyawa di Sulawesi Selatan. Setelah itu dia kembali ke Jakarta dan ikut melatih pasukan di Batujajar. Di tahun 1948 dia mundur dari KNIL. Setelah kabur dari kejaran pemerintah Indonesia, Westerling pernah menjadi pedagang buku loak dan penyanyi.
https://tirto.id/m/raymond-westerling-pD
Quote:
Prahara Aksi Westerling
Suatu siang di tanggal 23 Januari 1950, Bandung mengalami peristiwa yang menggemparkan bagai petir di siang bolong. Sekitar 500 pasukan yang menyebut dirinya Angkatan Perang Ratu Adil menyerbu Bandung dan menimbulkan banyak korban. Pemimpin dari kekacauan tersebut tidak lain adalah Westerling.
Sebelumnya, Bangsa Indonesia pertama kali mengenal Westerling melalui peristiwa “banjir darah” di Sulawesi Selatan tahun 1946. Saat itu tepat saat pemerintah tengah mengadakan konferensi Denpasar, Westerling beserta pengikutnya melakukan pembantaian terhadap 40.000 rakyat dan pemuda Indonesia di Sulawesi Selatan. Rumah-rumah dan kampung-kampung ikut dibakarnya.
Para pengikutnya merupakan orang-orang pilihan yang disebut dengan Pasukan “De Turk”. Nama itu juga merupakan julukan bagi Westerling yang memiliki darah Turki dari Ibunya. Oleh karena itu, ia dapat leluasa mengaku sebagai orang Islam, dan nantinya akan berpengaruh terhadap hubungannya dengan gerakan DI di Jawa Barat.
Sifat kejinya sangat membekas di masyarakat Sulawesi Selatan sehingga ada kisah bahwa sebagai seorang “Scherpschutter” atau penembak jitu, kadang-kadang Westerling iseng berkeliling dengan jeepnya, dan ketika melihat pemuda yang dicurigainya, ia dengan mudah menembakkan revolvernya kepada pemuda tersebut.
Saat pemerintah Indonesia baru sadar akan perbuatan Westerling tersebut, pemerintah Belanda langsung menarik “pasukan tengkorak” tersebut dari bumi Sulawesi Selatan. Mereka seakan-akan menghilang tanpa bekas, walau sebenarnya Belanda masih menyembunyikannya dengan tujuan menimbulkan kekacauan di Negeri Indonesia yang masih rapuh saat itu.
Korps Speciale Troepen (KST) Belanda
Beberapa saat setelah aksi militer pertama, nama Westerling tiba-tiba muncul di Jawa Barat. Pasukan-pasukannya yang khas dengan baret hijau-merah mulai terlihat di pelosok-pelosok Jawa Barat, bersiap mengacaukan republik. Namun aksi mereka baru dimulai setelah aksi militer Belanda kedua. Saat itu mereka memulai pembunuhan besar-besaran di daerah Citarum, namun di Jawa Barat mereka tidak menghadapi rakyat yang tidak berdaya seperti di Sulawesi. Di Jawa saat itu masih ada kekuatan TNI, Laskar2 dan Pemuda2 yang siap membalas apabila diserang.
Melihat perlawanan yang cukup sengit, Westerling merubah taktiknya. Kalau dulu ia lebih banyak beraksi secara langsung, kini aksinya lebih kepada memberi dukungan kepada para pengacau seperti golongan KNIL yang kecewa hingga gerombolan2 DI Kartosuwiryo. Aksinya tentu merupakan kepanjangan tangan dari Pemerintah Belanda. Namun di saat infiltrasi ini telah berjalan, Belanda seakan ingin lepas tangan dengan memberhentikannya sebagai kapten KNIL. Dengan demikian ia menjadi semakin bebas dalam melaksanakan aksinya.
Tanggal 23 Januari 1950, pasukan Westerling bergerak dari jurusan Cimahi dengan menggunakan truk, jeep, motor, ada pula yang berjalan kali. Mereka smua berseragam dan bersenjata lengkap, jumlahnya kurang lebih 500 orang.
Di sepanjang jalan Cimahi-Bandung, diadakan stelling di gang-gang, dimana-mana dilakukan teror melalui tembakan ke langit dan rumah-rumah penduduk. Pos-pos polisi di spanjang jalan raya seperti Cimindi, Cibereum dan beberapa lainnya dilucuti. Perlu diingat bahwa kondisi Jawa barat saat itu masih belum kondusif karena tengah dilanda masalah negara Pasundan.
Sesampainya di kota, mereka menimbulkan kepanikan di kalangan rakyat. Toko-toko ditutup, jalan-jalan pun menjadi sepi, tidak ada orang yang berani keluar rumah. Di perempatan Banceuy, seorang perwira TNI yang mengendarai Jeep dan tidak bersenjata disuruh turun, kemudian ditembak mati. Mayatnya ditinggalkan dan mereka jalan terus. Saat itu TNI tidak berani melawan karena mereka kira pasukan Westerling sebagai pasukan KNIL yang legal melalui seragamnya.
Di jalan Braga, tepatnya di depan apotik Rathkamp, sebuah auto sedan diberhentikan. Tiga orang penumpangnya disuruh turun, seorang diantaranya merupakan letnan TNI. Tanda pangkatnya diambil, orangnya disuruh berdiri ditepi jalan sebelum ditembak mati. Di depan hotel Preanger, sebuah truk berisi 3 orang TNI diberondong tembakan. Truk terpelanting menabrak tiang listrik sehingga tumbang. Di jalan Merdeka terjadi tembak-menembak selama kurang lebih 15 menit. 10 orang mayat TNI bergelimpangan di Jalan. Di perempatan Suniaraja-Braga, 7 orang TNI tidak bersenjata yang mengendarai pickup ditembaki dari depan dan belakang.
Pertempuran agak hebat terjadi di kantor stafkwartier Divisi Siliwangi Jalan Lembang. Satu rgu stafdekking TNI terdiri dari 15 orang dipimpin Overste Sutoko dengan tiba2 dikerubungi oleh ratusan APRA. Pertempuran berlangsung kurang lebih setengah jam. Pertempuran dilakukan hingga peluru terakhir. Everste Sutoko, Abimanyu, dan seorang opsir lainnya dapat menyelamatkan diri, lainnya tewas. APRA kemudian berhasil menduduki stafkwartier dan membongkar brandkast yang isinya Rp. 150.000, jumlah yang cukup besar untuk saat itu. Selain itu, mayat-mayat dari TNI dan sipil pun bergelimpangan antara jalan Braga hingga jalan Jawa. Di antara orang-orang sipil yang tewas, kabarnya menjadi korban karena mereka berani menjawab “Jogja”, ketika ditanyakan “Pilih Pasundan atau Jogja?” oleh pasukan APRA.
https://sadnesssystem.wordpress.com/...rling-th-1950/