Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

palapanusaAvatar border
TS
palapanusa
Revolusi EDSA, Revolusi Tak Berdarah Di Filipina

Hello GanSis selamat menempuh aktivitas baru di hari baru ini. GanSis kali ini TS mau kasih info untuk menambah wawasan dan cakrawala pemikiran dan pengetahuan kita terutama pengetahuan untuk TS dan juga GanSis pada umumnya. Thread kali ini datangnya dari satu peristiwa yang pernah terjadi di negara tetangga kita yakni Filipina. GanSis bukan tidak mungkin jika dalam sebuah negara tidak pernah terjadi sebuah Revolusi, bahkan sebuah revolusi merupakan sebuah kejadian yang masuk kedalam bagian sejarah suatu bangsa.


Potret Presiden Marcos dan sang istri Imelda Marcos. Sumber Gambar


Tapi GanSis bukan hanya negara Eropa saja yang pernah mengalami sebuah rangkaian revolusi. Namun ternyata negara tetangga Indonesia juga pernah mengalami revolusi yakni Filipina. Uniknya GanSis dalam revolusi Filipina atau disebut revolusi ESDA tidak ada penembakan oleh militer justru bisa dikatakan Revolusi ESDA ini sebagai revolusi tidak berdarahnya Filipina. Masa revolusi ini hadir saat pemerintahan Presiden Marcos, kala itu Presiden Ferdinand Marcos menerapkan hukum militer di negaranya tujuannya adalah untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai presiden Filipina.

Dari keputusan kontroversial Marcos inilah berbagai golongan masyarakat melihatnya sebagai ancaman kemudian keputusan Marcos ini berbagai elemen masyrakat melakukan protes besar untuk menuntut sebuah revolusi demi sebuah pemerintahan baru yang lebih baik. Revolusi ESDA ini dimulai dengan berkumpulnya orang-orang di jalan "Epifanio Delos Santos Avenue" (EDSA) untuk melakukan demonstrasi terkait pemerintahan Ferdinand Marcos yang telah memerintah dengan hukum militer dan memenangkan pemilihan presiden untuk ke-3 kalinya. Protes inipun terjadi karena dianggap Presiden Marcos melakukan aksi kecurangan dalam pemilu sehingga dirinya bisa terpilih kembali sebagai presiden Filipina. Uniknya, kemenangan presiden Marcos merupakan salah satu kemenangan pemilu dengan margin terbesar dalam sejarah yakni sekitar 88% yang membuat saat itu rakyat semakin curiga akan adanya kecurangan.


Masa saat terjadi revolusi EDSA/ People Power yang dipimpin istri mendiang Benigno Aquino Jr, Corazon Aquino yang kemudian menjadi presiden Filipina setelah menggulingkan Marcos. Sumber Gambar


GanSis dibawah kekuasaan Marcos, Filipina menerapkan hukum militer yang mengekang hak-hak kebebasan masyarakat seperti kebebasan berpendapat atau hampir sama dengan masa pemerintahan Orde Baru di Indonesia. Terhitung lebih dari 3000 media massa ditutup dan 70.000 orang dipenjara tanpa tuduhan yang jelas hanya karena membicarakan kebijakan Marcos. Kemudian keadaan semakin parah ketika pemimpin Oposisi yakni Benigno Aquino Jr, yang dibunuh pada 21 Agustus 1983 di Bandara Filipina. Saat dirinya baru saja kembali dari pengasingan di Amerika Serikat. Tragedi ini tentu memicu reaksi besar dari masyarakat yang menuduh Presiden Marcos sosok dari dalang pembunuhan tokoh oposisi Benigno Aquino Jr.

Hal ini yang membuat istri mendiang Beniqno Aquino Jr, sekaligus mantan presiden Filipina yakni Corazon Aquino melanjutkan perjuangan mendiang suaminya sebagai oposisi, serta menuntut keadilan sekaligus mendesak Marcos turun dari jabatannya sebagai Presiden Filipina. Ketegangan ini membuat Presiden Marcos memutuskan untuk mengulang kembali pemilu yang sebelumnya dianggap oposisi berat sebelah, dimana kali ini Marcos harus berhadapan dengan Corazon. Secara mengejutkan dari hasil pemilu ulang Marcos keluar sebagai pemenang dengan perolehan 53,6%. Hal ini GanSis mendapatkan kritik dari berbagai pihak dengan tudingan yang sama telah melakukan kecurangan pemilu.


Ribuan masyarakat Filipina saat terjadi Revolusi EDSA yang menuduh Marcos melakukan manipulasi perolehan pemilu dan menumbangkan rezim Ferdinand Marcos. Sumber Gambar

Banyaknya bukti mengenai kecurangan pada perolehan suara, kemudian hal ini menjadi amunisi untuk menyerang Marcos dan pemerintahannya. Hal ini kemudia berujung pada peristiwa "People Power Revolution" pada Februari 1986 yang membuat dirinya dan orang-orang kepercayaan Marcos melarikan diri ke Hawaii serta pada saat yang sama Marcos meletakkan jabatan sebagai presiden karena sudah tidak memiliki pendukung untuk pemerintahannya. Kemudia pemerintahan Filipina dilaksanakan oleh sang oposisi yakni Corazon yang dipilih oleh masyarakat Filipina sampai tahun 1992 yang kemudian mereorganisi pemerintahan serta menghapus kebijakan militeristik bekas kekuasaan Marcos.

Ini yang membuat sejarah panjang Filipina melawan diktator Ferdinand Marcos mungkin hal ini sama ketika peristiwa 1998 saat penumbangan Soeharto namun perbedaannya terdapat aksi kekesan oleh Militer saat peristiwa 1998 sedangkan di Filipina dilaksanakan dengan mengunjuk rasa tanpa melakukan kekerasan dari pihak pemerintah kepada penguasa. Bagaimanapun sebuah Revolusi akan membawa sesuatu hal yang baru dan lebih baik walaupun memang setiap perjuangan akan selalu ada korban dari dua belah pihak. Namun hal ini harus dilakukan untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi lebih baik.

Bahkan sejarah mencatat bagaimana beberapa Revolusi besar berhasil mengubah wajah pemerintahan yang buruk menjadi lebih baik dan memang seperti TS katakan akan ada pihak yang dikorbankan ntah dari oposisi maupun pemerintahan.

Sekian thread dari TS semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan kita ya GanSis.

Terimakasih, Danke, Arigato

emoticon-Haiemoticon-Haiemoticon-Haiemoticon-Haiemoticon-Hai

Spoiler for Sumber dan Referensi:



emineminna
nyonyo2
delfatesting260
delfatesting260 dan 20 lainnya memberi reputasi
19
4.5K
40
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan