Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Komunitas Uighur Bangun Masjid Baru di Bekas Gereja Roma
Komunitas Uighur Bangun Masjid Baru di Bekas Gereja Roma

Morning Express
JAKARTA, SENAYANPOST.com - Komunitas Muslim Uighur yang berada di Kanada membuka masjid baru di pinggiran Toronto, Kanada. Masjid ini resmi dibuka di bekas bangunan Gereja Katolik Roma berusia 150 tahun yang telah direnovasi.
Peresmian masjid dilakukan dengan pembacaan Alquran dan pengibaran bulan sabit biru dan putih, serta bendera bintang Turkestan Timur. Bangunan ini nantinya disebut mampu menampung hingga 2.000 jamaah.
 
Asosiasi Turkestan Timur Kanada, yang menggunakan nama pilihan orang Uighur untuk Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR) di China barat laut, menyusun gagasan tentang Pusat Uighur Kanada pada 2008. Kemudian, 13 tahun setelahnya mereka membeli gedung gereja itu seharga 482 ribu dolar AS dengan sumbangan dari Jerman dan Australia.
"Bagi Uighur di Kanada, ini seperti menunjukkan hasil apa yang bisa didapat dan tidak bisa dicapai oleh persatuan dan solidaritas,” kata Presiden Komunitas tersebut Tuyghun Abduweli, dikutip di Radio Free Asia, Kamis (30/9/2021).


Ia menyebut persatuan komunitas yang akhirnya membuat mereka bisa membeli sebuah gereja dan mengubahnya menjadi sebuah masjid. Tidak hanya sebagai tempat ibadah, bangunan ini juga digunakan untuk berbagi tentang budaya, sejarah dan agama.
Upacara pembukaan ini menghadirkan anggota komunitas Uighur di Kanada, seorang anggota parlemen Kanada, serta diplomat dan pejabat. Pemimpin dari dua kelompok besar pengasingan Uighur, yaitu Presiden Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Jerman Dolkun Isa dan Direktur Eksekutif Kampanye Uighur di AS Rushan Abbas pun hadir dalam kegiatan ini.
 
Asosiasi Turkestan Timur Kanada juga mengundang pendeta Katolik dan mantan jemaat gereja untuk meningkatkan kesadaran akan penderitaan orang-orang Uighur di XUAR. Pendeta terakhir gereja itu, Robin Wilkie, menyebut jemaat Katolik semakin tua, sementara pengurus gereja tidak mampu lagi mempertahankan gedung itu.
"Dengan menyebarnya Covid-19, pengurus memutuskan sudah waktunya menjual gereja. Saat itulah komunitas Uighur membeli bangunan itu. Jadi kami menyerahkan tongkat estafet kepada mereka untuk menjalankan imannya," katanya.
Direktur Eksekutif Proyek Advokasi Hak Uighur di Kanada Mehmet Tohti mengatakan saat ini sekitar 2.000 orang Uighur, 600 hingga 700 keluarga, tinggal di negara Kanada yang berpenduduk 38 juta orang. Xinjiang diketahui berada di bawah kekuasaan kekaisaran China selama Dinasti Qing pada abad ke-18. Sebuah negara bagian Turkestan Timur dideklarasikan pada 1949, tetapi secara paksa diserap oleh China yang baru pada tahun yang sama.
China lantas telah mendapat kecaman atas kebijakan keras yang menargetkan 12 juta Muslim Uighur dan minoritas Turki lainnya di Xinjiang. Mereka menghancurkan masjid, menjadikan bahasa Mandarin sebagai bahasa utama di sekolah, memantau gerakan Uighur dengan sistem pengawasan yang mengganggu, serta menggunakan kerja paksa di pabrik dan pertanian.
Para peneliti telah mendokumentasikan penahanan yang dilakukan otoritas China kepada 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya di jaringan kamp penahanan, yang diklaim Beijing sebagai pusat pelatihan kejuruan. China lantas menolak tuduhan yang tersebar luas dan terdokumentasi, yang menyebut mereka telah menganiaya Muslim yang tinggal di Xinjiang dan membuat wilayah itu tertutup bagi peneliti dan jurnalis independen.
Amerika Serikat dan legislatif di beberapa negara Eropa menganggap perlakuan terhadap Uighur dan lainnya di XUAR sebagai genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pada Februari, parlemen Kanada meloloskan mosi tidak mengikat dengan suara bulat yang menyatakan perlakuan China terhadap Uighur  di XUAR sebagai genosida, menjadikan mereka negara kedua setelah AS yang membuat tekad itu.
Anggota parlemen juga memasukkan amandemen mosi tersebut. Mereka menyerukan Komite Olimpiade Internasional memindahkan Olimpiade Musim Dingin 2022 dari Beijing, jika pemerintah China melanjutkan penganiayaan terhadap kelompok minoritas. Pada saat itu, China mengecam keras dan menentang langkah-langkah dari Ottawa. China mengatakan telah mengajukan perwakilan dengan Kanada.

https://www.senayanpost.com/komunita...as-gereja-roma


mentang2 mesjid di Xinjiang dirampas jd hotel
di negeri org malah rampas gereja jd mesjid
emoticon-Blue Guy Bata (L)

Uighur & CCP, different toilet, same shit
emoticon-Blue Guy Bata (L)
jerrystreamer1
jerrystreamer1 memberi reputasi
1
999
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan