Ajang balapan Formula E di Jakarta rencananya bakal digelar Juni 2022 mendatang, meski di tengah pandemi. Hal itu sesuai Instruksi Gubernur No 49/2021 tentang penyelesaian isu prioritas daerah tahun 2021-2022 yang ditandatangani Anies Baswedan pada 4 Agustus 2021.

Sebelumnya, pelaksanaan Formula E ini sempat tertunda pada 2020 dan 2021 karena pandemi Covid-19. Meski begitu, Pemprov DKI Jakarta justru sudah membayar Rp 560 milliar sebagai commitment fee untuk penyelenggaraan Formula E. 

Hingga kini,  lintasan balap mobil listrik ini masih belum ditentukan, lantaran sebelumnya area Monas dipastikan batal dijadikan sirkuit. Kayak apa sih mobil balap Formula E ini? Kompetisi Formula E merupakan balapan mobil listrik pertama di dunia yang diciptakan oleh dua sahabat bernama Jean Todt dan Alejandro Agag. 

Keduanya ingin menciptakan ajang balap mobil yang lebih ramah lingkungan setelah ajang balap mobil F1 yang terkenal dengan pemborosan mesin, bensin, emisi, dan juga polusi udara.

Balapan ini menjadikan jalanan perkotaan sebagai sirkuit. Seri perdana Formula E berlangsung pada September 2014 di sirkuit zona hijau Olimpiade Beijing, China. Formula E menggunakan teknologi Battery Eletric Vehicle (BEV). 

Sistem penggerak motor eletrik yang dikembangkan khusus untuk lintasan balap saja, sehingga pengembangannya fokus pada performa. Dilansir dari laman resmi Formula E, secara penampilan mobil Formula E memiliki desain mirip mobil F1, dengan konsep aerodinamis. 

Untuk dimensinya, Formula E Gen 2 yang dipakai pada kompetisi saat ini, memiliki panjang sekitar 5,1 meter, lebar 1,7 meter, tinggi 1 meter, dan jarak antar roda atau wheelbase3,1 meter.



Mobil Formula E mempunyai berat sekitar 900 kg, dan termasuk baterainya 385 kg. Mobil ini mempunyai dua mode berkendara, yaitu race modeyang dapat mempercepat tenaga sampai 265 dk, dan juga maximum power yang dapat mencapai 335 dk. 

Namun, menariknya pembalap di Formula E juga dapat memakai attack mode untuk menambah kecepatan pada zona tertentu. Mobil Formula E mampu melaju maksimal sampai 250 km/jam dan dapat meningkatkan kecepatan 0-100 km hanya dalam durasi 2,8 detik. 

Meski kalah dalam kecepatan dan kekuatan, tetapi ada keunggulan utama dari Formula E yang tidak dimiliki mobil F1. Keunggulan itu terkait suara yang dikeluarkan dari mobil.

Jadi, mobil-mobil yang berlaga di Formula E tidak menghasilkan suara yang bising sebagaimana Formula 1. Mobil F1 yang tidak ramah lingkungan menghasilkan bunyi sampai 134 decibel (db), sementara Formula E hanya 80 db. Artinya, masih besar kebisingan di bandara pada mesin pesawat yang sebesar 90 db daripada mobil Formula E.

Adapun angka kebisingan yang melebihi 80 db akan berdampak terhadap berkurangnya kemampuan mendengar manusia. Akan tetapi, terdapat juga persamaan di antara mobil F1 dengan Formula E, yakni sama-sama memakai kokpit untuk satu orang atau berkursi tunggal dengan keadaan terbuka. 

Balapan Formula E berlangsung selama 45 menit ditambah 1 lap. Sebelum mulai ada 2 babak latihan dan kualifikasi. Perolehan poin Formula E juga menggunakan sistem yang ditetapkan FIA yakni hanya 10 pembalap terdepan yang berhak atas poin. 

Pada 2014 silam, dalam seri pertama balapan Formula E teknologi baterai yang digunakan mobil Spark-Renault SRT 01E tidak mencukupi. Baterai yang digunakan tidak cukup untuk menyelesaikan satu kali perlombaan yang membuat para harus mengganti mobilnya ditengah perlombaan.

Seiring berjalannya waktu, mobil Formula E terus dikembangkan hingga beralih ke mobil Spark SRT05e atau ‘Gen2’. Sejak musim balap 2018-2019, yang membuat para pembalap tidak perlu mengganti mobilnya di tengah perlombaan.


Referensi: tempo.co
                   fiaformulae.com


Sumber Foto: tempo.co
                         the-race.com