hafizhrmdAvatar border
TS
hafizhrmd
Rasisme Di Korea Selatan, Udah Sering Terjadi?

Sumber: junkee.com


Rasisme di Korea, #SouthKoreaRacist menggema di Twitter beberapa waktu yang lalu. Ini terjadi setelah atlet menembak Korsel, Jin Jong-oh melabeli peraih emas cabor menembak dari Iran, Javad Foroughi sebagai seorang teroris. Jin mempermasalahkan keanggotaan Foroughi sebagai perawat di IRGC, yaitu korps militer terbesar di Iran.

Oleh Amerika Serikat, IRGC dikelompokkan sebagai organisasi teroris. Atlet menembak Korea Selatan, Jin Jong-oh mengatakan bahwa dia rasa IOC (Komite Olimpiade Internasional) melakukan kesalahan. Seorang teroris menjadi juara itu sesuatu yang tidak masuk akal.

Kedubes Iran di Korsel merespons tuduhan ini dengan menegaskan bahwa IRGC sudah resmi jadi salah satu pilar militer Iran. Kemudian, Jin meminta maaf pernyataan yang dia sadari tak patut itu. 

Sebelum ini, TV Korsel MBC juga dikritik karena tampilkan gambar dengan stereotip tertentu untuk menggambarkan negara peserta Olimpiade saat upacara pembukaan.
Dalam serial Racket Boys, ada juga penggambaran Indonesia sebagai bangsa culas dan menghalalkan segala cara. 


Sumber: winnetnews.com

Benarkah orang Korea Selatan rasis? Sebagaimana banyak di negara lain, rasisme ada dan nyata di Korsel. Menurut laporan Komnas HAM Korsel, 7 dari 10 imigran disana bilang bahwa diskriminasi rasial di masyarakat Korsel memang terjadi.

Bentuk rasismenya beragam, mulai dari mahasiswi Tiongkok yang diejek hanya mencari suami di Korsel, pengungsi asing yang ditertawakan saat mengunjungi komunitas lokal, hingga seorang perempuan muslim yang jilbabnya dicopot paksa. Kenapa sih ada rasisme di Korsel?

Nasionalisme Korea mengakar kuat dari kepercayaan terhadap seribu tahun garis keturunan "murni”, serta bahasa, tradisi, dan sejarah yang sama. Kepercayaan ini kian menguat selama penjajahan Jepang di awal abad ke-20.

Usaha pelenyapan budaya Korea oleh Jepang membangun etnonasionalisme (paham kebangsaan berdasarkan sentimen etnis) yang kuat di kalangan penduduk Korea. Faktor lain yang membentuk persepsi warga Korea kepada orang asing adalah krisis moneter 1997. Saat itu, Korsel terpaksa menerima pinjaman bailoutdari IMF.

Dilansir dari Bloomberg.com, peneliti studi Korea Brookings Institution, Katharine Moon mengatakan bahwa orang-orang Korsel melihat dengan cara orang-orang asing Barat menjatuhkan negara mereka, yang perekonomiannya tengah tumbuh secara ajaib dalam waktu singkat.

Di saat yang sama, masyarakat Korsel juga harus menerima kenyataan bahwa Amerika Serikat membangun pangkalan militer di daerahnya. Katharine Moon menambahkan bahwa ini juga dipengaruhi keluhan terhadap para tentara Amerika Serikat dan kelakuan mereka di luar pangkalan militer. Selama periode itu, bahkan di Seoul ada papan tanda ‘Tidak menerima orang Amerika’.

Data Kementrian Hukum Korsel yang dikutip Korea Times melaporkan bahwa per 2018, ada 2,18 juta penduduk asing di negara itu. Jumlah ini setara 4,21% penduduk Korsel. Warga asing terbanyak berasal dari China, Vietnam, Thailand, AS, dan Jepang.

Pada 2018, koalisi 47 LSM berbicara di forum non-resmi OHCHR (Kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB). Mereka mendesak pemerintah Korsel untuk segera membentuk undang-undang anti-diskriminasi di negara itu.


Referensi: detik.com
                   koreaherald.com
                   H.S. Moon, Katharine (Oktober 2015). "South Korea's Demographic                                 Changes and their Political Impact"
                   bloomberg.com
                   koreatimes.co.kr

Sumber Foto: winnetnews.com
                         junkee.com


Diubah oleh hafizhrmd 16-08-2021 16:42
Anggadaz
Aramina
bukan.bomat
bukan.bomat dan 18 lainnya memberi reputasi
15
8.7K
117
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan