Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anus.baswedanAvatar border
TS
anus.baswedan
Taliban Kembali Melarang Perempuan Afganistan Bekerja



Anggota kelompok pemberontak Taliban berjaga di pos pemeriksaan di Farah, Afganistan, 11 Agustus 2021. Tiga bulan setelah pasukan Amerika Serikat menarik diri, Taliban telah menguasai sekitar 65 persen dari wilayah Afganistan. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Pada awal Juli, ketika gerilyawan Taliban merebut wilayah dari pasukan pemerintah di Afganistan, para milisi dari kelompok itu masuk ke kantor Azizi Bank di kota selatan Kandahar dan memerintahkan sembilan perempuan yang bekerja di sana untuk pergi.

Orang-orang bersenjata itu mengawal mereka ke rumah mereka dan menyuruh mereka untuk tidak kembali ke pekerjaan mereka. Sebaliknya, mereka menjelaskan bahwa kerabat laki-laki dapat menggantikan mereka, menurut tiga perempuan yang terlibat dan manajer bank.

"Sungguh aneh tidak diizinkan bekerja, tapi sekarang begini," Noor Khatera, seorang perempuan berusia 43 tahun yang pernah bekerja di departemen rekening bank mengatakan kepada Reuters, dikutip 13 Agustus 2021.

Advertising


"Saya belajar bahasa Inggris sendiri dan bahkan belajar cara mengoperasikan komputer, tetapi sekarang saya harus mencari tempat di mana saya bisa bekerja dengan lebih banyak perempuan di sekitar," katanya.


Insiden tersebut merupakan tanda hak perempuan Afganistan, yang telah diperjuangkan selama 20 tahun, terancam pupus jika Taliban merebut Afganistan.

Taliban, yang memerintah Afganistan dari tahun 1996 hingga 2001, telah menguasai banyak kota terbesar Afganistan dalam beberapa hari terakhir dan mendekati ibu kota Kabul.

Di bawah interpretasi ketat Taliban terhadap hukum Islam, perempuan tidak boleh bekerja, anak perempuan tidak diizinkan untuk bersekolah, dan perempuan harus menutupi wajah mereka dan ditemani oleh kerabat laki-laki jika mereka ingin keluar dari rumah.

Perempuan yang melanggar aturan terkadang mengalami sanksi sosial dan bahkan pemukulan di depan umum oleh polisi agama Taliban.

Selama pembicaraan yang sampai sekarang tidak membuahkan hasil mengenai penyelesaian politik dalam beberapa tahun terakhir, para pemimpin Taliban membuat jaminan kepada Barat bahwa perempuan akan menikmati hak yang sama sesuai dengan apa yang diberikan oleh Islam, termasuk kemampuan untuk bekerja dan dididik.

Dua hari setelah peristiwa di Azizi Bank, adegan serupa terjadi di cabang pemberi pinjaman Afganistan lainnya, Bank Milli, di kota barat Herat, menurut dua kasir perempuan yang mengalaminya.

Tiga milisi Taliban yang membawa senjata memasuki cabang bank, menegur karyawan perempuan karena menunjukkan wajah mereka di depan umum. Perempuan di sana berhenti, mengirim kerabat laki-laki menggantikan mereka.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid tidak menanggapi permintaan komentar Reuters tentang dua insiden tersebut. Juru bicara kedua bank tidak menanggapi permintaan komentar.

Mengenai pertanyaan yang lebih luas tentang apakah perempuan akan diizinkan bekerja di bank di wilayah yang dikuasainya, Mujahid menambahkan bahwa belum ada keputusan yang dibuat.

"Setelah sistem Islam ditegakkan, akan diputuskan sesuai hukum, dan Inshaallah tidak ada masalah," katanya.

Puluhan perempuan Afganistan yang berpendidikan turun ke media sosial untuk meminta bantuan dan mengungkapkan rasa frustrasi mereka.

"Dengan setiap kota runtuh, tubuh manusia runtuh, mimpi runtuh, sejarah dan masa depan runtuh, seni dan budaya runtuh, kehidupan dan keindahan runtuh, dunia kita runtuh," tulis Rada Akbar di Twitter. "Seseorang tolong hentikan ini."

Sejumlah perempuan Afghanistan melakuakn swafoto saat berlatih anggar di sebuah klub anggar di Kabul, Afghanistan 4 Maret 2017. REUTERS/Omar Sobhani

Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya takut bahwa Taliban akan menggulingkan banyak kebebasan yang dimenangkan oleh perempuan.

Keuntungan yang dicapai dalam hak-hak perempuan telah disebut-sebut sebagai salah satu pencapaian terbesar selama 20 tahun pasukan pimpinan AS telah dikerahkan di Afganistan, meskipun sebagian besar hanya dinikmati di pusat-pusat kota.

Perempuan Afganistan yang bekerja di bidang termasuk jurnalisme, perawatan kesehatan dan penegakan hukum, telah tewas dalam gelombang serangan sejak pembicaraan damai dimulai tahun lalu antara Taliban dan pemerintah Afganistan yang didukung AS.

Pemerintah menyalahkan sebagian besar pembunuhan yang ditargetkan pada Taliban, yang menyangkal melakukan pembunuhan.

"Taliban akan mengalami kemunduran kebebasan di semua tingkatan dan itulah yang kami lawan," kata seorang juru bicara pemerintah Afganistan.

Baca juga: 2 Kota Besar di Afganistan Jatuh ke Taliban

REUTERS

https://www.google.com/amp/s/dunia.t...nistan-bekerja

Kembali jadi budak seks, bocil dijadikan slave srsuai hukum islam katanya. Dunia pun diam saja!
rhinocerosandro
caurboy
itkgid
itkgid dan 21 lainnya memberi reputasi
20
6.9K
126
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan