Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Super Hornet Kembali di Ujung Tanduk | Tamat Atau Selamat ?
Sayap udara Angkatan Laut Amerika kini mulai disi oleh jet tempur generasi 5, yakni F-35B dan F-35C. Pesawat F-35B yang punya kemampuan lepas landas dan mendarat secara vertikal layaknya helikopter, saat ini sudah mulai dioperasikan pada kapal induk dengan metode peluncuran ski-jump. Sementara itu platform F-35C yang diluncurkan dari platform cattapult. Hadirnya F-35B dan F-35C seolah menegaskan akan berakhirnya tugas F/A-18 Super Hornet bersama Angkatan Laut Amerika.

Namun, upaya menyelamatkan Super Hornet datang dari anggota Kongres, mereka mengamanatkan Angkatan Laut untuk terus membeli F/A-18E/F Super Hornet. Sementara itu pihak Angkatan Laut justru tidak mau membeli platform pesawat tersebut, walau sebenarnya pesawat masih terus beroperasi hingga tahun 2050-an. Tetapi pada saat itu, para petarung generasi keempat diramalkan oleh para ahli tidak dapat menghadapi ancaman di masa depan.

Mengutip artikel yang ditulis oleh USNI News(03/08/2021), Laksamana Muda Andrew Loiselle, yang memimpin direktorat perang udara operasi angkatan laut (OPNAV N98), memberikan alasan mengapa Angkatan Laut ingin berhenti membeli pesawat buatan Boeing tersebut. Menurut Loiselle, "Badan pesawat mampu bertahan selama 30 tahun dengan 10.000 jam terbang. Hal itu membuat pesawat tetap beroperasi sekitar tahun 2055. Namun, tidak banyak analisis di luar sana yang mendukung kelangsungan generasi keempat terhadap ancaman apa pun dalam jangka waktu itu." kata Loiselle pada konferensi tahunan Navy League’s annual Sea Air Space 2021.


Quote:



Loiselle menambahkan bahwa, berinvestasi dalam upgrade "Service Life Modification" (SLM)untuk pesawat yang sudah beroperasi memberikan kemampuan dan jam terbang yang dibutuhkan Angkatan Laut, ia menyebut bahwa melakukan upgrade kepada tiga pesawat sama dengan jumlah biaya untuk membeli satu pesawat tempur baru. Jadi pada akhirnya pihak Angkatan Laut Amerika (U.S. Navy) memilih untuk melakukan upgrade daripada membeli pesawat baru.

Dan jika Angkatan Laut memang membutuhkan lebih banyak Super Hornet di masa depan, Loiselle mengatakan dia dapat menambahkan lebih banyak pesawat ke dalam program pembaruan (SLM). Sebenarnya jumlah pesawat bukanlah prioritas tertinggi bagi U.S Navy, yang lebih mementingkan kesiapan dan letalitas.

Loisselle mempertegas pendapat Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana Mike Gilday, di mana Gildey mengkritik pelobi pertahanan karena mendorong Kongres untuk membeli platform pesawat yang tidak ingin dibeli oleh U.S. Navy. "Ini bukan tahun 90-an lagi, U.S. Navy butuh pesawat yang tepat untuk melawan kekuatan besar seperti Rusia dan China". Hal itu disampaikan Gildey karena Kongres terus meminta U.S. Navy untuk mengoperasikan Super Hornet.


Quote:



Sementara itu, para pejabat Angkatan Laut telah berulang kali menekankan bahwa mereka memperkirakan anggaran pertahanan akan menurun, yang berarti Angkatan Laut harus merencanakan dengan tepat dan membuat keputusan pengeluaran yang sulit. Dalam menggambarkan pendekatan Angkatan Laut terhadap pengeluaran, Loiselle mengatakan bahwa pesawat tempur bukan satu-satunya prioritas pertama, membangun program kapal selam rudal balistik Kelas Columbia menjadi salah satu prioritas teratas.

Pada pengajuan anggaran tahun 2021 U.S. Navy mengatakan tidak akan lagi membeli Super Hornet setelah tahun anggaran itu, meskipun sebelumnya ada rencana untuk membeli pesawat tersebut lebih banyak dalam rentang waktu 2022 sampai 2024. U.S. Navy akan menggunakan uang tersebut dalam program NGAD (Next Generation Air Dominance), sebuah program untuk merancang pesawat tempur baru. Di mana U.S. Navy tidak banyak menyebutkan detail program tersebut di depan Kongres.

Daripada membeli pesawat baru, U.S. Navy lebih suka melakukan "Service Life Modification"ketimbang membeli pesawat baru, hal ini akan menawarkan fleksibilitas yang lebih untuk memperbanyak pesawat generasi 4 jika sewaktu-waktu mereka membutuhkannya. Sementara itu, komite anggaran Kongres baru-baru ini memasukkan pembelian 12 unit Super Hornet pada rancangan pengeluaran anggaran pertahanan tahun 2022. Mereka mengatakan jika Super Hornet adalah platform yang sudah teruji, dan akan menjadi kekuatan penting bagi U.S. Navy sampai beberapa dekade mendatang.


Quote:



Apa yang dialami Super Hornet ini seolah mengulangi kejadian beberapa tahun yang lalu, waktu itu U.S. Navy mengumumkan bahwa akan berhenti mamakai Super Hornet dan akan fokus ke F-35C. Namun, pada perkembangannya banyak terjadi masalah pada F-35C yang membuat operasionalnya tertunda. Melihat hal tersebut U.S. Navy lantas kembali memutuskan untuk membeli Super Hornet dalam jumlah yang banyak.

Kini garis produksi Super Hornet kembali akan dihentikan, dan alasannya kali ini adalah NGAD. Daripada membeli Super Hornet, U.S. Navy lebih memilih fokus pada program tersebut. Program NGAD sendiri sangat dirahasiakan, pejabat U.S. Navy hanya memberikan sedikit detail. Tapi NGAD dijadwalkan menjadi keluarga sistem berawak dan tak berawak yang akan bekerja sama dengan jet tempur, juga dikenal sebagai F/A-XX. Namun, pesawat tempur itu “kemungkinan besar tetap akan diawaki.”



Super Hornet Adalah Puncak Generasi 4


Super Hornet merupakan puncak dari pesawat tempur generasi 4 milik Amerika setelah F-14, F-15 dan F-16. Pesawat ini dikembangkan dari platform F/A-18C/D Hornet yang menjadi sayap kapal induk Amerika di dekade 1980-an. Super Hornet dikembangkan pertama kali tahun 1992, terbang pertama kali bulan November tahun 1995 dan memasuki layanan U.S. Navy tahun 1999. Boleh dikata Super Hornet saat ini hanya berada satu strip di bawah generasi 5, alias masuk generasi 4,5.

Super Hornet memiliki dua varian berbeda sama seperti pendahulunya, yakni F/A-18E kursi tunggal dan F/A-18F kursi ganda. Dibanding keluarga Hornet, Super Hornet punya ukuran sayap 25% lebih besar. Desain ini membuat pesawat dapat mendarat kembali ke kapal induk dengan sisa beban amunisi yang lebih banyak, hal ini penting mengingat senjata yang dibawa pesawat tidak semuanya ditembakkan.

Sebagai pengganti F/A-18 Hornet dan F-14 Tomcat, Super Hornet sudah cukup bagus dan juga battle proven. Berbagai misi sudah pernah dijalani oleh pesawat ini. Super Hornet juga termasuk pesawat multi peran yang mampu menjalankan misi serangan maritim, serangan udara ke udara, serangan darat dan dukungan untuk pasukan darat. Namun, kali ini Super Hornet kembali di ujung tanduk, kemungkinan ia tak akan diproduksi lagi.

Kini nasib Super Hornet tergantung pada program NGAD, jika program itu berjalan mulus dan tanpa kendala seperti F-35C, kemungkinan besar Super Hornet akan benar-benar tamat. Namun, jika NGAD tidak berjalan semulus yang diperkirakan, maka sekali lagi Super Hornet akan kembali mengepakkan sayapnya di kapal induk Amerika dan menjadi sayap Angkatan Laut Amerika dalam kurun waktu yang lama untuk melawan dominasi Rusia dan China.


Quote:



Demikian sedikit informasi yang bisa ane sampaikan kali ini, semoga bisa menambah wawasan serta referensi baru untuk agan dan sista, tetap semangat dan jaga kesehatan, sampai jumpa emoticon-Angkat Beer




Referensi Tulisan: NEWS Usni
Ilustrasi Foto: U.S. Navy
asamboigan
cuxx
MasterSims
MasterSims dan 26 lainnya memberi reputasi
27
7.8K
74
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan