Keadilan adalah sesuatu yang seringkali dipermasalahkan. Hal yang satu ini memang seringkali memunculkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagai contohnya adalah soal keadilan dalam hukum di negeri ini seringkali tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Sudah bukan rahasia lagi bila hukum di masa kini dibilang dianggap tidak adil.


Keadilan memang selalu dibutuhkan dalam hal apapun, maka janganlah heran bila masalah ketidak adilan seringkali diungkit-ungkit. Ketidak adilan inilah yang terkadang memunculkan rasa iri hingga memunculkan konflik-konflik yang bisa saja berkepanjangan. Jika hal seperti ini dibiarkan berlarut-larut bisa saja memicu gesekan antar masyarakat dan menimbulkan banyak korban jiwa. Perlukah sebuah keadilan? tentu saja hal ini perlu, dan untuk itulah seorang pemimpin mau apapun kepemimpinannya tentu harus bisa adil.

Teriakan tentang ketidak adilan seringkali menggema di mana-mana, namun benarkah hidup ini terus saja membahas ketidak adilan? tentu saja semestinya tidak begitu. Kita bisa saja menuntut ketidak adilan namun kita juga harus disertai dengan kesadaran diri juga. Banyak orang yang menuntut ketidak adilan namun tak di iringi oleh kesadaran diri untuk patuh pada aturan. Sebagai contoh adalah pelarangan mudik lebaran kemarin memang terlihat penuh dengan ketidak adilan, hal ini tercermin dengan hal-hal yang terjadi di masyarakat dimana warga negara negeri ini yang mengeluhkan masyarakat yang dilarang mudik namun warga negara asing seakan difasilitasi oleh negara dan seakan seperti terlihat tiada batasan untuk datang ke negeri ini.


Tak heran bila mereka yang merasa pemerintah tidak adil inilah membuat mereka nekat untuk mudik ke kampung halaman. Akibatnya terasa hari ini dimana kasus infeksi virus corona kembali melonjak tajam dan telah banyak memakan korban jiwa di mana-mana termasuk daerah pedesaan dan daerah pelosok. Dari kasus pelarangan mudik kemarin kita dapat belajar bahwa mempersoalkan ketidak adilan tanpa disertai dengan kesadaran diri menjadi sebuah blunder tersendiri. Andai setiap orang bisa sadar diri dan menahan diri tentu kasus melonjaknya kasus infeksi virus corona mungkin bisa dihindari. Hanya karena kebodohan sebagian orang yang salah mengartikan arti ketidak adilan membuat repot banyak orang.

Terkadang ada juga seseorang yang menjadi terdakwa kasus tertentu malah merasa dirinya tak bersalah dan mempersoalkan ketidak adilan hukum, padahal dirinya jelas terlihat bersalah di muka umum. Padahal jika bercermin pada kasus hukum masa lalu yang saya dengar dari seseorang yang dahulunya seorang mantan hakim pada masanya katanya mereka yang bersalah akan mengaku salah dan menyerahkan diri kepada hakim agar memutuskan hukum seadil-adilnya dibandingkan membuat pembelaan. Sesuatu yang salah tetap salah, jangan membuatnya menjadi abu-abu atau merasa di kriminalisasi.


Hidup bukan hanya soal ketidak adilan, tapi juga kesadaran diri untuk membedakan mana yang benar dan juga mana yang salah. Jika itu salah sudah semestinya dihindari, apalagi jika ikut-ikutan yang salah tentu lebih buruk lagi. Perlu sikap yang bijak terlebih saat masa-masa pandemi begini, pinggirkan sejenak soal ketidak adilan yang masih menjadi PR besar di negeri ini dan tumbuhkan kesadaran diri agar bisa melakukan sesuatu yang benar dan menghindari sesuatu yang salah. Demikian tulisan ane kali ini, bagaimana pendapat agan dan sista? Silahkan sampaikan di kolom komentar dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Sumber : Opini Pribadi dan Diolah dari berbagai sumber (via internet)
Sumber Gambar via google images