powerpunkAvatar border
TS
powerpunk
Isu Tsunami Jatim, Buat Antisipasi Atau Malah Bikin Was - Was?

Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
emoticon-Nyepi




Sore ini, ane mendapat pesan dari ibu ane dikampung. Beliau menanyakan kabar ane sekaligus was - was dengan adanya berita yang beliau lihat di televisi, yang katanya bakal ada gempa besar di Jawa Timur dan berpotensi menimbulkan gelombang tsunami setinggi hingga 30 meter. Agak bingung juga sih ane jawabnya. Kalau ane bilang hoax, sementara di tivi bilangnya sumbernya dari BMKG. Dibilang itu cuman prediksi, takut orang tua ane tambah khawatir. Karena prediksi itu artinya bakal mungkin terjadi kan?



Sebagai orang yang tinggal di Jawa Timur dan mendapat berita kalau di sini bakal ada gempa besar yang memicu tsunami, secara pribadi ane biasa saja menanggapinya. Kenapa? Iya memang yang bisa dilakukan cuman itu. Pasrah. Sembari berdoa semoga prediksi ini nggak bakal terjadi beneran. Lagian setau ane, yang awam banget tentang pergempaan; gempa bumi apalagi tsunami itu tidak bisa dipastikan kapan bakal terjadi. Hingga saat ini, meski teknologi sudah canggih, tetap saja masih belum ada teknologi yang bisa memprediksi secara tepat kapan gempa bakal terjadi di suatu tempat.

Yang bisa dilakukan saat ini hanyalah melakukan simulasi. Dari rangkaian gempa yang terjadi sebelumnya, ditambah dengan perhitungan berbagai kemungkinan yang terjadi, misalnya pergerakan lempeng bumi dan sebagainya, maka akan didapat "prediksi" bahwa suatu wilayah bakal mengalami gempa. Tapi kapan bakalan terjadi? Tak ada seorang ahli pun yang tahu. Bisa beberapa hari kedepan, beberapa minggu, bulanan, tahunan, abad, dasawarsa, bahkan ratusan tahun yang akan datang.

Jadi pada intinya, prediksi gempa bukan berarti gempa itu bakalan terjadi dalam waktu dekat. Sayangnya, banyak orang yang salah memahaminya, terutama untuk kaum "pembaca judul" dan kaum sepuhyang memang kurang bisa mencerna maksud dari sebuah berita. Menurut ane, alih - alih menyebut "prediksi", kata yang pas untuk menggambarkan situasi ini adalah "potensi".



Pada kasus potensi gempa Jatim, BMKG hanya membuat permodelan matematis yang didasarkan pada frekuensi gempa yang sering terjadi di Jawa Timur lima bulan terakhir ini. Dimulai dari gempa besar yang mengguncang Kota Malang ah sekitarnya beberapa waktu yang lalu, lalu disusul beberapa saat kemudian terjadi gempa lagi di Kota Blitar, yang juga terletak di Jawa Timur dan secara geografis dekat dengan Malang.

Jika menilik pada gempa besar yang terjadi di Jogja pada 2005 yang lalu, sebelum terjadinya gempa tersebut sebelumnya memang diawali dengan beberapa kali gempa kecil yang frekuensinya semakin sering. Nah, karena dalam waktu dekat saja di Jatim ini sudah ada 2 kali gempa yang kekuatannya lumayan besar, maka BMKG membuat permodelan tersebut, dengan tujuan agar semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah siap kalau - kalau gempa besar tersebut bakal terjadi. Apalagi, Jatim ini termasuk dalam wilayah yang dilalui oleh tumbukan lempeng Indo- Australia dan Eurasia.

Namun, lagi - lagi sangat disayangkan, niat baik BMKG untuk memberi early warning tersebut terkadang informasinya tak diterima masyarakat secara utuh. Hanya setengah - setengah. Masyarakat taunya hanya di Jatim akan ada gempa besar disertai tsunami. Bukannya membuat masyarakat bersiap diri, yang ada justru ketakutan dan kepanikan. Menurut ane, alih - alih memberi informasi seperti ini, ada baiknya pihak - pihak yang punya wewenang untuk lebih banyak memberi edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana mitigasi bencana yang baik.



Misalnya dibanyakin tuh iklan layanan masyarakat di tivi, atau membuat konten di media sosial, tentang bagaimana berlindung ketika ada gempa terjadi. Karena seperti yang kita tahu, seluruh wilayah Indonesia ini sangat rentan terjadi gempa dan tsunami, bukan hanya di Jawa Timur. Kalau kita melihat negara Jepang yang notabene menjadi langganan gempa, pemeritahnya secara aktif melakukan edukasi mitigasi gempa. Bukan hanya secara teori tapi juga praktek. Sesekali mereka membuat simulasi gempa dengan membunyikan sirine, untuk melatih kesiapan warganya menghadapi gempa yang bisa terjadi kapan saja. Infrastruktur termasuk bangunan dan rumah - rumah juga di desain sedemikian rupa agar tahan gempa. Hasilnya? Bisa kita lihat setiap kali gempa, korbannya bisa ditekan.



Jadi niat BMKG sudah benar. Hanya saja karena kita tahu minat baca masyarakat kita yang rendah, ditambah berita di media televisi yang terkadang cenderung memberi highlight judul berita yang bombastis, justru membuat kepanikan dikalangan masyarakat bawah. Seperti yang ane sampaikan sebelumnya, informasi worst scenario ini ada baiknya diimbangi juga dengan edukasi. Misalnya edukasi tentang tsunami 20 - 20 - 20, yang artinya jika terjadi gempa minimal 20 detik, maka orang - orang di pesisir pantai harus cepat - cepat mencari tempat tinggi minimal 20 meter dalam waktu kurang dari 20 menit. Ini lebih baik ketimbang gembar - gembor bakal ada gempa besar yang justru membuat orang panik.

Jadi kesimpulannya, apakah early warning yang disampaikan BMKG ini membuat kita bisa berantisipasi ataukah malah membuat ketakutan? Jawabannya tergantung pribadi masing - masing. Bisa membuat kita bersiap - siap, tapi disisi lain juga membuat was - was. Tergantung sejauh mana setiap individu mencerna setiap informasi yang didapat. Juga, sejauh mana media memberi edukasi, bukan justru membuatnya menjadi bombastis hanya sekedar untuk mendapatkan view dan rating.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini, Ini, dan Ini
Sumur Gambar : Om Google






nirankara
indramamoth
edelweis111
edelweis111 dan 27 lainnya memberi reputasi
26
6.8K
117
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan