Halo Agan dan Sista! Apa kabar? Semoga Agan dan Sista sehat dan bahagia selalu ya!



Bermulai dari banyaknya curhatan yang masuk ke telinga ane, tentang maraknya perceraian yang timbul karena disusupi oleh mertua. Wew!

Mungkin di sekeliling Agan dan Sista Agan pun, bisa ditemui hal serupa.

Tingginya perceraian yang dicampur tangani oleh pihak ketiga. Tidak melulu datang dari pelakor atau pebinor. Ada juga loh Gan Sis, yang datang dari keluarga atau saudara sendiri.

Hmm, meski miris. Tapi ane mau coba merangkumkan alasan kenapa yaa, marak perceraian terjadi saat tinggal bersama atau dekat dengan mertua.

Cekidot!

1. Mertua Terlalu Ikut Campur

Nah, meski tidak semua mertua seperti ini. Namun, tidak bisa dipungkiri adanya mertua yang doyan banget nih ikut campur urusan anak, karena merasa lebih berpengalaman.



Contohnya, mertua yang menuntut menantu perempuan untuk memberi makan anaknya yang belum genap 6 bulan. Duh kalau yang ini bahaya ya!

Belum lagi, yang suka menuntut agar si istri menjadi sempurna. Jangan kebanyakan tidur, harus bantu-bantu. Sampai, menantu bukan lagi rasa anak, tapi rasa pembantu. Duh!

Hal-hal ini, yang akhirnya memicu istri stress dan tak jarang memilih jalan berpisah. Terlebih, jika sang suami tidak membela istri di depan ibunya karena tak mau menyakiti hati Ibu.

2. Mertua Baik, Malah Ipar Yang Nyinyir

Yang seperti ini ada? Woiya ada! Ane sih enggak liat langsung. Tapi mendengar secara langsung. Bagaimana hubungan antar ipar yang enggak enak. Entah karena buruknya komunikasi, atau malah buruknya prasangka. Duh!



Alhasil, istri yang tertekan atas sikap ipar, gak jarang menyalahkan suami. Ada yang suaminya mau mendengar, sayangnya ... ada juga suami yang malah malas tahu.

3. Kebebasan Suami Istri Terbatas

Karena tinggal seatap, suami istri pun kadang susah memiliki privasi. Terlebih jika rumah yang dihuni tidak terlalu besar, mau ngobrol pun harus bisik-bisik di kamar supaya enggak di dengar orang rumah.



Hal seperti ini, alhasil jadi pemicu rusaknya komunikasi antara suami istri. Hubungan pun mau tidak mau jadi merenggang, karena komunikasi yang sulit dan terbatas ini.

Even mau rangkul-rangkulan sambil nonton TV di ruang tengah pun sungkan. Duuh!



Nah, tiga poin di atas hanyalah segelintir kisah yang ane rangkum atas pelajaran hidup yang ane dapatkan dari curhatan orang-orang di sekitar ane.

Meskipun begitu Gan Sis, ada juga kok temen deket ane yang hidupnya bahagia aja meski seatap dengan mertua.



Segalanya enggak sekedar berhubungan dengan komunikasi. Kadang, ada saja pemicu pertengkaran yang terjadi, yang gampang bikin panas di rumah tangga yang nyampur sama mertua.

Maka, mungkin benar adanya ungkapan ini, 'Kalau jauh aromanya harum, kalau dekat bau taik!' Hahahaha



So, kalau Agan dan Sista kali ini dihadapkan pada rasa tidak nyaman karena tinggal seatap dengan mertua. Maka, alangkah baiknya untuk komunikasi dengan pasangan dan mengajaknya untuk mandiri.

Gimana dengan mertua yang sudah renta dan butuh diurus? Tapinya mertuanya resek. Well, pilihannya cuma dua menurut ane.

Satu, GanSis bersabar dan anggaplah mertua adalah orang tua sendiri, juga ingat pula bahwa kita akan menua dan mungkin butuh bantuan orang lain kelak.

Dua, GanSis pindah ke rumah yang sangat dekat dengan mertua, sehingga memiliki privasi dan juga bisa menjaga mertua ya GanSis.

Ingat, enggak semua mertua itu enggak menyenangkan. Banyak juga kok mertua yang menyenangkan. Begitu pula dengan ipar.



Gimana pendapat Agan dan Sista? Soal maraknya perceraian yang timbul karena tinggal serumah dengan mertua? Kuy sharing santuy di kolom komentar tanpa sara dan tanpa gelud ya GanSis

Nah, demikian thread ane kali ini. Semoga ada pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik ya!

Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di thread ane selanjutnya!

Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada next thread ane yang nampang
Bolehlah Agan dan Sista mampir lagi

Sumber : narasi dan opini pribadi
Sumber gambar : google