powerpunkAvatar border
TS
powerpunk
Menjadi "Makhluk Asing" Ditengah Rendahnya Masyarakat Memakai Masker


Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
emoticon-Nyepi




Disaat kasus korona di India menggila, bahkan disebut sebagai tsunami korona, dan Malaysia menerapkan lockdownsecara nasional, nyatanya Indonesia tetap santuy aja. Penerapan PPKM yang direncanakan berlangsung secara nasional, nyatanya cuman seperti pepesan kosong diatas kertas. Pemerintah sih sudah punya niat baik, membatasi pergerakan masyarakat supaya pandemi tak terus berlanjut dan bisa dihentikan. Tapi apa daya, kesadaran masyarakatnya masih sangat rendah.

Entah, apakah ini memang kesadaran masyarakatnya yang rendah. Atau karena mamang mereka tak percaya dengan korona. Kenyataannya, mayoritas masyarakat masih acuh dengan pencegahan penularan korona. Jangankan untuk memakai masker atau hand sanitizer yang harus beli, untuk jaga jarak yang nggak pakai modal aja mereka susahnya setengah mati. Padahal pakai masker atau sanitizer itu bukan cuman melindungi dirinya sendiri loh, tapi juga untuk melindungi keluarga dan orang - orang terdekatnya.

Bagi ane pribadi, kalau cuman ngobrol berdua dengan orang yang nggak mau pakai masker sih masih dalam tahap wajar lah ya. Tapi kalau udah dalam suatu lingkungan atau komunitas masyarakat dan semua nggak pakai masker, sementara cuman kita sendiri yang pakai masker, rasanya sudah seperti terintimidasi. Kita benar - benar seperti makhluk asing yang terdampar dibumi. Lain dari yang lain. Pandangan mata - mata sinis seperti menelanjangi kita. Seolah berkata : "Elu ngapain sih pake masker? Takut sama korona? Cemen amat lu".



Apakah itu cuman buruk sangka ane aja? Ataukah pandangan sinis ini sebenarnya memang mengatakan seperti itu? Hanya dia dan Tuhan yang tau kepastiannya. Yang pasti sih, jauh sebelum ada kejadian pengusiran orang beribadah di masjid karena menggunakan masker dan sempat viral beberapa saat yang lalu, ane juga pernah mengalami. Nggak sampai diusir juga sih. Cuman ane seolah diceramahi. Ngapain sih pakai masker? Sampai kapan mau pakai masker? Emang mau pakai masker sampai kiamat? Korona itu nggak ada. Cuman akal - akalan pemerintah aja. Iyah, semacam itulah "ceramah" yang diberikan pada kaum "minoritas" kayak ane.

Alih - alih mendebat, ane cuman iyain aja. Kenapa? Karena ane tau karakter orang seperti ini sudah nggak bisa didebat. Makin didebat, yang ada dia makin ngeyel dan makin kemana - mana. Ngomongnya nggak pakai data dan fakta. Cuman asumsi dan kesimpulan ngawur. Kalau udah kepepet, bukan tak mungkin mereka bakal mengeluarkan ayat - ayat yang nggak ada relevansinya. Persis seperti kejadian yang ada di Bekasi beberapa saat yang lalu.



Miris sih sebenarnya. Gimana Indonesia mau bisa segera terbebas dari pandemi kalau kelakuan warganya masih acuh tak acuh seperti ini. Maksud ane, okelah nggak apa - apa nggak pakai masker, tapi mbok ya jangan men - judge orang yang pakai masker sebagai orang aneh. Keyakinanmu tentang ketidakadaan korona simpanlah sendiri. Kasian para penyintas korona yang sudah pernah merasakan berjuang antara hidup dan mati tapi di sisi lain ada orang yang tak percaya.

Ane pernah mendengar sendiri cerita dari saudara ane yang seorang penyintas korona. Awal - awal ia sama sekali tak menyangka bakal terkena virus ini. Gejala pertama yang ia rasakan cuman sederhana. Tak ada demam atau sesak nafas. Ia hanya merasa lidahnya tidak beres. Semua makanan dan minuman yang ia konsumsi rasanya jadi manis. Bahkan saat mengkonsumsi makanan asam pun, yang ia rasakan tetap manis. Lama kelamaan nafasnya mulai berat. Ia tak bisa lagi beraktifitas dengan normal. Karena desakan keluarga, akhirnya ia melakukan rapid test dan hasilnya reaktif.



Singkat cerita, selama satu setengah bulan ia melawan ganasnya virus korona di rumah sakit. Saking parahnya, ia bahkan sampai di pasang oksigen untuk membantunya bernafas. Hampir satu bulan paska dinyatakan negatif dan keluar dari rumah sakit, tubuhnya masih lemah. Ia masih belum bisa berjalan dengan normal. Harus berpegangan pada tembok supaya tidak terjatuh. Ia yang awalnya tak sepenuhnya percaya dengan korona, harus merasakan terpapar virus berbahaya ini.

Itu hanyalah sekelumit cerita dari seorang penyintas korona. Masih ada mereka yang berjibaku dengan ganasnya virus ini. Para tenaga kesehatan yang sedari awal berjuang di garis terdepan. Siang malam mereka harus berjuang menyelamatkan nyawa manusia, dengan resiko besar mereka ikut terpapar. Sementara disisi lain, di luar sana orang - orang tak peduli, tak percaya, bahkan lebih parahnya menganggap korona tak ada.



Tak ada kata yang bisa diungkapkan, selain miris. Semoga saja pandemi ini segera berlalu. Tapi sebelum sampai kesana, semoga saja mereka para penetang pengguna masker ini segera tersadar bahwa apa yang mereka lakukan ini salah. Di masa ini, masker bukan sekedar aksesoris, bukan pula alat supaya tidak ditilang polisi. Tapi lebih dari itu, masker melindungi diri kita, keluarga kita, dan orang - orang terdekat disekitar kita.

Kalau Gansis ada pengalaman menjadi "makhluk asing" yang terdampar dibumi, atau bahkan Gansis adalah seorang penyintas korona, bolehlah tinggalkan jejak di kolom komentar. Siapa tau bisa menjadi pembelajaran buat yang lain juga.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini dan Ini
Sumber Gambar : Terlampir




ladiesman097
ulermaboq
hoorray
hoorray dan 51 lainnya memberi reputasi
50
10.7K
181
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan