dwindrawatiAvatar border
TS
dwindrawati
FANTASI GILA SUAMIKU

PART 1

Ini sudah ke dua kalinya aku masuk rumah sakit dengan wajah dan sekujur tubuh penuh lebam. Bukan tak ada sebab aku mengalami semua ini, dan pelakunya tak lain adalah suamiku sendiri, Mas Rafli.

Lelaki yang baru dua minggu lalu resmi bergelar suami, dan kami menikah atas paksaan dari kedua orangtuaku yang tengah terlilit hutang pada lelaki tersebut.

Samar terdengar suara tangisan lirih dari arah kanan ranjang pasien yang aku tempati. Suara tangisan ibu.

Wanita itu terisak perlahan, namun aku tahu tangisannya percuma. Juga wajah murung bapak yang berdiri di ujung ranjang pasien dekat kakiku, semua tak ada artinya. Bukankah semua ini mereka yang menginginkan? Apa pun yang terjadi padaku, mereka lah penyebabnya.

Baru dua minggu menjalani pernikahan atas perjodohan yang dipaksakan, aku tak pernah merasakan moment-moment indah penuh bunga layaknya pengantin baru pada umumnya.

Mas Rafli suamiku, ternyata memiliki kebiasaan aneh yang tak pernah aku duga sama sekali. Bahkan mungkin orang lain pun pasti tak akan pernah menyangka, karena Mas Rafli selalu terkesan santun dan murah hati.

Tapi tak ada yang tahu, di balik senyum serta sorot hangat yang selalu terpancar dari kedua netranya, lelaki itu menyimpan sebuah rahasia mengerikan.

Sebelumnya, aku tak percaya tentang kisah seseorang yang memiliki kelainan ketika berhubungan seksual bersama pasangannya, sampai akhirnya aku mengalami sendiri.

Ya, kisah tragis itu benar-benar menimpaku. Merubah hidupku yang awalnya begitu indah, menjadi seperti neraka.

Lelaki pilihan bapak dan ibuku itu, selalu menyiksa fisikku setiap kali ia meminta haknya sebagai seorang suami. Dan itu terjadi sejak malam pertama kami sebagai suami istri.

Setiap kali aku mencoba menolak, itu hanya akan semakin membuatnya kalap menyiksa fisik dan mentalku.

"Jangan coba-coba kabur apalagi meminta cerai, Na. Ingat, hutang bapakmu kepadaku itu sangat banyak. Kalau kamu sampai nekat, maka aku tak segan untuk menjebloskan kedua orangtuamu ke polisi!" ancam Mas Rafli seusai malam pertama kami yang kulalui penuh kesakitan dan airmata.

Kala itu aku hanya bisa menangis sedih menangisi nasib yang begitu malang sembari menahan perihnya luka hampir di sekujur tubuh dan wajahku.

Mas Rafli menggigit, menampar, bahkan meninju hingga tubuh dan bagian wajahku jadi lebam kebiruan. Dan itu selalu terjadi tiap kali dia memaksaku berhubungan.

Aku sungguh lelah dan stress dalam keadaan ini. Beberapa teman di tempatku mengajar sebagai guru taman kanak-kanak juga tampak curiga saat melihat memar kebiruan di bawah mata.

Namun jelas aku tak berani buka suara.
Aku selalu memikirkan ibu dan bapak, meski sepertinya mereka sendiri tak pernah memikirkanku. Mereka selalu berpikir bahwa menikahkan aku dan Mas Rafli adalah solusi terbaik dari permasalahan yang keluarga kami hadapi.

Kejadian terparah untuk pertama kali terjadi kira-kira seminggu yang lalu. Saking tak kuat menahan sakit, akhirnya aku pingsan dan Mas Rafli pun terpaksa membawaku ke rumah sakit.

Kala itu kedua orangtuaku pun tahu, tapi mereka justru hanya memintaku untuk kuat dan terus bersabar. Tak ada yang tahu, atau sebenarnya mereka pura-pura tak tahu betapa pilunya hatiku saat itu.

Dan hari ini, kejadian tersebut terulang lagi. Mas Rafli hampir membunuhku ketika sedang menuntut haknya.

Entahlah, sampai kapan aku bisa bertahan dengan semua kegilaan Mas Rafli. Kadang aku berpikir, mungkin mati lebih baik daripada hidup dalam siksaan seperti ini. Tak hanya fisikku yang luka, tapi batinku juga.

***

"Cklek!"

Aku, ibu, dan bapak kompak menoleh ke asal suara. Pintu kamar rawat VIP rumah sakit yang kutempati terbuka, disusul masuknya sosok laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan rambut klimis yang disisir rapi ke samping.

Dia lah suamiku, Mas Rafli. Lelaki yang menyebabkan aku terbaring tanpa daya seperti ini.

"Kamu sudah sadar, Na?" Lelaki itu bertanya sambil melempar senyum ke arahku. Seakan dia lupa, siapa yang sudah membuatku nyaris mati dan terbaring di sini.

"Kalian keluarlah. Aku perlu bicara berdua dengan istriku." Mas Rafli berkata pada bapak dan ibu. Tak ada kesan hormat dalam nada bicara laki-laki berusia tiga puluh enam tahun itu, layaknya seorang menantu terhadap mertuanya.

Dan, bak kerbau yang dicucuk hidungnya, bapak dan ibuku langsung keluar dari ruangan tanpa kalimat bantahan sepatah kata pun. Sungguh, hutang telah membuat keduanya kehilangan harga diri di hadapan lelaki angkuh yang mereka sebut menantu kini.

"Harusnya kamu tak boleh lemah, Nana. Harusnya kamu lebih kuat lagi. Hari ini kita pulang, ya. Jangan katakan apa pun jika ada yang bertanya.

Kamu tahu kan, dengan uang yang aku miliki, hukum di negeri ini dengan mudah bisa kubeli. Yang aku sayangkan justru nasib kedua orangtuamu jika mereka sampai dipenjara."
Mas Rafli berkata penuh penekanan.

....

PART BERIKUTNYA ADA DI KOMENTAR.

dafiqi17
rvanrastin
masrup889998
masrup889998 dan 36 lainnya memberi reputasi
31
27.2K
120
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan