Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

LordFaries4.0Avatar border
TS
LordFaries4.0
Balasan Menohok Gus Ulil, Tokoh NU yang Diserang Buzzer Israel Nusantara

Tokoh Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil menyatakan, jika simpatisan Israel sudah ada di Indonesia.

Buzzer Israel kerap bergerilya di media sosial dan kadang menyusup ke kolom komentar netizen pendukung Palestina.

Buzzer bayaran itu dibayar untuk mempengaruhi persepsi warganet Indonesia yang kerap percaya tanpa membaca sejarah dan faktanya.

Ia pun mengaku mendapat serangan dari 'buzzer Israel Nusantara' itu di akun media sosialnya.

Bahkan, ia tidak perduli ketika simpatisan Israel menyebutnya sebagai kadrun.


"Imam Syafii'i pernah berkata demikian: jika mencintai ahlul bait (keluarga Nabi) itu pertanda Syiah, ya saya Syiah. Saya lanjutkan: Jika berpihak pada bangsa Palestina anda bilang itu pertanda kadrun, ya saya kadrun. I don't care!," tulis Gus Ulil.

Buzzer tersebut merupakan buzzer bayaran Israel dalam rangka kampanye menarik simpati masyarakat dunia terhadap Israel.

Buzzer tersebut bisa dikenali dengan postingan-postingannya yang mendukung Israel atau membuat narasi yang bersimpati dengan warga Israel atas konflik dengan Palestina.

Ia pun mengajak masyarakat untuk melawan propaganda yang digaungkan oleh Zionis Israel dan simpatisannya.


Melalui akun Twitternya, ia banyak menyampaikan pendapatnya tentang aksi Israel yang ia sebut penjajahan terhadap Palestina.

Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil pun mengajak masyarakat untuk melawan propaganda yang digaungkan oleh Zionis Israel dan simpatisannya.

Seperti diketahui, Israel menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda mengenai konflik yang terjadi di Yerussalem maupun jalur Gaza, Palestina.

Bahkan, Gus Ulil menyebut, kini di Indonesia sudah mulai banyak simpatisan pendukung Zionis Israel akibat propaganda besar-besaran yang dilancarkan.

"Suara kita di medsos amat penting. Melawan propaganda Israel dan simpatisannya di Indonesia (dan seluruh dunia), sama pentingnya dengan perjuangan di lapangan," tulis Gus Ulil di media sosial Twitter, dilihat pada Sabtu (15/5/2021).

"Propaganda mereka harus dilawan, supaya legitimasi moral negara Israel makin keropos," imbuhnya.

Gus Ulil menilai, dukungan yang diberikan Indonesia kepada Palestina memang tidak akan banyak mengubah keadaan.

Israel, akan terus melancarkan aksinya demi mencapai ambisi besar mereka yakni menguasai tanah Palestina.

Meski demikian, perlawanan melalui media sosial menurut Gus Ulil tidak kalah penting untuk memberikan dukungan kepada rakyat Palestina.

"Ada yang bilang, apakah pembelaan orang-orang Indonesia atas Palestina ini akan mengubah keadaan? Jawabannya: jelas tidak. Seluruh dunia Islam bersatupun membela Palestina, mungkin tak mengubah keadaan. Tetapi minimal kita bersuara atas kezaliman," imbuhnya.

Strategi gunakan buzzer

Pada awal 2021, Israel dilaporkan membayar para buzzer untuk meraih simpati.

Di Indonesia sendiri, kini di sosial muncul aksi mendukung Israel.

Sejumlah kreator bahkan membuat konten khusus untuk 'membenarkan' aksi pasukan Israel yang mencoba mengambil-alih Masjidil Al Aqsa serta serangan-serangan yang dilancarkan ke wilayah Palestina.

Sejumlah pihak pun menyoroti masifnya gerakan buzzer untuk memframing informasi mengenai konflik Palestina dan Israel.


Salah satunya sastrawan sekaligus novelis, Okky Madasari turut menyoroti keberadaan akun-akun yang diduga dikerahkan untuk melakukan framming tersebut.

"Menonton buzzer Israel bekerja. Di mana-mana buzzer memang serupa," tulis Okky di akun Twitternya, dilihat pada (14/5/2021)

Jaring dukungan
Diberitakan Kompas,com, sekelompok buzzer asal Israel beberapa waktu lalu menggiatkan kampanye media sosial untuk menjaring dukungan bagi normalisasi diplomasi.

Meski berisi ajakan damai, pesan mereka enggan menggaung di kalangan masyarakat Arab.

Dari dalam kantor yang sempit dan dipenuhi peta Timur Tengah, sekelompok buzzer Israel melancarkan kampanye sosial media untuk memupuk penerimaan warga Arab terhadap negeri Yahudi tersebut.

Satuan tugas yang dibentuk Kementerian Luar Negeri itu menggunakan bahasa Arab untuk menyapa pengguna Facebook, Twitter atau Instagram.

Mereka adalah bagian dari upaya diplomasi Israel pasca-normalisasi hubungan dengan sejumlah negara Arab, seperti yang dilansir dari DW Indonesia pada Kamis (14/1/2021).

Namun, meredakan permusuhan yang dibina selama beberapa generasi bukan tugas mudah.

November lalu, sebuah unggahan swafoto selebriti Mesir, Mohamed Ramadan, bersama penyanyi pop Israel, Omer Adam, di Dubai memicu badai kecaman.

Terutama Ramadan dijadikan sasaran amukan publik Mesir. Padahal unggahan itu dibubuhi kalimat "seni menyatukan kita semua.”

Pejabat Israel mengakui tantangan yang diemban para buzzer pemerintah, terlebih ketika lini masa media sosial kadung dipenuhi konten pro-Palestina, atau bukti visual pelanggaran HAM oleh tentara pendudukan Israel.

Yonatan Gonen yang mengepalai unit media sosial berbahasa Arab di Kemenlu mengatakan, foto Mohamed Ramadan diunggah untuk mempromosikan "normalisasi” antara bangsa Arab dan Israel.

Dia mengaku badai kecaman di media sosial memang mengecewakan, tapi menyadari prosesnya "membutuhkan waktu, orang mengubah pola pikirnya selama beberapa generasi.”

Harapan diutarakan Ofir Gandelman, juru bicara perdana menteri Israel. Menurutnya kini semakin banyak warga Arab yang melihat Israel sebagai sekutu, ketimbang musuh.

"Ketika perdamaian regional meluas, kemampuan berbicara dengan negara jiran dalam bahasa mereka sendiri menjadi sangat penting,” kata dia.

Tapi Dr Ala'a Shehabi, peneliti Inggris berdarah Bahrain di London, mengatakan sentimen publik Arab masih pro-Palestina.

Ihwal kampanye buzzer Israel, dia mengatakan "tidak bisa dikatakan sukses jika kampanye ini belum bisa mengubah pandangan umum.”

Diplomasi digital jangka panjang Israel membutuhkan dukungan publik Arab terhadap kesepakatan damai yang ditandatangani baru-baru ini.

Namun kesepakatan serupa yang sudah dijalin dengan Mesir sejak 1979 atau Yordania sejak 1994, hingga kini belum diterima sepenuhnya oleh masyarakat.

Oktober lalu, Kementerian Urusan Strategis melaporkan, antara Agustus dan September 2020 tercatat lebih dari 90 persen unggahan berbahasa Arab di media sosial membiaskan "normalisasi” sebagai hal negatif.

"Israel harus menyiapkan kampanye online jangka panjang untuk meyakinkan bangsa Arab agar mendukung kemitraan yang lebih kuat dengan Israel,” begitu bunyi penggalan laporan tersebut, seperti dilansir Reuters.

Seorang pejabat kementerian mengklaim, pada Januari jumlah unggahan negatif terkait normalisasi, anjlok sebanyak 75 persen.

https://medan.tribunnews.com/2021/05...ntara?page=all

Indonesia tetap konsisten emoticon-I Love Indonesia
gmc.yukon
abiem.ngesti
samsol...
samsol... dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.6K
71
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan