Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kampung.kampungAvatar border
TS
kampung.kampung
Ekstrim Kanan dan Kiri Berupaya Hilangkan Pancasila dan Bahasa Indonesia
YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Ketiadaan Pancasila dan Bahasa Indonesia dalam PP No 57 tentang Standar Nasional Pendidikan mendapat kritik dari banyak pihak.

Anggota DPR RI Gandung Pardiman menduga ada tangan-tangan jahat berideologi ekstrim kanan maupun ekstrim kiri yang berada di dalam pemerintahan berupaya menghilangkan kedua hal penting tersebut.

Ia menyatakan kecewa dengan kesalahan fatal tersebut. Pasalnya di UU nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi telah mengatur ketentuan jelas bahwa kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat mata kuliah Agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia.

"Prosedur untuk membuat PP cukup panjang, tapi ternyata ada kejadian fatal, ketiadaan Pancasila dan Bahasa Indonesia. Menurut saya menterinya layak dan sangat patut diganti," tandas Gandung di Kantor DPD Golkar DIY, kemarin sembari mengecam keras kejadian itu.

Ditegaskannya, Pancasila dan Bahasa Indonesia jelas diatur dalam undang  - undang. Keduanya telah menjadi jatidiri bangsa dan negara Indonesia. Ia berharap masyarakat  berani mengingatkan Pemerintah. Kalau hal ini dibiarkan, upaya merongrong Pancasila  akan semakin berani.

Sangat Menyakitkan
Gandung yang secara rutin turut mensosialisasikan program Empat Pilar kebangsaan kepada masyarakat yang isinya tentang Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika menegaskan penghapusan keduanya dalam PP 57 sangat menyakitkan.

''Sebagai idelogi negara, Pancasila dilahirkan dan dibentuk oleh para pendiri bangsa. Sangat jelas tujuannya sebagai rohnya bangsa Indonesia,'' tegasnya.

Ia mendesak pemerintah untuk meninjau ulang PP No 57 btahun 2021 tentang Standar Pendidikan Nasional itu. Dirinya tidak habis pikir menteri dan pejabat yang ada di sana sampai meloloskan peraturan tersebut.


Selain gerakan ekstrim kanan dan kiri, ia menduga PP itu terinsirasi model pendidikan luar negeri. Di sana bidang-bidang yang tak sejalan dengan kemajuan teknologi disingkirkan. Padahal belum tentu cocok diimplementasikan di Indonesia.

"Pancasila dan Bahasa Indonesia memiliki nilai filosofis tinggi. Bahasa Indonesia yang membuat berbagai suku, budaya di Indonesia bisa bersatu dan jelas tertuang dalam Sumpah Pemuda," tandas Gandung yang juga alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Sumber: Suara Merdeka

nomorelies
nomorelies memberi reputasi
1
810
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan