si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Mil Mi-1 - Jejak Sejarah Helikopter TNI AU Pada Masa Orde Lama
Mil Mi-1 mungkin kurang begitu dikenal di Indonesia, namun helikopter ini pernah berdinas bersama TNI AU. Namanya memang tak sekondang Mil Mi-4 dan Mil Mi-6 yang pernah digunakan TNI pada Operasi Trikora. Helikopter ini pada masanya dioperasikan sebanyak 8 unit pada era 1960-an.

Helikopter Mi-1 aslinya diproduksi oleh Mil Moscow Helicopter Plant, sementara yang digunakan oleh TNI AU bukan produksi Uni Soviet, melainkan buatan WSK-PZL, manufaktur helikopter dari Polandia. Meski berbeda pabrikan, helikopternya punya kualitas yang sama.

tahun 1954 Polandia mengadakan perjanjian dengan Uni Soviet untuk memproduksi Mi-1 dibawah lisensi. Menjelang akhir tahun 1955 produksi pertama dengan menyandang nama SM-1 keluar pabrik, meskipun hampir semua komponen termasuk mesin buatan Ivchenko dikirim dari Uni Soviet.

Pada tahun 1957, WSK-PZL kemudian mengeluarkan varian SM-1/300 yang telah mengadopsi mesin baru yakni Lit-3 buatan dalam negeri. Dua tahun berikutnya lahir SM-1/600 yang menggunakan mesin AI-26V yang lebih bertenaga. Selanjutnya jalur produksi untuk seluruh varian SM-1 mulai dihentikan pada bulan Desember 1965. Heli ini terbukti bandel dengan usia pakai yang lama, beberapa unit SM-1 masih terlihat terbang hingga tahun 1983.




Foto: Dokumentasi TNI AU



Dirunut dari sejarahnya Mil Mi-1 hadir selama periode kekuasaan Bung Karno, kehadirannya kala itu untuk mendukung Operasi Trikora yang bertujuan merebut kembali Irian Barat. Indonesia kemudian membeli delapan unit Mi-1, yang di Polandia dikenal sebagai SM-1. Helikopter ini mulai dikirim pada rentang tahun 1958-1959.

Bersamaan dengan helikopter SM-1, dibeli juga 40 pesawat tempur LIM-5 (MiG-17) dan sejumlah pesawat serang ringan Avia B-33 (Ilyushin Il-10). Kedatangan helikopter SM-1 ke Indonesia waktu itu juga membawa serta seorang instruktur bernama Richard Widskorsky. Ia membantu mendidik dan melatih dua orang pilot dalam negeri, yakni Soewoto Soekendar dan Ashadi Tjahjadi untuk mengawaki SM-1 tersebut.

Tahun 1961, karena jumlah helikopter semakin banyak yang memperkuat TNI AU, maka dibentuklah Skadron 6 yang diperkuat oleh 22 unit Mi-4. Empat tahun kemudian, pada tahun 1965, Skadron Udara 7 dibentuk untuk menampung delapan unit SM-1 dan dua Bell-47J serta sebuah Mi-4.

Helikopter di Skadron 7 bertugas sebagai heli angkut khusus untuk mendukung kegiatan Kepresidenan. Selain itu helikopter tersebut juga digunakan sebagai heli latih yang bermarkas di Lanud Semplak (sekarang Lanud Atang Senjaya).




Foto: Dokumentasi TNI AU



Memiliki peran sebagai helikopter ringan angkut khusus dan latih, maka SM-1 tidak dilibatkan dalam operasi-operasi militer yang terjadi pada tahun 1960-an. Namun, setidaknya sebuah peran SM-1 tercatat dalam operasi kemanusian pada bulan November 1965 dalam evakuasi kapal Corval berbendera Norwegia yang kandas di pantai selatan Ujung Kulon.

Helikopter ini memiliki panjang 12,09 meter dengan diameter rotor 14,35 meter serta tinggi 3,30 meter. Bobot kosongnya adalah 1.700 kg, dan bobot dengan muatan penuh mencapai 2.140 kg. Mi-1 versi Polandia ditenagai sebuah meisn Ivchenko AI-26V radial engine berkekuatan 575 horse power.

Dengan mesin tunggal ini helikppter dapat menembus kecepatan maksimal mencapai 185 km/jam, dan punya jarak jelajah sampai 430 km. Ketinggian terbang maksimumnya bisa mencapai 3500 meter, untuk operasional hanya memerlukan 1 orang kru saja. Sementara untuk penumpang yang bisa dibawa adalah 2 orang.

Pada masanya Mi-1 juga pernah dibuat versi ambulance, dengan tambahan kompartemen berwujud kapsul untuk membawa pasien. NATO sendiri memberi nama kesayangan Hareuntuk helikopter ini, sementara Amerika memberu nama kesayangan Type 32. Meski bukan termasuk helikopter serang, namun Mi-1 termasuk helikopter pertama yang diproduksi Soviet secara massal. Helikopter ini resmi diperkenalkan dan diproduksi tahun 1950, dan sampai tahun 1965 telah dibuat sebanyak 2.594 unit.




Varian ambulance dari Mi-1.

Ilustrasi: indomiliter.com



Yang unik dari desain helikopter ini adalah diadopsinya glass nose (kaca) pada bagian hidungnya, pemakaian glass nose ini memang lazim dipakai oleh pesawat dan helikopter buatan negeri komunis tersebut. Jika dilihat dari samping, helikopter ini seperti tampak sedang tersenyum.

Jalan cerita alutsista buatan Uni Soviet memang harus bernasib tragis, seperti yang sudah kita ketahui, setelah tragedi G30S hubungan Indonesia dan Uni Soviet tak lagi mesra. Saat era Orde Baru, Indonesia sudah tidak mendapat pasokan suku cadang lagi dari Soviet. Hal tersebut menyebabkan beragam alutsista yang dipakai TNI AU harus pensiun dini, varian Mi-1 milik matra udara tersebut resmi dinon-aktifkan pada tahun 1970.

Akibat tidak ada lagi pasokan suku cadang, Mi-1 milik TNI AU hanya tersisa satu unit saja. Sisa satu helikopter tersebut lantas dijadikan monumen di gerbang masuk Lanud Atang Senjaya, Bogor. Pada hari Selasa (26/9/2017) helikopter ini dipindahkan ke Museim Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta. Sebelum dipindahkan ke museum, Mi-1 terlebih dahulu menjalani proses perbaikan di Skatek 024 Lanud Atang Senjaya.





Saat dipajang menjadi monumen.

Ilustrasi: indomiliter.com







Mi-1 dibawa oleh truk trailer untuk menuju Museum Pusat TNI AU di Yogyakarta.

Foto: Dokumentasi TNI AU


Mil Mi-1


Negara Asal: Uni Soviet
Produsen: Mil Moscow Helicopter Plant
Panjang: 12,09 meter
Diameter Rotor: 14,35 meter
Tinggi: 3,30 meter
Kru: 1 orang
Bobot Kosong: 1.700 kg
Bobot Muatan Penuh: 2.140 kg
Mesin: 1 × Ivchenko AI-26V radial engine (575 hp)
Kecepatan Maks.: 185 km/h
Daya Jelajah: 430 km
Ketinggian Terbang Maks.: 3500 m
Negara Pengguna: China, Kuba, Jerman Timur, Indonesia, Albania, Irak, Suriah, Vietnam, Yaman, Rumania dan masih banyak lagi.

Spoiler for Video Tambahan:




------



Nah demikian sedikit bedah helikopter milik TNI AU yang pernah dioperasikan pada masa Presiden Sukarno. Dan mengingat TNI AU baru saja merayakan hari kelahirannya pada tanggal 9 April kemarin, TS juga mau mengucapkan dirgahayu yang ke-75 tahun untuk TNI AU "Swa Bhuwana Paksa" emoticon-Selamat

Terimakasih sudah membaca tulisan ini dari awal hingga akhir, sampai jumpa di pembahasan selanjutnya emoticon-Angkat Beer



Jauh di Langit Dekat di Hati







Referensi: 1.2.3
Ilustrasi Gambar: Dokumentasi TNI AU, indomiliter.com
Diubah oleh si.matamalaikat 16-04-2021 02:07
davecchio
masbandoel
jiresh
jiresh dan 32 lainnya memberi reputasi
33
4.7K
43
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan