c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Solusi Terorisme, Saudi Hukum Mati Ulama Yang Menentang Pemerintah, Lalu Indonesia?




Terorisme nampaknya saat ini lagi booming kembali, bom Makassar dan penembakan di Mabes POLRI membuat banyak orang merinding ngeri. Bayangkan di tengah badai corona, ditengah banyaknya pengangguran, ditengah banyak orang sulit menjalani kehidupan akibat perekonomian yang merosot.

Disanalah aksi teror semakin ramai, alasannya simple ingin jihad dan masuk surga jalur prestasi. Oke, kita stop dulu masalah diatas sekarang yang terpenting bagaimana solusinya?

Apa kita mau adopsi hukum ISA nya Malaysia atau mau membuat hukum yang lebih memberatkan!! Atau mau mengikuti hukum yang sudah dilakukan oleh Arab Saudi yang dinilai sangat efektif walau terkesan diktator namun intinya sukses membuat ruang gerak teror semakin meluas.



Apa yang telah dilakukan oleh Saudi? Pasti itu pertanyaan yang ada dibenak kaliankan.

Bagi ulama yang kritis terhadap kebijakan Saudi akan ditangkap dan di proses hukum hingga hukumannya pun tak tanggung-tanggung yaitu hukuman mati.

Berarti Arab Saudi diktator dong, secara demokrasi iya tapi hukum Saudi itu kerajaan. Yang berkaitan dengan ancaman bagi stabilitas negara Saudi, maka akan diberikan sanksi hukuman yang berat.

Baik itu sifatnya hanya ceramah, karena bila didengar oleh banyak orang dan terhasut maka akan menjadi masalah baru di kemudian hari. Bagaimana cara saudi membungkam hal itu? Diambil corong provokatornya dan dihukum mati.



Bahkan di tahun 2019 ada 3 ulama yang dieksekusi oleh Saudi, ada Salman al-Odah yang ditangkap tahun 2017 akibat kritik terhadap pemerintahan Saudi dan berafiliasi dengan teroris dan keluarga kerajaan Qatar.

Lalu ada Awad al-Qarni, ulama yang ceramahnya menentang kebijakan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman terhadap Qatar.

Terakhir ada Ali Al-Omari, sebagai tokoh publik dan ulama Saudi yang mendirikan kelompok Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional yang dicap organisasi teroris oleh pemerintah Saudi.

Ketiga ulama tadi dijatuhi hukuman mati, sedangkan di Indonesia banyak ulama yang menghasut, bahkan cenderung ceramah menjurus radikal masih aman dibawah naungan Pancasila.



Bahkan pemimpin organisasi yang dianggap sudah menyerang pemerintah, tidak di eksekusi mati. Disini makanya kelompok teror tumbuh subur, karena pemerintah tidak beraksi seperti langkah yang diambil Saudi.

Maka hingga sekarang Saudi baru di serang satu kali untuk dikudeta di Makkah pada 20 November 1979 oleh Juhayman al-Utaybi.

Setidaknya penerintah harus ambil langkah antisipasi yang cukup keras agar aksi teror berhenti, ulama-ulama yang dianggap menimbulkan kekacauan harus dibungkam, kebebasan pers dibatasi langkah diktator tapi negara aman oleh aksi yang membuat masyarakat luas yang jadi korban.

Secara tak langsung ulama yang soft akan diberikan jalan dan leluasa untuk berdakwah, sedangkan ulama radikal akan tinggal nama. Ini cara Saudi menghadapi teror dan efektif, lalu kenapa tidak bisa ditiru?



Silahkan yang mau orat oret dioersilahkan, monggo...

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, semoga bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.

emoticon-I Love Indonesia



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik, klik
Pic : google

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star






yusuf2210
Aramina
Negrod
Negrod dan 48 lainnya memberi reputasi
45
9.5K
148
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan