Hannah terlahir dengan nama asli
Hannah Allgood. Beliau lahir di bulan Maret 1708, putri ketiga dari pasangan
Isaac Allgoods dan Hannah Reynolds. Hannah dulunya memiliki 2 orang Kakak, sayangnya mereka berdua sudah meninggal dunia di usia dini. Hannah memiliki seorang Adik yang usianya 3 tahun lebih muda darinya. Sedikit info tentang orang tuanya Hannah, sejak kecil Hannah memang sudah terbiasa dengan gaya hidup yang mewah. Pasalnya, Ayahnya Hannah adalah seorang tuan tanah dan pemilik sebuah tambang batu bara yang disegani di Hexham, Northumberland. Sementara sang Ibu adalah seorang putri juragan Anggur (minuman) ternama di London.
Sayangnya, dibalik semua kemewahan itu, kehidupan keluarga Hannah tidaklah harmonis. Orang tua Hannah bercerai karena Ibunya tak tahan dengan kebiasaan sang Ayah yang suka mabuk-mabukan. Hannah pun ikut bersama Ibunya, namun hubungannya dengan sang Ibu tidak begitu baik. Hingga usianya menginjak 16 tahun, Hannah harus kehilangan sang Ibu untuk selamanya. Bukannya diasuh oleh sang Ayah, Hannah justru diasuh oleh Neneknya.
Karena belum terbiasa, sempat terjadi ketegangan antara Hannah dengan sang Nenek. Puncaknya adalah ketika Hannah "nikah siri" dengan seorang pembantu bangsawan bernama
John Glasse. Faktanya, usia John saat itu 2 kali lipat dari usianya Hannah. John menikahi Hannah di usianya yang sudah menginjak kepala 3 (Hannah berusia 16 tahun, sementara John berusia 30-an). Sebulan kemudian, hubungan "gelap" tersebut terkuak oleh sang Nenek dan membuatnya marah besar. Meski begitu, Hannah pun meminta maaf dan hubungan antara Nenek dan Cucu itu pun berakhir harmonis. Kemudian, Hannah pun memutuskan untuk tinggal bersama sang Suami di kawasan Piccadilly, Westminster, London.
Per tahun 1728, Hannah dan John memutuskan untuk pindah ke kawasan Essex dengan alasan pindah dinas. Tak lama setelah itu, pasangan tersebut pun dikaruniai anak pertamanya. Lalu pada 1734, keluarga Hannah kembali ke London. Selama pernikahannya dengan John, Hannah dikaruniai 10 orang anak, namun hanya setengahnya saja yang masih hidup, karena sisanya meninggal di usia dini (5 anak masih hidup, 5 anak udah meninggal).
Di negara kita Indonesia, orang zaman dahulu beranggapan kalau "Banyak Anak, Banyak Rezeki". Jadi, jangan heran kalau Kakek, Nenek, Ibu atau Bapak kalian punya saudara kandung yang banyak. Tapi, "kepercayaan" tersebut nampaknya tidak berlaku bagi Hannah dan John. Karena pekerjaan John yang hanya sebagai seorang pembantu bangsawan, ternyata tidak menjamin kalau kehidupan ekonomi keluarganya mereka bisa terpenuhi. Faktanya, mereka tergolong ke dalam keluarga kelas ekonomi ke bawah.
Guna membantu perekonomian keluarga, Hannah memanfaatkan hobi memasaknya menjadi cuan a.k.a uang a.k.a fulus. Caranya, dengan mencatat semua resep hidangan yang sudah pernah Ia coba dan buat ke dalam sebuah buku. Dan buku itulah yang dikenal sebagai "The Art of Cookery Made Plain and Easy".
Sayangnya, nasib tragis harus kembali menerpa kehidupan Hannah. Pasalnya, John Glasse sang Suami, wafat pada 21 Juni 1747, beberapa bulan setelah Hannah merilis bukunya. Meski begitu, buku tersebut laku keras di pasaran. Pada awalnya, buku tersebut hanya terjual sekitar 200 salinan saja. Seiring berjalannya waktu dan beberapa edisi revisi, buku tersebut pun menjadi salah satu "Buku Terlaris di Abad ke-18".