Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nasihiberAvatar border
TS
nasihiber
#CerpenReligi Cinta dalam Istikharah


Spoiler for Ilustrasi Tokoh:


Spoiler for Ilustrasi Tempat:


Referensi:
1. Cinta Fisabilillah (FMM)
2. Pengalaman Pribadi Seseorang


Ramanamaku. Aku seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Bandung. Saat ini, aku tinggal ngekos di dekat kampus. Tapi aku tak tinggal sendiri,. Aku tinggal bersama seseorang yang aku cintai. Ya, aku sudah menikah sekitar dua bulan yang lalu. Istriku masih kuliah juga, namun kami berbeda kampus. Hanya saja kampusnya tak jauh dari tempat tinggal kami. Aku bersyukur Allah memilihkan dia untukku. Hari ini, kami sedang makan berdua di sebuah restoran yang berada tak jauh dari kampus kami. Disinilah semua dimulai


4 Bulan sebelumnya.

Aku sedang mengerjakan skripsi di sebuah restoran kecil bernama Ludwick Cafe. Tak lama kemudian seseorang datang menghampiriku sambil menepuk pundakku

"Serius banget kayanya" ucap Reza

"Eh bang, ya, pengen cepet beres bang hehe, jadi dicicil" ucapku


Dia adalah kaka tingkatku, namun berbeda jurusan, kami bertemu di sebuah UKM dikampusku. Namanya Reza. Dia bijak, dan dewasa. Tak lama kemudian, kami melihat ada dua orang, mungkin sepasang suami istri. Entah kenapa, aku merasa damai melihat mereka. Aku tak mengerti, kenapa orang-orang menganggap pakaian syar'i itu dengan sebutan teroris. Justru aku malah senang melihatnya.

"Liatinnya gitu banget Ram" ucap Reza membuyarkanku

"Hehe, adem aja kalau liat yang gitu"

"Cepet nikah makanya"

"Abang juga belum kan, lagian saya masih kuliah bang"

"Lah emang kenapa kalau kuliah? Banyak kan yang nikah muda tapi rumah tangganya berjalan lancar"

"Yah, selesaikan kuliah dulu aja bang"


Sebenarnya perkara jodoh itu tidak sulit. Selama ada kemauan dan usaha, hasil tidak akan mengkhianati. Tapi kitanya yang terlalu rewel mau jodoh yang kaya gimana. Termasuk aku sih. Aku terkadang mencari wanita yang cantik, dan berhijab, sudah cukup aku menilai orang itu baik. Tapi penampilan tak menentukan apakah bagus didalamnya (hatinya). Akupun belum ada pikiran kearah sana.

"Menikah itu ga harus buru-buru, tapi ga harus ditunda juga"

"Maksudnya bang?"

"Ya, kamu jalani aja hari seperti biasa, ikhtiar, kan rejeki, jodoh, dan mati itu di tangan Allah. Jika suatu hari Allah meletakkan sebuah nama di hatimu, jangan pernah kamu sia-siakan"

"Iya bang"


Tak lama kemudian, datanglah tiga orang perempuan dan berjalan menghampiri kami.

"Assalamualaikum" ucap mereka

"Waalaikumsalam" jawabku dan bang Reza

"Maaf ya bang, kita telat" ucap salah seorang perempuan

"Gapapa ko"

"Siapa bang?" tanyaku

"Oh iya, Ram, kenalin, ini Fatimah, ini Rica ini Zahra" sambil menunjukkan siapa mereka


Fatimah. Gadis lugu berparas cantik. Ia terkenal cerewet dan paling aktif diantara kami. Mereka semua kuliah di kampus yang sama. Rica, gadis manis yang perawakan paling kecil, namun kalau soal akademik, Rica tergolong gadis yang cerdas. Dan yang terakhir, yang paling menarik. Zahra, seorang gadis bercadar yang terlihat sedikit judes. Tapi Zahra juga merupakan gadis yang cerdas juga.

"Wey, maaf telat . . aduuh" ucap seseorang sambil terengah-engah

"Eh elu Vin, kemana aja. Udah gue tungguin juga"

"Ya sorry"

"Assalamualaikum" ucapku

"Waalaikumsalam" jawab Kevin


Kevin ini merupakan seorang mahasiswa juga namun kami berbeda jurusan. Kevin ini seorang kutu buku. Tapi banyaknya baca manga. Kemudian bang Reza memperkenalkan Kevin pada ketiga gadis ini. Disinilah kami, berkumpul bersama. Membahas apa saja yang bisa dibahas namun bermanfaat.

Beberapa hari kemudian, aku sedang mengerjakan tugasku sambil mendengarkan ceramah ustdaz Khalid tentang nikah muda. Kebanyakan sekarang, menikah itu harus mapan dulu, harus punya rumah dulu, harus punya kendaraan dulu, kerjaan yang gajinya tinggi dan lain-lain. Bagus kalau anak itu bisa menahan syahwat pada lawan jenisnya. Apalagi jika membahas tentang menikah muda, orang tua masih ada saja yang menunda-nunda karena urusan duniawi. Padahal menikah muda ini banyak keuntungannya.

Di usia yang lebih muda, wanita sedang dalam masa bersemangat. Sehingga saat menikah dan memulai rumah yang tangga, ada energi besar untuk mengurus suami dan anak. Pemikiran wanita muda relatif masih polos dan tidak terbebani banyak hal, sehingga dia bisa lebih fokus pada rumah tangganya tanya mengkhawatirkan banyak hal, tidak seperti wanita dewasa yang sering takut dan mencemaskan banyak hal

Lebih banyak waktu untuk mengenal karakter pasangan. Mungkin awalnya ada sedikit konflik, tetapi bukankah konflik merupakan bumbu rumah tangga? Jika pasangan usia muda bisa mengelola konflik dengan baik, ikatan pernikahan justru semakin kencang. Setiap orang, pasti ingin menikah, tapi yang membedakan itu "kapan"

Suatu hari, aku sedang mencari buku di salah satu toko buku yang ada di Bandung untuk mencari referensi kajian teori skripsiku. Saat aku mau mengambil buku, ada seseorang yang menarik buku itu dari seberangku. Saat aku lihat ternyata seorang gadis yang tidak asing. Zahra.

"Zahra? Lo disini?" sapaku

"Assalamualaikum" ucapnya sedikit jutek

"Waalaikumsalam" jawabku

"Lo mau ambil buku ini?" tanyaku

"Engga jadi, kamu aja" katanya

"Eh gapapa, ambil aja, gue cari rujukan lain aja"

"Oh yaudah" katanya

"Makasih kek" ucapku

"Iya makasih"


Akupun pergi. Setelah mendapat rujukan, aku kembali ke resto tempat biasa aku nongki-nongki. Dan sekarang tempat itu menjadi tempat berkumpul aku dan teman-temanku. Setelah beberapa pertemuan, saat aku mau mendatangi resto ada Zahra disana. Saat ia melihatku dan langsung membuang muka.

"Kenapa buang muka" tanyaku sambil duduk didepannya

"Assalamualaikum" ucapnya

"Waalaikumsalam" jawabku

"Sibuk apa?" tanyaku basa-basi

"Kepo" katanya jutek

"Ayolah, jangan so soan musuhan. Kita ini suka kumpul-kumpul bareng. Masa mau kaya musuh-musuhan terus"

"Bikin novel" jawabnya

"Oh, suka menulis juga"

"Kamu suka nulis?" tanyanya

"Iya, gue suka bikin novel juga, tapi lebih ke novel remaja"

"Kalau aku lebih suka menjadikan tulisanku sebagai ajang dakwah" katanya

"Ooh bagus tuh, memanfaatkan teknologi untuk menebarkan kebaikan. Kalau menurut lo, kendala nulis itu apa?"

"Emm . . apa yah, kadang suka bingung di konsepnya. Kita tahu apa yang mau disampaikan, tetapi kita gatau kata-kata yang pas untuk menyampaikannya. Menurutmu?"

"Kalau gue saat udah dapat ide, lalu pas mau nulis, ide itu hilang seketika. Disitu rasanya beeuh kesel"

"Iya, sering gitu kok hehe"


Obrolan kami berlanjut mengenai hobi kami yang serupa. Menulis. Sesimpel ini? Entah karena dia pakai cadar, dia berbeda sama perempuan lain, atau karena hobinya. Tapi untuk pertama kalinya, aku memandang wanita tanpa mempedulikan wajahnya.

Hari-hari berlalu. Di kosan, aku ga tau kenapa selalu terbayang dan penasaran sosok Zahra. Aku tahu kami sudah saling terhubung di setiap sosmed kami. Aku melihat beberapa foto di instagramnya, termasuk tulisannya tentang Hijrah.

Sepanjang tahun pernahkan kita mengingat dosa-dosa kita, menyesalinya dan bersungguh-sungguh memohon ampunanNya? Sepanjang tahun pernahkan kita menyadari kenikmatan hidup kita, mensyukurinya dan berserah diri kepadaNya? Kita perlu melihat ke dalam diri kita sendiri, apakah kehadiran Sang Nabi yang membawa cahaya—min al-dhulumât ilâ al-nûr—benar-benar telah merubah diri kita yang dipenuhi kegelapan menjadi bercahaya. Jika belum, inilah saatnya, hijrah.

Dalam Islam, ada dua jenis hijrah: pertama, hijrah zahir (fisik), yaitu berpindah tempat tinggal, dan kedua, hijrah jiwa (spiritual), yaitu berpindahnya keadaan jiwa ke arah yang lebih baik. Mengenai hijrah jiwa (spiritual) yang menuju pada perbaikan diri, Rasulullah bersabda (H.R. Imam Bukhari): “Al-Muhâjir man hajara mâ naha Allahu ‘anhu—muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan segala laranganNya.”

Dari sudut pandang fisik, hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw adalah sebuah transisi di antara dua situasi, dari keadaan yang tidak aman dan lemah (Mekkah) menuju keadaan yang aman dan kuat (Madinah). Sedangkan dari sudut pandang spiritual, hijrah dipahami sebagai transisi dari keadaan lemah manusia atas dosa menjadi keadaan yang kuat dan terus berjuang untuk menghindarinya. Keadaan yang penuh dengan kelalaian menuju kesadaran spiritual yang sehat.

Dengan kata lain, mencukupkan diri dengan tidak melakukan observasi terhadap jiwanya, karena telah meyakini bahwa dirinya berada dalam kebenaran. Anggapan baik inilah yang membuat manusia berhenti untuk memperbaiki kualitas ibadahnya.

Ibarat kita itu sebuah handphone. Kita perlu di charege agar menjadi lebih kuat. Kita juga butuh ilmu agama agar iman kita menjadi lebih kuat. Meski terkadang akan ada saat dimana baterai kita itu habis. Pasti harus diisi kembali kan? Agar ilmu yang kita dapat bisa diingat dan diamalkan untuk sesuatu yang bermanfaat.

Aku rasa, aku telah jatuh cinta padanya. Aku tahu dalam islam tidak ada yang namanya pacaran. Dan untuk pertama kalinya juga, aku merasa hati ini ingin ada yang mengisi. Aku ingin menikah. Tapi aku sadar, bahwa aku belum punya apa-apa. Aku pernah mendengar dalam sebuah kajian, jika seseorang ingin menikah namun jodohnya belum ada, bisa meminta petunjuk dengan cara shalat istikharah. Aku mulai membaca-baca tentang shalat istikharah.

Hal ini sangat dianjurkan untuk dilakukan agar antara keduanya benar-benar merasa yakin akan pilihannya. Kemudian, mintalah kepada Allah agar dipilihkan pasangan yang memang benar-benar cocok dan merupakan pasangan yang terbaik dari-Nya. Anjuran sebelum menikah yang pertama ini berdasarkan hadis dari Abu Hatim al-Muzani radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‘Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar,’” (H.R. at-Tirmidzi).

Anjuran selanjutnya adalah berdoa. Ketika ingin menikah, maka sebutkanlah pilihan yang telah calon pasangan pilih di dalam doa shalat istikharah. Doa dalam shalat istikharah sebelum menikah ini dapat membantu calon pasangan agar dapat memiliki kemantapan hati untuk melangkah dan memohon petunjuk kepada Allah agar ditunjukkan bahwa apa yang telah mereka pilih adalah sebuah kebaikan.

Aku memposting sebuah video tentang seorang lelaki yang ditinggalkan menikah. Kemudian, beberapa saat kemudian, ada DM masuk dari Zahra.

"Pengalaman pribadi?"

"Iya" aku jawab seadanya

"MasyaAllah"

"Kenapa? Pernah mengalami?" tanyaku

"Iya pernah"


Entah kebetulan, atau memang sudah takdir. Lama kami mengobrol lewat instagram, aku mencari info tentang dia dan yang pertama adalah alamat. Kenapa alamat? Langkah terbaik untuk memiliki seorang wanita adalah datang kerumahnya, temui ayahnya untuk meminta restu. Itu namanya cowok. Namun, jika aku temui orang tuanya dalam keadaan seperti ini, apakah ia akan menerimaku? Kembali lagi pada istikharah kita. Allah memberi jawaban dengan berbagai macam cara. Salah satunya bisa lewat mimpi (Pengalaman pribadi) Bisa juga mendapatkan info dari teman-temannya atau secara tak sengaja. Dan setelah aku melaksanakan shalat, aku semakin banyak mendapatkan informasi mengenai Zahra. Aku berharap, ini langkah yang baik untuk memulai ikatan suci.

Aku ngobrol bersama keluarga lewat telefon perihal niatanku untuk menikah. Pada awalnya, mereka sedikit ragu, karena ya minimal aku harus punya penghasilan. Sekecil apapun itu, aku harus memiliki penghasilan. Dan langkah termudah yang bisa aku raih, menjadi seorang driver ojek online. Beberapa hari setelah obrolanku dengan orang tuaku, alhamdulillah mereka mengizinkan, dengan syarat tidak menganggu kuliahku yang sebentar lagi selesai.

Suatu hari, aku datang kerumahnya, namun sepertinya Zahra sedang tidak ada dirumah. Dan yang aku temui adalah seorang pria yang kutaksir usianya sekitar 45 tahun mengenakan peci. Tak lama kemudian Zahra datang sembari mengucapkan salam

"Ngapain disini?" tanyanya

"Ada perlu sama orangtuamu"


Ia nampak kebingungan dan langsung berjalan kedalam mengabaikan aku. Lalu Zahra keluar lagi bersama ayahnya. Aku langsung menyampaikan maksud dan tujuanku datang kemari.

"Setiap orang tua, pasti mau anaknya menikah dengan laki-laki baik. Tapi saya kembalikan lagi pada anak saya. Gimana nak?" tanya beliau pada Zahra

"Rama, sebelumnya aku minta maaf, tapi rasanya kita cukup menjalin ukhuwah saja dalam perjuangan. Aku doakan semoga kamu menemukan pasangan lain yang lebih baik dariku"


Ya drama kehidupan menuju maghligai pelaminan memang beragam. Ada yang menjalaninya dengan smooth, amat mulus, tapi ada yang berliku penuh onak duri, bahkan ada yang pupus ditengah perjalanan karena cintanya tak bertaut dalam maghligai pernikahan. Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi. Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup itu adakalanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan; terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tapi Allah juga yang menentukan

Semenjak itu, aku lebih sering mengurung diri di kamar kosku. Bahkan Kevin kadang datang dan berusaha menghiburku. Entah apa yang aku rasakan, apakah aku hanya sedih, atau disertai sakit hati. Mungkin aku yang salah bertindak

"Udah, lo jangan sedih"

"Makasih udah mau nemenin Vin" ucapku

"Haha lebay lo. Terus lo udah nyerah sekarang?" tanyanya

"Ya mau gimana lagi, udah ditolak juga"

"Cinta ga harus memiliki Ram" katanya

"Mungkin memang belum waktunya Vin"

"Ya lo berdoa aja. Selama janur kuning belum melengkung, masih ada kesempatan menikung"

"Haha, ada-ada aja lo Vin . . Vin"

"Nah gitu ketawa, udah jangan larut dalam kesedihan"


Aku melanjutkan aktivitas kuliahku dan kini aku sudah hendak mendekati semester delapan. Ya, aku sedang UAS di semester tujuh ini. Dan selama itu aku tak pernah berkumpul lagi bersama mereka. Entah aku yang ingin mengejar target, bekerja, atau aku taku merasa sakit jika aku melihat Zahra. Sampai suatu hari, aku kembali datang ke restoran tempat kami biasa berkumpul. Aku lihat disana ada Rica dan Fatimah.

"Assalamualaikum Rica"

"Waalaikumsalam" jawab mereka

"Tumben Ram, kemana aja. Sombong ih sekarang mah" ucap Fatimah"

"Ada hehe, namanya juga mahasiswa tingkat akhir"

"Cie udah mau lulus, kalau udah lulus nikah deh hehe" ucap Rica menggodaku

"Iya, jadi diantara kalian siapa yang duluan dapetin gue hahahah"

"Huu itu mah maunya Rama. Fatimah sih masih mau belajar dulu supaya ilmu nya benar-benar matang saat mendidik anak nanti"

"Lalu Rica ga ada niatan nikah muda?" tanyaku

"Kalau aku sih, insyaAllah siap, cuma entah deh calonnya siapa heheh"

"Bukannya bang Reza yah?" nyeletuk Fatimah

"Oh, lo suka sama bang Reza? haha"

"Iiishh Fatimaaah" Rica cemberut


Saat kami sedang asyik tertawa sambil mengobrol hal-hal yang dirasa bisa mencairkan suasana, seseorang datang lagi menghampiri kami.

"Assalamualaikum" ucap Zahra

"Waalaikumsalam . . Weee ninja datang" jawabku

"Apa kabar" tanyanya padaku

"Baik, insyaAllah"


Apa yang aku rasakan? Senang. Aku dapat kembali melihat Zahra. Aku bahkan tak menyimpan rasa kecewa atau apapun dari penolakan itu. Namun aku rasa, aku masih ada perasaan dengannya. Kemudian, Fatimah mengajak Rica untuk ke meja kasir memesan makanan

"Rama" panggilnya

"Iya?"

"Aku mau tanya sesuatu"

"Tanyalah" ucapku

"Kamu kecewa ya?" tanyanya

"Soal apa?"

"Lamaranmu saat itu"

"Em, Zahra"

"Iya Ram?" jawabnya

"Aku sudah shalat istikharah beberapa kali, dan jawabannya itu kamu. Itulah kenapa aku tiba-tiba berani datang kerumahmu tanpa pemberitahuan lalu melamarmu."

"Kamu sudah bekerja?" tanyanya

"Aku hanya seorang driver ojek online"

"Menurutmu cinta itu yang seperti apa?" tanyanya

"Yang aku rasakan ke kamu, nyaman dan tanpa alasan. Salah?" jawabku

"Ram, Rumi bilang, sebagus apapun kita menjelaskan tentang cinta, ketika kita merasakan cinta, kita akan malu atas penjelasan kita. Ga ada penjelasan yang pasti tentang Cinta. Semua punya persepsi masing-masing"

"Cinta itu harus karena Allah. Mendekatkan aku kepada taqwa, menjauhkanku dari maksiat" lanjutnya

"Dan aku ga begitu?" tanyaku

"Cinta karena Allah, bisa dibangun bersama-sama dari nol. Dimulai dengan ikatan suci di mata Allah"

"Maksudmu?"

"Apa yang kamu cintai dariku?" tanyanya

"Cintaku karena Allah tidak membutuhkan kesamaan antara kau dan aku. Namun yang terpenting adalah kesamaan prinsip dan tujuan, yaitu menggapai ridha Allah Subhanahu wa ta'ala, dan aku yakin itu ada dalam dirimu"

"Rama" ia tertunduk

"Zahra, bolehkah aku datang kerumahmu, untuk melamar untuk yang kedua kalinya?"

"Ga semua laki-laki punya keberanian melamar untuk kedua kalinya setelah ditolak. Dan aku percaya, bahwa kamu memang orang yang selama ini aku diskusikan dengan Allah"


Aku diam penuh ketegangan Nafasku sering menghela panjang. Aku mencoba untuk tetap tenang. Namun tetap sungguh gugup yang terasa. Aku bingung mulai dari mana

Menatap orang tuamu di hadapanku. Aku terbayang takut tak bisa diterima. Aku gelisah gemetar tak dapat restunya. Hingga aku beranikan berucap juga. Aku mulai entah dengan kalimat apa

Niat hati aku utarakan, Ingin melamarmu dengan segenap harapan, Ingin jadikanmu kekasih hatiku. Membuatmu jadi jodohku
Karena sudah lama aku mencintaimu

Ketika orang tuamu menjawabnya
Aku pun mendengarnya dengan seksama. Tiap kata tiap kalimat yang mereka kata. Aku akhirnya merasa begitu bahagia. Mereka menyambutnya dengan restu mulia

Aku sungguh bahagia saat itu. Niatku menjadi jodohmu mendapat restu. Semoga engkau bahagia juga saat itu. Aku telah berikan keberanianku. Semoga lancar sampai pelaminan bersamamu
Diubah oleh nasihiber 14-06-2018 17:13
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.9K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan