- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Covid-19 Bukan Terakhir, Virus Nipah Penyebab Kerusakan Otak Disebut Jadi Pandemi
TS
Joko.Lee
Covid-19 Bukan Terakhir, Virus Nipah Penyebab Kerusakan Otak Disebut Jadi Pandemi
Quote:
Covid-19 Bukan yang Terakhir, Virus Nipah Penyebab Kerusakan Otak Disebut Jadi Pandemi Berikutnya
Masyarakat dunia telah menghadapi virus Sars-CoV-2 atau yang lebih dikenal sebagai virus corona setahun belakangan ini.
Melansir laman World o Meters, virus corona telah menjangkiti lebih dari 111 juta jiwa di seluruh dunia, dan menewaskan lebih dari 2,4 juta jiwa.
Hingga saat ini masyarakat masih mencoba lepas dari virus corona yang belum bisa dimusnahkan.
Belum selesai dengan virus corona, masyarakat dunia sudah dihadapkan dengan virus Nipah yang lebih mematikan daripada Covid-19.
Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari laman Express, para ahli mengatakan bahwa virus Nipah memicu kerusakan otak yang berat dengan tingkat kematian mencapai 75 persen.
Para ahli juga memprediksi jika virus Nipah akan menjadi pandemi yang harus dihadapi umat manusia, setelah Covid-19.
“Nipah adalah salah satu virus yang secara mutlak dapat menjadi penyebab pandemi baru,” ujar Dr Rebecca Dutch, ketua departemen Biokimia Molekuler dan Seluler Universitas Universitas Kentucky.
Rebecca mengungkapkan efek dari virus Nipah bahkan sangat memprihatinkan dan menakutkan.
Peningkatan penularan virus Nipah sangat tinggi, dikhawatirkan virus tersebut akan cepat menular dari satu manusia ke manusia lainnya.
“Tingkat kematian untuk virus ini antara 45 persen dan 75 persen tergantung pada wabahnya, dan diperkirakan lebih tinggi daripada Covid-19,” kata Rebecca.
Virus Nipah terbukti menyebar melalui makanan, dan kontak dengan kotoran manusia atau hewan.
Masa inkubasi virus Nipah cenderung lama, dan tidak bisa dipastikan apakah penularannya bisa semasif virus corona.
Dr Jonathan Epstein, wakil presiden untuk sains dan penjangkauan di EcoHealth Alliance, mengatakan bahwa pihaknya baru mengetahui sedikit informasi tentang variasi genetik dan virus terkait Nipah pada kelelawar.
Epstein bersama timnya khawatir lantaran Nipah dinilai lebih menular di antara orang-orang.
“Selama ini Nipah menyebar di antara kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, terutama penderita penyakit pernapasan melalui droplet, dan kami umumnya tidak melihat rantai penularan yang besar,” ujar Epstein.
Jika proses penyebaran virus Nipah dibandingkan, maka persebaran antara manusia ke manusia lebih cepat, daripada antara kelelawar ke manusia.
Para ilmuwan mengaku harus memahami virus zoonosis tersebut, dan mencoba mengurangi penyebrannya.
Dr Melanie Saville, direktur penelitian dan pengembangan vaksin di Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), memperingatkan bahwa dunia perlu bersiap untuk pandemi yang besar berikutnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menandai virus Nipah dalam daftar patogen yang membutuhan penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
Virus disebut dapat ditularkan ke manusia dari hewan seperti kelelawar atau babi, atau makanan yang terkontaminasi.
SUMBER
Melansir laman World o Meters, virus corona telah menjangkiti lebih dari 111 juta jiwa di seluruh dunia, dan menewaskan lebih dari 2,4 juta jiwa.
Hingga saat ini masyarakat masih mencoba lepas dari virus corona yang belum bisa dimusnahkan.
Belum selesai dengan virus corona, masyarakat dunia sudah dihadapkan dengan virus Nipah yang lebih mematikan daripada Covid-19.
Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari laman Express, para ahli mengatakan bahwa virus Nipah memicu kerusakan otak yang berat dengan tingkat kematian mencapai 75 persen.
Para ahli juga memprediksi jika virus Nipah akan menjadi pandemi yang harus dihadapi umat manusia, setelah Covid-19.
“Nipah adalah salah satu virus yang secara mutlak dapat menjadi penyebab pandemi baru,” ujar Dr Rebecca Dutch, ketua departemen Biokimia Molekuler dan Seluler Universitas Universitas Kentucky.
Rebecca mengungkapkan efek dari virus Nipah bahkan sangat memprihatinkan dan menakutkan.
Peningkatan penularan virus Nipah sangat tinggi, dikhawatirkan virus tersebut akan cepat menular dari satu manusia ke manusia lainnya.
“Tingkat kematian untuk virus ini antara 45 persen dan 75 persen tergantung pada wabahnya, dan diperkirakan lebih tinggi daripada Covid-19,” kata Rebecca.
Virus Nipah terbukti menyebar melalui makanan, dan kontak dengan kotoran manusia atau hewan.
Masa inkubasi virus Nipah cenderung lama, dan tidak bisa dipastikan apakah penularannya bisa semasif virus corona.
Dr Jonathan Epstein, wakil presiden untuk sains dan penjangkauan di EcoHealth Alliance, mengatakan bahwa pihaknya baru mengetahui sedikit informasi tentang variasi genetik dan virus terkait Nipah pada kelelawar.
Epstein bersama timnya khawatir lantaran Nipah dinilai lebih menular di antara orang-orang.
“Selama ini Nipah menyebar di antara kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, terutama penderita penyakit pernapasan melalui droplet, dan kami umumnya tidak melihat rantai penularan yang besar,” ujar Epstein.
Jika proses penyebaran virus Nipah dibandingkan, maka persebaran antara manusia ke manusia lebih cepat, daripada antara kelelawar ke manusia.
Para ilmuwan mengaku harus memahami virus zoonosis tersebut, dan mencoba mengurangi penyebrannya.
Dr Melanie Saville, direktur penelitian dan pengembangan vaksin di Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), memperingatkan bahwa dunia perlu bersiap untuk pandemi yang besar berikutnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menandai virus Nipah dalam daftar patogen yang membutuhan penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
Virus disebut dapat ditularkan ke manusia dari hewan seperti kelelawar atau babi, atau makanan yang terkontaminasi.
SUMBER
MUKE GILE BRAY
0
769
Kutip
14
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan