MnsukraAvatar border
TS
Mnsukra
Sampai!

Sumber Gambar : Madjongke.com

Duhai kekasihku yang malang. Mengapa saat ini kau sedang menangis? Kulihat wajahmu telah dipenuhi butiran kaca-kaca cair. Mengapa kau tertunduk menghindari tatapanku. Padahal, aku datang menghampirimu dengan membawa sejuta lelucon yang siap kau tertawakan.

Rambutmu sudah tergerai tak karuan. Aku khawatir sekali padamu. Apa kau baik-baik saja? Apa ada yang salah? Kumohon bicaralah padaku.

Sini, kemarilah sayang. Raih tanganku kemudian genggamlah. Bila perlu tubuh ini bisa kau peluk sesukamu. Bahu ini juga bersamamu.

Aku sudah pulang sayang, pulang dengan selamat dengan membawa uang untuk kita. Kita akan gunakan uang ini untuk membangun sebuah istana sederhana yang berisikan kita dan anak-anak kita kelak.

Aku telah tunaikan janjiku yang dulu pernah terucap saat kau lepas diriku pada pengharapan untuk kembali dan tidak berpaling. Kau biarkan aku pergi untuk menggapai cita-citaku. Menjadi seorang Tentara pelindung bangsa yang bertugas di Lebanon membawa pesan perdamaian dunia.

Lantas, mengapa kau masih menangis juga? Mengapa? Tolong jawab aku.

Wanita itu tak menjawab dan menggubris apapun. Meski aku sudah lama menunggu respon darinya. Di depan teras rumahnya aku masih duduk dan masih menanti jawaban dari semua teka-teki yang ia hadirkan. Di sebuah meja putih berhadapan dengannya aku ingin melepas rindu yang bergejolak. Sampai-sampai hatiku benar-benar retak oleh perbuatannya.

Sejak kutinggalkan sampai hari ini hatiku masih mencintanya. Walau kini ia berubah dari sudut pandang segitiga. Dia yang dulu ramah berganti dingin, diam seribu bahasa, hilang ditelan rindu, cinta pun jadi ragu, dan kekejaman rasa membuatku celaka pada ketermenungan.

Hey, sayangku! Apa kamu telah kehilangan ingatan. Kau hanya bisa menangis tanpa menganggap aku ada. Lihatlah kemari! Aku disini, selalu disini. Ada dihadapanmu, lihatlah. Lantas, mengapa peringatanku kau acuhkan? kau usap tangisanmu untuk sekedar menoleh kanan kiri. Dan tak pernah melihat diriku.

Aku bingung sebenarnya kamu buta, atau aku yang telah mati. Aku dapat melihatmu, tapi kamu tak dapat melihatku. Aku benar-benar bingung jadinya. Tak tau harus lakukan apa?

Hari dimana malamku hanya kuhabiskan untuk memuaskan rindu padanya. momem-momen terakhir saat beberapa hari lalu yang masih terbayang. Ingin kuluapkan semua segala kasih sayang yang tertahan akibat jarak. Dua ruang beda pada rindu pada waktu berlainan. Namun, kurasa malam adalah hal yang tepat bicara soal dirimu. Aku di Lebanon, di kamp perang ada kertas fotomu sebagai teman semangatku. Yang dimana setelah tugasku selesai, tujuanku hanya kamu. Maka dari itu tugas-tugas yang kukerjakan selalu ada energi dirimu yang menjadi penyamangat. Disaat tembak-menembak antar pasukan, disaat masih bergelimpangan mayat-mayat mati, dan disaat bom meledak yang hampir membunuh diriku, aku melihatmu menjadi suporter disampingku "Ayoo! Semangat!" Teriakmu. Supaya aku harus tetap bertahan hingga tugas selesai.

Namun, mengapa kau lukai diriku dengan upacara pernikahan yang baru saja tergelar. Janur kuning terpasang. Tertulis artistik namamu dengan nama calon suamimu. Banyak orang berdatangan sampai-sampai hampir semua suku nusantara kau undang. Yang lebih parah jauh lagi adalah diriku dengan masih menggunakan baju tentara berpangkat letnan datang dengan rapinya. Aku tak kuat masuk untuk memberikan sebuah ucapan selamat atas pernikahanmu. Dan aku hanya mampu melihatmu dipojokokkan sana.

Kemudian, aku jadi paham, benar-benar paham. Bahwa engkau tidak buta, bukan rindumu juga yang mati, dan bukan pernikahan ini yang kau inginkan. Tapi justru diriku yang telah mati, tangisan terakhirmu menandakan kau melampiaskan segala omong kosong atas janji-janjiku untuk kembali dengan selamat. Namun apa? Takdir berkata lain. Maut lebih dulu menjemputku. Sebab, peristiwa terakhir sebelum ajal, aku telah kehilangan satu kaki untuk bertahan. Menahan rasa sakit berkepanjangan. Mencoba bertahan sekuat tenaga lalu sebuah ledakan perpisahan dunia membuat ragaku terlepas. Hancur kurasa. Hidup? Pertanyaan harap. Mati? Pertanyaan pasti. Aku putuskan untuk hidup dengan kerinduan, abadi dengan penantian, dan dirimu yang terakhir. Aku juga putuskan untuk mati dalam memandangmu, mencintaimu, dan terakhir aku ingin pergi dengan memelukmu Maka, sesaat para undangan telah datang, duduk di kursi yang disediakan dan menyantap aneka hidangan. Hingga tak ada lagi yang berjalan memberi ucapan. Disaat itulah aku ingin memelukmu sebagai salam perpisahan. Aku peluk dirimu erat-erat! Penuh makna, semua kulampiaskan, tangisku menggenang, derai kerinduan, liputan amarah dan entah apalagi. Aku merasa telah damai melakukan itu semua. Dalam kedamaian itulah ada cahaya kecil-kecil yang membelah diriku, mengangkat ke langit jingga, menjalar dari tangan hingga menyebar keseluruh rohku. Aku menghilang dengan senyuman. "Selamat tinggal Bilqis Cendana Ayu". Kau pun akhirnya melihat diriku juga dan airmatamu keluar. Dan itu cukup bagiku.

Salam Hangat! Para Kaskuser. Semoga Bahagia dan Sehat Selalu. Sebagai Penutup Aku Mau Pantun.
"Ada udang di balik batu,"
"Ada ikan di balik jaring."
"Ada sayang yang cukup satu,"
"Dirimulah yang paling penting."
mukamukaos
ondapriatna
indrag057
indrag057 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.1K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan