Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pacific.frontAvatar border
TS
pacific.front
Kisah Tak Berujung Pengadaan Pesawat Tempur TNI AU


Halo semua! Kembali lagi di Pacific Front! Channel YouTube yang membahas topik-topik dan peralatan militer, terutama untuk kebutuhan TNI.

Untuk topik militer menarik lainnya bisa dibaca di sini.

Dua minggu lalu kita sempat dikejutkan dengan beberapa kabar tentang pengadaan pesawat tempur TNI AU. Pertama berita tentang kesepakatan akhir pembelian Rafale, dan kedua adanya penawaran tandingan saat Plt Menteri Pertahanan AS berkunjung ke Indonesia.

Kurang lebih sudah 5 tahun sejak F-5 Tiger pensiun, dan kita belum juga memilih penggantinya. Padahal beberapa pabrikan sudah menawarkan pesawatnya dengan penawaran yang cukup menggiurkan menurut saya. Ada Saab Gripen, Eurofighter Typhoon, Dassault Rafale, dan F-16. Maka dari itu mari kita melihat kembali siapa saja kandidatnya dan apa kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kalau tidak salah untuk Su-35 sendiri, pihak Sukhoi atau Rusia tidak pernah menawarkan pesawatnya ke Indonesia. Namun sebaliknya, Indonesia yang menginginkan pesawat ini. Meskipun begitu di awal mula pencarian pengganti F-5 dimulai, Su-35 adalah kandidat yang kuat dan favorit semua orang.

Kalau Agan penasaran apa kendala pembelian Su-35, bisa dibaca di sini.

Saab JAS-39 Gripen
Kita mulai dengan Saab Gripen. Pesawat tempur bermesin tunggal dari Saab, Swedia. Head of Communication of Saab Asia Pacific mengatakan saat diwawancara di Indo Defence 2016 bahwa Saab tidak hanya siap untuk menjual Gripen ke Indonesia tetapi juga berkomitmen membangun kemampuan Industri pesawat di Indonesia.

Saat itu promosi dari Saab bisa dibilang gencar. Mulai dari memamerkan simulator Gripen di Indo Defence, membuat website Indonesia, akun media sosial, bahkan membuat ilustrasi Gripen dengan marking TNI AU. Dan tidak hanya Gripen, di akun Facebook Saab Indonesia mereka bahkan membuat model Erieye Airborne Early Warning aircraft dengan livery TNI AU.

Itu adalah kode keras untuk Indonesia. Hehehe.

 Gripen adalah salah satu inovasi terbaik Swedia. Mereka tahu bagaimana mendesain pesawat tempur yang handal dan terjangkau. Betapa kerennya saat melihat pesawat ini terbang dan mendarat di jalan raya. Mungkin satu-satunya kandidat yang menonjolkan kemampuan ini.

Namun sayangnya, sepertinya kita tidak terlalu tertarik dengan Gripen. Salah satu alasannya mungkin karena pesawat ini hanya memiliki satu mesin, sedangkan F-5 bermesin ganda. Jadi TNI AU menginginkan pengganti yang memiliki mesin ganda juga. Selain itu, kita sudah punya F-16 yang bermesin tunggal. Jika TNI AU menginginkan pesawat bermesin tunggal lagi, tentu F-16 menjadi pilihan utama.

Eurofighter Typhoon
Yang kedua kita punya Eurofighter Typhoon. Mereka memulai promosi sejak 2014. Dengan membawa simulator di Indo Defence 2014, presentasi dan mock up di PT. DI, berpartisipasi di Car Free Day didampingi Typhoon test pilot, dan menerbangkan pesawatnya beberapa kali ke Indonesia. Beberapa sumber mengatakan kalau penawaran mereka termasuk perakitan akhir Typhoon di Indonesia.
Sangat menarik, bukan!

Dengan meningkatnya popularitas Su-35, Typhoon mulai kehilangan panggung.
Semua berubah di bulan Juli 2020. Media lokal Austria memberitakan kalau Menteri Pertahanan Indonesia  telah mengirimkan letter of interest untuk Typhoon milik Austria. Dan menjadi pembicaraan utama dalam pemerintahan Austria.

Mengapa? Karena ternyata Typhoon yang mereka miliki terganjal kasus korupsi. Dan mereka ingin segera menyingkirkannya.
Rencana awal mereka adalah memensiunkan segera ke-15 pesawat yang mereka miliki. Namun setelah mendengar kalau Indonesia tertarik untuk membeli, mungkin itu adalah solusi yang terbaik untuk mereka.

Permasalahan utama pembelian Typhoon entah dari Eurofighter atau Austria saya rasa lebih ke sisi politik dan hubungan luar negeri, dan bukan dari segi kemampuan Typhoon itu sendiri. Apalagi kalau ada Inggris terlibat di dalamnya.
Kita punya pengalaman embargo Inggris di konflik masa lalu. Meskipun sekarang jaman sudah berubah, apa kita akan mengambil resiko itu?

Kalau kita berniat membeli dari Austria pun tidak akan mudah. Ada dua opsi yang bisa diambil. Opsi (1) pertama-tama Austria harus mendapat persetujuan dari Eurofighter atau Airbus untuk dapat menjual Typhoon mereka sebagai penjual pihak ketiga. Opsi (2) Airbus akan membeli kembali Typhoon milik Austria, meng-upgrade agar sesuai dengan persyaratan Indonesia, lalu menjual kembali ke Indonesia.

Dassault Rafale
Selanjutnya kita punya Dassault Rafale. Pesawat tempur yang membuat kejutan dua minggu lalu. Selain berita yang sudah kita dengar, belum ada lagi berita tambahan lainnya. Namun ada beberapa hal yang bisa dibahas sambil menunggu kemungkinan adanya penandatanganan kontrak.

Pesawat yang akan dibeli Indonesia sejumlah 36. Dikonfirmasi oleh Menteri Pertahanan Prancis sendiri. Bukan 48 seperti yang diberitakan. Ada kemungkinan kalau pesawat yang dibeli tidak semuanya baru. Seperti kontrak pengadaan Rafale oleh Yunani. Yunani memesan 18 Rafale dengan komposisi 6 pesawat baru dan sisanya bekas AU Prancis.

Rafale dan Typhoon lahir dari konsep yang sama. Lalu dikarenakan ketidaksepakatan, Prancis keluar dari program dan membuat pesawat tempurnya sendiri. Itulah mengapa kita dapat melihat beberapa kesamaan seperti letak mesin, bentuk sayap, canard, dan sayap ekor.

Beberapa kelebihan dari pesawat ini adalah, pesawat ini satu-satunya kandidat yang paling kecil terkena sanksi atau embargo. Karena komponen di tubuh pesawat ini hampir 100% buatan Prancis, maka hanya Prancis yang bisa memberi sanksi atau tidak.

Kalau prediksi kita benar, jika tidak semua pesawat yang dipesan adalah baru, kita bisa mendapatkan unit pertama lebih cepat. Sebagai contoh Yunani. Mereka memesan Rafale beberapa bulan lalu dan rencananya 6 pesawat sudah bisa diterima Yunani mulai musim panas 2021.
Jika Urgensi adalah perhatian utama kita, hal ini justru menguntungkan.

Kekurangannya adalah sejauh yang saya tahu, belum/tidak ada transfer teknologi yang ditawarkan oleh Prancis.

Amerika Serikat
Terakhir kita punya AS. Saya sebut demikian karena mereka menawarkan bukan 1 tapi 3 pesawat. Pertama mereka menawarkan F-16 Viper, tapi kita ingin F-35. Sama AS tidak dikasih, dan ditawari F-18. Lalu berita tentang Rafale muncul ke publik. AS yang takut kehilangan pelanggan balik menawarkan F-15.
Begitu kurang lebih bila diimajinasikan.

Plt Menteri Pertahanan AS datang ke Indonesia beberapa hari setelah berita itu. Saya tidak tahu apakah kunjungan itu sudah direncanakan sebelumnya atau merupakan kunjungan dadakan. Entah berhubungan atau tidak, sekarang Indonesia diizinkan membeli F-15.

Tapi saya harus bilang ini sebelum kita mempertimbangkan F-15.
Meskipun sudah diizinkan, bukan berarti kita harus beli.

Suka atau tidak, kenyataannya adalah kita bukan sekutu utama AS di kawasan Asia Tenggara. Dan persenjataan yang kita miliki akan lebih rendah kemampuannya dengan yang dimiliki Singapura dan Australia. Pilihan terbaik adalah menghindari F-15, karena Singapura sudah punya.

Penutup
Itulah beberapa kandidat pengganti F-5 Tiger II milik TNI AU. Beberapa ada yang memberi penawaran menarik, ada yang hampir memasuki tahap akhir penandatanganan kontrak, ada yang memberi penawaran tandingan. Semua ada kelebihan dan kekurangan. Tidak hanya dari segi kemampuan tapi juga hubungan luar negeri dengan Indonesia.

Pilihan saya tetap Rafale. Jauh sebelum munculnya berita kemarin. Tapi jujur saya akan menerima pilihan pesawat apapun.
Sudah saatnya pilih salah satu. Jangan nunggu sampai 5 tahun lagi.

Pilihan Agan yang mana nih? Tulis jawabannya di kolom komentar yaa!

Dan jangan lupa cendol nya Gan!


Lihat video:




Reizkyzx
sawo kecik
kenzhytheraptor
kenzhytheraptor dan 38 lainnya memberi reputasi
39
16.2K
313
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan