Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Gila! Kilau Emas Tak Terkendali, Dikit Lagi Tembus US$ 2.000


Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melesat di pekan ini, bahkan nyaris menyentuh level US$ 1.900/troy ons. Penguatan logam mulia ini berpeluang masih akan berlanjut pekan depan. Sebab stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) yang dinanti-nanti selama ini kemungkinan besar akan cair.

Melansir dara Refinitiv, harga emas dunia melesat 2,26% sepanjang pekan ini, ke US$ 1.880,66/troy ons, dengan level tertinggi pekan ini US$ 1.895,81/troy ons.

Potensi berlanjutnya kenaikan emas terlihat dari hasil survei terbaru dari Kitco yang mayoritas memberikan pandangan bullish (tren naik) pekan depan.

Survei yang dilakukan terhadap 14 analis di Wall Street menunjukkan 11 orang atau 79% memberikan pandangan bullish, 2 orang atau 14% memberikan pandangan netral, dan hanya 1 orang atau 7% yang melihat emas bearish (tren menurun).

Sementara itu, survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar atau yang disebut Main Street, dengan 1.048 responden menunjukkan 75% memberikan pandangan bullish, 14% bearish dan 11% netral.

Artinya, sentimen analis dan pelaku pasar sangat bullish untuk pekan depan, sehingga peluang berlanjutnya penguatan terbuka lebar hingga menembus kembali ke atas US$ 1.900/troy ons, bahkan mendekati level US$ 2.000/troy ons. Sebab, menjelang libur Natal dan Tahun Baru, volume perdagangan akan lebih rendah dari biasanya, dan dapat memicu volatilitas tinggi. Artinya harga emas akan naik atau turun kencang dalam waktu yang singkat.
"Kita akan melihat pergerakan liar beberapa pekan ke depan, tetapi fundamental bullish emas masih tetap ada. Faktor yang akan membawa emas menguat lagi di tahun 2021 tidak akan hilang," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.

Stimulus moneter dan fiskal di AS akan menjadi pemicu penguatan emas di tahun depan. Dengan stimulus tersebut, jumlah mata uang yang beredar akan meningkat, dan memicu inflasi. Emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, sehingga permintaannya akan meningkat.
Potensi kenaikan inflasi tersebut membuat Wells Fargo memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 2.200/troy ons.
Sementara direktur trading global Kitco, Peter Hug memprediksi emas akan mencapai US$ 2.500/troy ons hingga US$ 3.000/troy ons di tahun depan.
"Level tertinggi tahun 2020 akan dilewati. Jika kita melihat inflasi naik lagi, emas akan menguat ke US$ 2.500 - US$ 3.000/troy ons sangat mungkin sampai bank sentral mulai mengetatkan kebijakan moneter. Tetapi pengetatan kebijakan moneter paling cepat baru akan dilakukan pada 2022, bahkan mungkin lebih lama lagi," kata Hug, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (18/12/2020).

Jebloknya dolar AS menjadi pemicu kenaikan tersebut. Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, saat mata uang Paman Sam ini melemah, maka harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berpeluang meningkat.
Indeks dolar AS di pekan ini merosot lebih dari 1% di pekan ini ke 90.,016. Bahkan sebelumnya sempat turun ke bawah 90 untuk pertama kalinya sejak April 2018. Tekanan terhadap dolar AS datang dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan ekspektasi stimulus fiskal di AS.
The Fed berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai setidaknya US$ 120 miliar per bulan, sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.

Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama. The Fed juga menegaskan akan menambah nilai QE jika perekonomian AS kembali melambat.
Selain QE, The Fed juga berkomitmen mempertahankan suku bunga acuan <0,25% dalam waktu yang lama.
"Langkah-langkah ini akan memastikan kebijakan moneter akan terus memberikan dukungan yang kuat terhadap perekonomian sampai pemulihan tercapai," kata Ketua The Fed, Jerome Powell, saat konferensi pers, sebagaimana dilansir CNBC International.
Data dari Fed Dot Plot, yang menggambarkan proyeksi suku bunga para pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee), menunjukkan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023.

Sementara itu, stimulus fiskal di AS kemungkinan besar akan cair dalam waktu dekat.
Kongres (DPR dan Senat) telah mencapai kesepakatan stimulus senilai US$ 900 miliar yang termasuk bantuan langsung tunai (BLT). Namun, paket stimulus tersebut belum memasukkan bantuan untuk pelaku bisnis dan pemerintahan lokal-dua pemicu perbedaan Partai Demokrat dan Partai Republik.
"Kami masih dekat dan kita akan menuju ke sana," tutur Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell sebagaimana dikutip CNBC International. "Kami membuat jalur yang kuat untuk memuluskan jalan paket bantuan pandemi yang bisa mendapat persetujuan kedua belah pihak."

Ada kemungkinan stimulus tersebut akan cair 2 hari ke depan, sebab DPR dan Senat AS baru saja meloloskan undang-undang untuk pendanaan pemerintah AS guna menghindari shutdown hari Sabtu waktu setempat.
Undang-undang tersebut akan mendanai pemerintahan AS selama 2 hari saja, dan DPR serta Senat berharap dapat menyelesaikan paket stimulus tersebut juga dalam 2 hari.
Stimulus moneter dan fiskal membuat jumlah uang yang beredar di perekonomian bertambah, sehingga nilai tukar dolar AS melemah.
Di sisi lain, stimulus tersebut juga merupakan "bahan bakar" bagi emas dunia untuk menguat.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/market...bus-us--2000/1
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
542
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan