gabener.edanAvatar border
TS
gabener.edan
Soal Ujian 'Anies Diejek Mega' Dinilai untuk Kepentingan 2024


foto: Sukirno, Guru SMPN 250 Cipete Utara, Jakarta Selatan, yang membuat soal ujian 'Anies Diejek Mega'. (Wilda/detikcom).
Jakarta - Soal ujian yang memuat 'Anies Diejek Mega' menuai kontroversi. Soal ujian itu muncul di SMPN 250 Cipete Utara, Jakarta Selatan. Pengamat politik menilai ada unsur kesengajaan yang bertujuan politis dalam pembuatan soal itu.
"Munculnya soal ujian sekolah tersebut patut diduga ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh oknum tertentu untuk tujuan politis, meski mereka bisa berkelit bahwa soal tersebut hanya sebuah contoh kasus," kata Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, kepada wartawan, Rabu (16/12/2020).

Karyono menilai soal ujian itu mengandung tendensi politik. Dia memprediksi itu akan berpengaruh kepada elektoral kedua tokoh itu di tahun 2024 nanti.

Apalagi, katanya, siswa SMP yang diberikan soal itu, kemungkinan akan menjadi pemilih pemula pada tahun 2024 nanti. Sehingga, menurut Karyono, bisa saja soal ujian 'Anies diejek Mega' menggiring opini para siswa.

"Soal 'Anies ejek Mega' tersebut jelas mengandung tendensi politik. Dengan demikian, munculnya soal tersebut bisa diprediksi untuk kepentingan politik elektoral 2024. Kalimat yang terkandung dalam soal ujian tersebut memiliki tendensi men-downgrade sosok Megawati di satu sisi dan di sisi lain meng-upgrade popularitas Anies Baswedan. Sasarannya adalah siswa yang berpotensi menjadi pemilih pemula," ujarnya.

Lebih lanjut, meski pembuat soal tidak ada tujuan politis, Karyono mengatakan tetap saja soal dengan membawa nama pejabat itu tidak etis. Dia meminta Mendikbud Nadiem Makarim untuk memberikan peringatan kepada pembuat soal.

"Namun terlepas ada atau tidak ada kepentingan politis, tindakan membuat soal ujian seperti itu merupakan perbuatan tidak etis dan berlebihan, tidak patut menjadi suri tauladan. Masih banyak contoh soal yang lain yang tidak tendensius dan lebih mendidik," ujarnya.

"Dalam kasus ini, menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim harus memberi peringatan keras kepada pihak yang sengaja mencantumkan soal ujian tersebut. Marwah pendidikan nasional sebagai kawah candradimuka untuk mencetak generasi cerdas dan berbudi pekerti luhur harus dijaga," lanjut Karyono.

Plt Kepala SMPN 250 Cipete Utara, Jakarta Selatan, Setia Budi meminta maaf terkait hebohnya kasus soal ujian 'Anies Diejek Mega'. Setia Budi menyebut dari awal dirinya telah melakukan standard operating procedure (SOP) terkait pembelajaran di sekolah.
"Jadi kami atas nama keluarga besar SMPN 250 dan khususnya Dinas Provinsi DKI Jakarta memohon maaf untuk para hadirin, pada hari ini kami sudah melakukan kronologis yang cukup signifikan, karena memang dari awal kami sudah melakukan SOP sesuai dengan prosedur pembelajaran di SMPN 250," kata Setia Budi di Ruang Rapat Komisi E DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (15/12/2020).

Setia Budi menyadari pihaknya tidak mengedit secara menyeluruh terkait soal ujian ini. Namun ia menyebut tim telaah telah menelaah soal yang dibuat oleh guru-guru di sekolahnya.

"Sebelum melakukan kegiatan masuk tahun pelajaran ini, kami membuat tim untuk melakukan penelaahan tentang soal. Soal dibuat oleh bapak/ibu guru sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, jadi soal tersebut sudah dilakukan dengan tim, tetapi memang masih ada kekurangan, tadi telaah, dieditnya tidak sepenuhnya. Jadi kami atas nama SMPN 250 mohon maaf. Jadi memang tidak diedit sepenuhnya," ungkapnya.

"Yang diedit hanya beberapa soal saja, sehingga kami terlewatkan itu. Jadi sekali lagi dengan menggunakan nama-nama tersebut memang kami tidak begitu sampai penuh," imbuhnya.

Setia Budi mengakui dalam hal ini pihaknya telah tergesa-gesa karena batas penilaian akhir semester. Dia pun mengungkapkan soal ujian akhir itu merupakan mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang dilaksanakan pada 11 Desember.

"Jadi sistem, kami terburu-buru untuk waktu yang sudah ditentukan, karena tanggal 7 Desember kami melaksanakan penilaian akhir semester. Untuk mata pelajaran PAI memang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11, jadi pada waktu itu dilaksanakan memang menggunakan online. Jadi semua para siswa menggunakan sistem dan tim juga melakukan dengan tergesa-gesa karena mengingat waktu yang harus sudah dilakukan itu," jelasnya.

Setia Budi mengucapkan meminta maaf lagi dan mengakui pihaknya tidak menelaah lebih jauh terkait pemakaian nama-nama dalam narasi soal ujian. "Bahwa menggunakan nama itu tidak kita lakukan telaah. Jadi mohon maaf kalau seandainya ada hal yang tidak berkenan dari semua yang hadir pada hari ini," tuturnya.

https://news.detik.com/berita/d-5297...ntingan-2024/2


Ini jelas sudah bermuatan politik.
Kagak ada itu spontanitas dengan kalimat yg cukup panjang.
Orang tolol saja yg percaya ini spontanitas,jelas ini terencana.
Politik kotor mereka mainkan seperti pilkada 2017 dan kini mereka mulai mengotori para pelajar.
Luar biasa....
Setelah ayat dan mayat.
Kini pelajar pula yg ingin mereka gunakan.

Wajib sanksi berat terlebih pengajar sudah bermain di dalamnya.
Ini bkn soal receh lagi dan sangat mengkhwatirkan.
Bocah2 pelajar mulai di susupi pola pengajaran yg tidak di benarkan.
Pecat guru dan kepseknya sebagai shock terapi.
Klo di biarkan kelak sekolah akan jadi alat politik setelah mesjid2emoticon-Cool
indramamoth
isu152
tien212700
tien212700 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
6.4K
113
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan