Malam kian larut ...



Hallo, Gansist, masih pada melek, nggak, nih?Kalau iya, kuy, mampir ke thread ane.

Belum lama ini pemilu serentak berjalan di Indonesia. Seluruh masyarakat tanah air berbondong-bondong ke TPS untuk memilih para calon yang akan menjabat sebagai wali kota dan juga bupati.

Namun, ternyata ada satu desa di wilayah Indonesia bagian tengah yang tidak melakukannya, Gansist. Wilayah tersebut adalah Desa Matabondu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

Wah, ada apa gerangan? Kok, bisa sampai tidak melaksanakan pemilihan?

Usut punya usut, warga desa tersebut kompak melakukan GOLPUT sebagai bentuk protes terhadap pemerintah setempat. Menurut mereka, sejak tahun 2007 silam, warga desa Matabondu merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah.

Menurut narasi yang beredar, selama 12 tahun warga Desa Matabondu tidak menerima alokasi dana desa dari pemerintah sebagaimana desa lainnya.

Padahal katanya, secara administrasi Desa Matabondu sudah tercatat sebagai desa di kementerian Desa (Kemendes). Hal itu membuat masyarakat setempat merasa percuma untuk menyoblos para calon pejabat. Merasa suaranya tidak didengar, akhirnya kompak untuk GOLPUT.

Aksi GOLPUT tersebut dilakukan bersama-sama dengan bapak kepala desa setempat. Kepala Desa bahkan diketahui mengembalikan surat pemberitahuan memilih atau yang dikenal dengan C6-KWK yang diberikan kepada warga desa tersebut, kepada KPU pada Selasa (08/12/2020).

Tak menunggu waktu lama, akun media sosial yang mengulas kembali insiden pengembalian surat pemberitahuan pemilu di Sulawesi Tenggara ini langsung mendapat ratusan komentar.



Adanya berita GOLPUT masal di Desa Matabondu disambut dengan dukungan oleh warganet. Terlebih karena akhir-akhir ini marak beredar berita mengenai kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat.

Pertama, kasus korupsi yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edy Prabowo yang diduga menerima suap Rp 3,4 miliar dan 100.000 dollar AS terkait izin ekspor benih lobster.

Kedua, yang sampai saat ini masih hangat di media sosial, yaitu kasus korupsi dana BANSOS (Bantuan Sosial) covid-19yang dilakukan oleh Eks Mensos Juliari Batubara yang kabarnya senilai 17 M.

Warganet merasa pantas dan wajar jika masyarakat menolak melakukan pemilihan serentak pada tanggal 09 Desember lalu. Bahkan, ada yang berharap seluruh rakyat Indonesia melakukannya agar pemerintah berpikir seribu kali untuk melakukan korupsi.

Akan tetapi, hal itu tentu saja tidak akan terjadi. Gansist tahu sendirilah, kita hidup di Indonesia, di mana penjilat hampir setara jumlahnya dengan orang-orang yang sungguh ikhlas. Jaman sekarang, manusia lebih takut tidak makan dan tidak hidup mewah dibandingkan takut berbuat dosa.

Masalah sumpah jabatan, janji kampanye, visi misi yang tertulis, itu semua hanya bualan untuk menarik suara rakyat. Mungkin ada beberapa dari mereka (pejabat) yang awalnya tulus ikhlas dalam menjabat. Tetapi, setelah angka-angka menari di depan mereka, tampaknya akan terlena juga.

Entah sampai kapan koruptor akan menghijau di tanah air. Ane rasa, semasih hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah, korupsi akan terus berjalan hingga akhir jaman.

Okay, sekian thread dari ane. Buat gansist yang selalu hadir menyimak, ane ucapkan terima kasih banyak. Semoga ke depannya negeri kita bebas dari korupsi. Aamiin.

See you anymore, Gansist. Jangan lupa share, rate, and cendolin, ya.

감사합니다



Penulis: @darmawati040
Referensi: di sini