Pernahkah terpikir barang sejenak, ketika kita bangun matahari belum tampak lalu sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat pagi-pagi, tentu saja mencari rezeki untuk kebutuhan sehari-hari.

Lalu kembali pulang ketika matahari kembali tak tampak di kepala, sampai di rumah yang ada persiapan untuk istirahat dan kembali dengan rutinitas yang sama esok hari.

Hari demi hari berganti, hingga bulan dan tahun berlalu sedangkan upah hanya cukup untuk biaya hidup yang semakin tinggi.



Lalu melihat atasan kita semakin kaya! Semakin sukses, semakin punya prestasi sedangkan kita seperti biasa kembali ke dalam rutinitas harian yang entah sampai kapan, hanya bertahan untuk hidup di bumi tanpa ada peningkatan yang berarti. Terutama kaum buruh, yang suaranya hanya di dengar ketika pemilu tiba setelah itu suaranya hilang ditelan oleh ombak para politisi yang sibuk memperkaya diri.

Melihat fenomena dunia yang seperti itu apa yang harus dilakukan?

Mungkin ada yang salah dalam rutinitas pekerjaan, karena malu untuk meminta kenaikan gaji, tidak pandai menjilat kepada atasan, atau memang kerja kita tidak layak untuk pendapatannya meningkat karena kerja semau saya.



Namun pada intinya adalah,

"Bersyukur"

Hanya itu yang bisa dilakukan oleh pekerja, kecuali punya keberanian untuk menentang hukum alam yang sudah diberikan. Dengan merubah takdir hidup kita dari seorang karyawan menjadi pengusaha yang perjuangannya tentu tidak mudah, harus keluar dari zona nyaman karena perbulannya pasti terpenuhi untuk kebutuhan hidup. Sedangkan usaha tanpa perhitungan matang yang ada malah bunuh diri alias bangkrut.

Tentu resiko gagal akan menghantui setiap saat kita merubah posisi, tapi sebenarnya bukan itu tujuan kita hidup di bumi. Ada sebuah pantun dari tanah Sumatra yang memberikan wawasan yang bermanfaat.





Indak ka lari gunuang di kaja
(Tidak akan lari gunung dikejar)

Indak ka kariang lauik di timbo
(Tidak akan kering laut di timba)

Samo mancari kito jo badoa
(Bersama mencari kita dengan berdoa)

Nan rasaki ka datang juo
(Kalau sudah rezeki akan datang juga)





Sebuah pantun yang membuka pikiran kita untuk berusaha dan bersyukur di iringi dengan do'a, rezeki memang harus dicari karena ini adalah lingkaran hukum alam, namun bukan hanya hasil dari kerja.

Walau menjadi buruh sekalipun harus tetap di syukuri, karena jalan kehidupan manusia beraneka ragam. Tidak ada keadilan dengan sama rata sama rasa, semua sudah sesuai dengan porsinya masing-masing.

Ketika memaksakan diri dengan asas sama rata sama rasa maka konsep itu tidak berjalan sempurna, karena roda ekonomi harus dijalankan oleh para pengusaha, kapitalis mau tidak mau tak bisa disuntik mati kecuali revolusi penghuni bumi dengan satu jentikan jari Thanos dan memulai hidup baru dengan sistem tidak ada tuan dan budak, pengusaha dan karyawan, mungkin kembali ke masa lalu dimana sistem barter lebih dominan.

Konsep yang sangat absurd untuk masa kini, karena untuk itu kita dikenalkan dengan garis takdir, agar tidak memikirkan kesenangan dunia yang hanya sementara hingga berlomba-lomba dalam materi yang pada akhirnya di tinggal mati.

Kaya dipandang manusia belum tentu terhormat di mata Tuhan, hebat di dunia belum tentu hebat juga bila sudah terbujur kaku.



Yang terpenting syukuri apa yang sudah kita dapatkan, jangan merasa gengsi, jangan merasa tinggi hati. Hidup hanya sementara, berbuat baiklah sama sesama kemungkinan akan ada yang namanya keberuntungan. Kalau satu saat kesuksesan itu akan datang dengan cara tak disangka-sangka maka ia akan seperti matahari, tak ada yang bisa menghalangi sinarnya.

Jadi jangan mengeluh dan teruslah berjuang serta berusaha, kaya itu bonus namun jangan pernah menjual kemiskinan agar kita mendapatkan bantuan dari orang lain. Sekian thread dari saya untuk sarapan ilmu dipagi hari, see u next thread.






"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2020
referensi : klik
Pic : google