Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dita633Avatar border
TS
dita633
TARI VS BASKET
TARI VS BASKET
Dimas duduk termangu di halaman basket tempat ia lathian setiap sore dengan teman-teman satu tim. Dimas adalah kapten basket dan saat ini Dimas dan teman-teman satu timnya sedang giat latihan untuk mengikuti suatu lomba antar sekolah dan nantinya jika berhasil mengalahkan beberapa sekolah yang terpilih mengikuti kompetisi itu.
“Woi Dim, ayo latihan lagi. Jangan lemes gitu ah kamu kan kaptennya, harusnya ngasih motivasi sama kita dong biar lebih semangat.” Ray menghampiri Dimas. Ray adalah sahabat Dimas yang paling bisa mengerti Dimas dan yang paling penting Ray ini juga selalu bisa menjaga rahasia Dimas. “Oh iya iya...lagi mikirin Luluk ya?” Sahut Ray lagi. Luluk adalah pacar Dimas di Sekolah. Tetapi sayangnya mereka ini pacarannya backstreet, karena meskipun Dimas sayang dan cinta banget sama Luluk, tetapi sayangnya teman-teman Dimas ini nggak suka sama Luluk.
Luluk tidak disukai teman-temannya karena gaya hidupnya yang terlalu kuno alias nggak modern. Mulai dari pakaiannya, penampilannya, bahkan hobinya. Luluk dan Dimas meskipun mereka pacaran tetapi kehidupannya sangat bertolak belakang. Dimas sukanya naik mobil, Luluk suka naik angkot. Dimas sukanya makan di Restoran, Luluk lebih suka makan di warung. Bahkan sampai hobi pun mereka beda, Dimas suka banget sama basket sedangkan Luluk lebih suka tari tradisional. Pokoknya mereka ini bagaikan langit dan bumi deh. Oleh karena itu Dimas memilih backstreet dengan Luluk karena malu dengan teman-temannya dan Ray adalah satu-satunya sahabat yang tau akan hal ini. Bukan hanya di sekolah mereka backstreet, Dimas juga merahasiakan ini dengan orang tuanya karena Dimas tau kalo Luluk adalah bukan tipe orang tuanya.
“Dim kalo aku boleh ngasih saran sih, lebih baik kamu suruh Luluk ninggalin tarinya deh atau kamu ganti cewek gitu kan ya cewek bukan cuma Luluk aja Dim.” Bujuk Ray kepada Dimas, karena sebenarnya Ray juga sama seperti teman yang lain, tidak suka dengan penampilan Luluk.
“Aku udah ngomong sih Ray sama Luluk, aku udah minta dia ninggalin tarinya tapi ya gitu lah dia nggak mau.” Kata Dimas singkat.
“Ya kalo gitu kamu cari aja cewek yang lain dong Dim, kamu kan kapten basket nggak usah cari cewek juga banyak cewek yang ngedeketin kamu.” Jelas Ray menepuk punggung Dimas.
“Masalahnya nggak semudah itu Ray, aku itu terlanjur sayang sama Luluk.” Jawab Dimas lagi. Ray yang merasa gagal membujuk Dimas, lalu meninggalkan Dimas begitu saja dan melanjutkan latihan basketnya.
***
Malam itu setelah Dimas selesai latihan basket, ia meluangkan waktu untuk mampir ke rumah Luluk. “Halo sayang aku di depan rumah kamu nih.” Dimas menelepon Luluk. Lalu tak lama kemudian Luluk membuka pintu.
“Hei sayang.” Sambut Luluk dengan senyum yang merekah meskipun terlihat juga kalo Luluk sepertinya kelelahan.
“Kamu dari mana sih sayang? Kok keliatannya capek gitu?” Tanya Dimas sambil mengelus-elus rambut kekasihnya itu.
“Iya sayang, seharian tadi aku latihan tari capek banget. Oh iya sayang aku lupa cerita kalo ternyata aku kepilih ikut kompetisi tari Jaipong di Amerika.” Sahut Luluk cepat dan antusias memberikan kabar gembira itu kepada Dimas.
“Jaipong? Amerika?” Tanya Dimas mengerutkan kening.
“Iya sayang, jadi akan ada kompetisi tari dari berbagai negara dan membawakan tari daerah. Nah kebetulan aku kepilih sayang.” Kata Luluk masih dengan nada antusiasnya.
“Oh gitu.” Sahut Dimas datar.
“Kok kamu nggak ngasih ucapan selamat aku atau support sih sayang?” Tanya Luluk kepada pacarnya itu dengan membelai rambutnya.”
“Eh....Oh iya iya...Selamat ya sayang, aku juga pasti dukung kamu kok.”Ucap Dimas dengan terbata-bata.”
“Kamu pasti sedih ya sayang? Tenang aja aku di Amerika cuma dua minggu kok nggak lama, jadi jangan sedih gitu dong.” Luluk menyandarkan kepala di bahu Dimas. Rupanya Luluk tidak tahu perasaan Dimas saat ini. Bukan karena jauh dari Luluk, Dimas merasa sedih tapi justru Dimas bertanya dalam hati tentang kompetisi tari Jaipong
***
Dimas menyetir mobil perjalanan pulang ia tak habis pikir, mana ada kompetisi tari Jaipong di Amerika, pikirnya. Dimas meraih ponsel yang ada disebelahnya, mencari kontak dengan nama Ray, lalu meneleponnya.
“Halo, kenapa Dim? Gangguin orang mau tidur aja” Suara Ray di seberang telepon dengan nada mengantuk.
“Tidur? Baru juga jam delapan Ray udah mau tidur.” Sahut Dimas tertawa.
“Duh Dim, biasanya sih ya tidur malem tapi beberpa hari ini kita latihan basket terus capek banget, sesekali penge tidur jam segini eh malah kamu ganggu.” Ray ngomel-ngomel merasa tidurnya terganggu dengan telepon dari Dimas.
“Iya iya maap, soalnya ada yang penting nih yang pengen aku tanyain sama kamu.” Kata Dimas menahan tawa.
“Kamu ini dimana sih? Mau tanya apa? Apa nggak bisa ditunda besok aja?” Tanya Ray bertubi-tubi masih sebal dengan Dimas.
“Aku barusan dari rumah Luluk. Hehe ya biasa lah kencan, makanya kamu buruan punya pacar biar bisa tau asiknya punya pacar. Duh ini tuh penting banget, kalo ditunda besok.” Kata Dimas lagi.
“Kenapa sih kenapa?” Ray setengah sebal juga dengan Dimas, karena sudah lelah ingin beristirahat, malah masih diganggu sama satu sahabatnya itu.
“Luluk kepilih kompetisi tari Jaipong Ray.” Kata Dimas dengan nada lemas.
Ray justru tertawa mendengarkan Ray begitu khawatir Luluk terpilih mengikuti kompetisi tari Jaipong.
“Iiiih kamu ini gimana sih? Malah ketawa, serius tau Ray.” Dimas jadi sebel melihat Ray menertawakan dirinya.
“Ya habisnya apa yang bikin kamu khawatir coba, Dim?” Tanya Ray masih sambil ketawa.
“Yeee ni anak masih tanya lagi. Ya misiku itu pengen lah buktiin ke Luluk kalo basket kita itu lebih keren daripada tari Jaipong.” Kata Dimas.
“Udah lah bro tenang aja, nggak mungkin lah Luluk lebih baik dari kita.” Kata Ray santai.
“Nggak mungkin gimana maksudnya?” Tanya Dimas bingung.
“Dimas....Dimas....gini deh ya, kamu itu kan kapten basket. Bukan cuma kapten basket biasa tapi kamu itu kapten basket terkenal. Kita menang berapa kali coba, lima kali bro, nah Luluk? Boro boro ikut kompetisi tari aja nggak pernah kan? Ya wajar lah kalo dia seneng, kan baru pertama kali ikutan kompetisi.” Ray menjelaskan pada Dimas.
“Iya juga ya Ray, kenapa aku baru kepikiran sekarang ya.” Kata Dimas lega.
“Nah iya kan? Udah lah Dim, nggak usah dipikir. Yang penting itu sekarang kamu fokus aja sama pertandingan besok.” Kata Ray lagi.
“Iya iya Ray bener juga, pokoknya kita harus menang.” Kata Dimas, lalu buru buru menutup teleponnya. Dimas melanjutkan perjalanan pulang.
***
Esok paginya Luluk bersiap untuk berangkat mengikuti kompetisi tari Jaipong. Disisi lain Dimas pun juga sedang bersiap siap untu bertanding basket antar universitas. Ketika pertandingan akan dimulai, HP Dimas berdering. Rupanya BBM dari Luluk. Semangat ya sayang. Dimas tersenyum membaca BBM dari Luluk, lalu dengan cepat ia membalasnya. Iya sayang, kamu juga semangat ya.
Setelah membalas BBM dari Luluk, dengan cepat ia berlari menuju lapangan basket. Ray berbisik “Luluk ya, Dim?”
Dimas menoleh, tersenyum, lalu membalas bisikan Ray, “Iya Ray.”
Pertandingan basket pun dimulai. Sorak sorai penonton pun sudah mulai bergemuruh memberikan semangat pada tim basket Dimas. Dalam pikiran Dimas, ia sebagai kapten basket harus berhasil memenangkan pertandingan ini, selain itu ia juga akan membuktikan pada Luluk, kalo tari tradisional apapun itu tidak sebanding dengan basket. Namun saat itu pula Dimas lupa bahwa ia bertanding dibutuhkan kerjasama satu tim yang kompak. Pikirannya meracuni Dimas kala itu. Emosi yang ada dalam diri Dimas justru tidak membawanya dalam kemenangan, tetapi dalam kekalahan. Ya...tim basket Dimas yang selama ini terkenal kuat dan selalu menang dalam setiap pertandingan, tidak untuk kali ini. Skor yang mereka dapatkan adalah 3:0, dan tim basket Dimas dinyatakan kalah.
Ditempat yang berbeda, Luluk yang akan tampil kompetisi tari kala itu jantungnya berdegup kencang. Maklum saja Luluk belum terbiasa untuk tampil di depan umum, apalagi untuk kompetisi. Dalam hati Luluk berdoa dan terus berdoa. Tidak ada keinginan harus juara, karena ia sadar akan banyaknya kekurangan dalam dirinya. Ia hanya ingin tariannya di depan juri lancar tanpa mempermalukan dirinya. Satu demi satu peserta tampil, namun entah apa yang terjadi ketika juri mengumumkan pemenangnya, menyebut nama “LULUK”. Sorak sorai tepuk tangan suara penonton gemuruh dalam gedung itu. Luluk tercengang, antara percaya atau tidak, seorang Luluk yang polos bisa meraih juara.
0
2.7K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan