Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

saokudaAvatar border
TS
saokuda
Perspektif dan Sikap Gereja Terhadap LGBTIQ
Diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok LGBTIQ tidak hanya dilakukan oleh masyarakat umum maupun negara, tetapi juga umat beragama. Gereja Kristen Protestan di Indonesia memiliki sikap beragam menanggapi surat pastoral Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengenai kelompok LGBTIQ ini.

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pada 2016 mengeluarkan pernyataan pastoral PGI tentang LGBTIQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, interseksual, dan queer), yang ditujukan kepada seluruh pimpinan gereja anggota PGI. Hal ini terkait dengan maraknya aksi kekerasan dan diskriminasi yang dialami kelompok ini di masyarakat, termasuk yang terjadi di dalam gereja.

Surat pastoral PGI ini menekankan pentingnya menghormati setiap manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, dan tidak melakukan kekerasan maupun diskrimasi terhadap kelompok LGBTIQ yang dianggap berbeda dengan orang pada umumnya.

Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia PGI, Jeirry Sumampow, mengatakan bahwa PGI melalui surat pastoral itu merekomendasikan agar para pemimpin gereja mempertimbangkan hasil penelitian di bidang kedokteran dan psikiatri terkait LGBTIQ, dengan tidak mengkategorikannya sebagai penyakit atau penyimpangan mental, serta sebuah kejahatan.

Jeirry mengingatkan agar gereja mulai membuka diri dan menerima keberadaan kelompok LGBTIQ, sebagai sesama ciptaan Tuhan yang harus dihormati. Sikap ini penting, agar tidak ada lagi aksi kekerasan, penindasan, dan diskiminasi yang dialami kelompok ini, termasuk yang merupakan warga gereja.

“Jadi posisi PGI waktu itu memang ingin supaya kekerasan, penindasan ini berhenti. Dan bagaimana gereja-gereja membuka diri untuk menerima kelompok LGBT ini dalam kegiatan-kegiatan pelayanan gereja, tidak sekedar sebetulnya dilayani, tapi juga ikut dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan pelayanan gereja,” kata Jeirry Sumampow.

BACA JUGA: Waria Yogya: Membangun Relasi Setara Melalui Gelar Budaya
Jeirry Sumampow mengatakan, surat pastoral PGI memang memunculkan pro kontra di kalangan gereja anggota PGI, namun tidak dimaksudkan untuk menyeragamkan sikap dan ajaran gereja terkait LGBTIQ. Gereja justru diajak untuk mulai mendalami masalah ini lebih lanjut dengan melakukan sejumlah kajian.

“Setiap gereja itu bisa mengambil sikap dan posisinya sendiri, berdasarkan kajian teologis dan kajian-kajian yang mereka lakukan. Jadi, gereja-gereja memang bisa berbeda sikap dengan apa yang sudah disampaikan oleh PGI ketika itu. Ini terkait memang dengan struktur dan posisi kelembagaan PGI, dalam hubungan dengan gereja-gereja. Otoritas sepenuhnya memang masih ada di tangan gereja-gereja sendiri, apalagi berkaitan dengan teologi dan ajaran,” imbuh Jeirry

Surat Pastoral PGI Dipuji

Meilanny Risamasu, salah seorang pendeta gereja anggota PGI, menilai surat pastoral PGI sebagai langkah awal yang baik bagi gereja untuk mulai mendengarkan dan menyuarakan suara kelompok-kelompok yang selama ini dipinggirkan, termasuk suara kelompok LGBTIQ. Sudah saatnya gereja membuka ruang untuk mengatasi masalah-masalah berkaitan dengan kelompok yang dimarginalkan.

Buat saya pribadi itu menjadi pijakan yang membuka ruang, bahwa ada kesempatan suara-suara mereka yang selama ini dimarginalkan itu, naik ke permukaan. Itu saja dulu. Naik ke permukaan dalam arti, mereka selama ini memang dibuat tenggelam, mereka ini sesama kita, manusia ciptaan Tuhan yang ada hidup bersama-sama dengan kita, tapi suara mereka, hak-hak mereka ditenggelamkan. Dan saya pikir gereja bisa berangkat dari situ,” ungkap Meilanny Risamasu.

Pendeta Stephen Suleeman, yang juga dosen di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, mengatakan pembicaraan mengenai isu seksualitas sudah menjadi perhatian dewan gereja dunia, sejak sidang raya di New Delhi, India, pada 1963, dan berlanjut pada sidang raya di Kanada pada 1985. Selain isu seksualitas, kehadiran perempuan dalam pelayanan gereja juga menjadi perhatian. Isu-isu itu terus menjadi pembahasan pada sidang raya di Busan, Korea Selatan, dan dalam sidang raya di Jerman pada 2022 nanti diharapkan akan disahkan dokumen terkait sikap keberpihakan gereja dunia beserta anggotanya terhadap kelompok LGBTIQ.

BACA JUGA: Mencari Ruang Penerimaan LGBT dalam Agama-Agama
Surat Pastoral PGI Bukan Untuk Melawan Hukum di Indonesia

Surat pastoral PGI yang diterbitkan pada 2016 lalu, kata Stephen, tentu saja tidak diterima oleh semua anggota PGI. Ini karena masih adanya pandangan yang mengaitkan isu ini dengan perkimpoian sesama jenis. Stephen mengatakan, bahwa gereja tidak akan berlawanan dengan hukum di Indonesia mengenai perkimpoian, namun membuka diri untuk menerima keberadaan kelompok LGBTIQ sebagai sesama manusia dan menciptakan gereja sebagai ruang yang aman bagi siapa saja.

Sebetulnya, penolakan terhadap LGBTIQ ini umumnya adalah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan para pemimpin gereja tentang perkembangan yang terjadi di dunia psikologi psikiatri. Di kalangan psikologi psikiatri, para ahli jiwa sudah menemukan bahwa LGBTIQ itu bukanlah sebuah penyakit jiwa, bukanlah sebuah kelainan, ini adalah sekedar varian dalam seksualitas manusia,” ujar Stephen Suleeman.

Pendeta Gereja Komunitas Anugerah, Suarbudaya Rahadian, mengajak semua orang termasuk para pemimpin Gereja untuk mau terlibat dan berinteraksi secara langsung dengan kelompok LGBTIQ, dan memahami apa yang kelompok ini rasakan serta alami. Tafsir teologi, kata Suarbudaya Rahadian, akan terus berkembang seiring zaman, namun perjumpaan secara langsung antar manusia jauh lebih penting untuk mengikis persepsi dan perilaku yang mendiskriminasikan sesama manusia lain akibat kurangnya pemahaman.


https://www.voaindonesia.com/a/persp...q/5667866.html

Sikap yang bagus
Diubah oleh saokuda 25-11-2020 00:38
0
574
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan