TyaahmadAvatar border
TS
Tyaahmad
Pertarungan Antara Dokter dan Proyek Otomatisasi di Masa Depan


Kemajuan dan perkembangan teknologi saat ini memang sangat pesat, seolah tiap detiknya ada saja ide-ide baru yang dikhayalkan lalu sebisa mungkin dikembangkan menjadi inovasi baru. Setidaknya dari beragam tujuan adanya inovasi tersebut, jika dikerucutkan akan sampai pada satu makna, yakni membantu dan mempermudah pekerjaan manusia, tetapi apakah semua terbantu? Apakah semua profesi pekerjaan merasa aman dari inovasi baru tersebut? Atau malah menghendaki “ahh waktu biarlah berhenti disini, disaat ini, di era yang teknologi gini-gini aja.

Kang antar surat by pos sudah mulai jarang terlihat, bener gak? Ini menurut survei kecil-kecilan saya terhadap beberapa teman dengan judul penelitian “Seberapa seringkah anda melihat tukang antar surat perminggunya?”, yang tiada sponsor dan di danai oleh saya sendiri. 

Hasilnya, mereka hampir tidak melihat lagi pak pos anter-anterin surat orang-orang (survei ini dilakukan kepada kawan-kawan kaum rebahan, mungkin sangat berpengaruh pada jawaban, entahlah).

Mengapa begitu? Jawabannya simpel saja, sejak email eksis digunakan, surat menyurat sudah ditinggalkan dan lebih memilih berkirim pesan lewat daring. Perubahan ini tidak bisa disalahkan, karena memang zaman akan memakan ia yang kalah pamor dengan teknologi.

Menyikapi hal di atas, saya sempat berandai-andai dan membayangkan penemuan-penemuan teknologi super canggih pun akan membuat profesi dokter hilang. Mungkin sebagian dari anda tidak akan mempercayai kalimat saya barusan, “loh bukannya profesi dokter adalah pekerjaan yang menjanjikan ya?, bukannya sekolah kedokteran SPPnya gila-gilaan tapi tetep aja di usahain?, bukannya dokter spesialis, sejahtera-sejahtera ya hidupnya?, dan berbagai bantahan-bantahan yang masuk akal untuk saat ini. Untuk saat ini? Maka izinkanlah hamba menyampaikan hasil berandai-andai ini, semoga benar tuan dan puan setuju, kalau pun tidak, saya tidak peduli hehehe.

Siapa sangka dimasa depan nanti para ilmuan berhasil mengembangkan sebuah alat yang berbentuk ruang, yang punya dudukan serta tempat satu telapak tangan diletakkan, dan 100 persen yang bekerja adalah komputer. Ketika si pasien datang minta kesembuhan, maka di dudukkanlah ia di alat itu dengan satu telapak tangan saja disentuhkan, maka otomatis dilayar alat canggih tersebut sudah terdeteksi semua tentang penyakit si pasien.


Tetiba dilayarnya muncul  ‘Ibu Fulanah terdeteksi menderita penyakit Asam Urat.’
‘Penyebab: anda gemar mengkonsumi makanan dengan kandungan purin tinggi seperti daging merah, jeroan, dan beberapa hidangan laut seperti teri, sarden dan kerang, juga anda terdeteksi gemar mengkonsumsi minuman dengan kadar gula yang tinggi.’

Kemudian yang kendaliin alat tersebut menekan satu tombol dan di layar muncul, ‘Pencegahan: anda diminta menghindari makanan yang memiliki zat purin tinggi, memperbanyak minum air putih, mengkonsumsi buah yang memiliki antioksidan yang tinggi serta rajin berolahraga’.

Disalah satu sisi alat tersebut langsung ngeprint secarik kertas berisi data-data diatas, dilengkapi tensi darah,kadar asam urat, dan juga resep obatnya. Kemudian si pasien bisa langsung ke apotek untuk membeli obat sesuai yang tertera.
Lalu pasien kedua datang mengeluh sakit pada bagian dada dan perut , kemudian seperti kasus ibu Fulanah diatas, ia di dudukkan dan tetiba di layar menampilkan: ‘Bapak Fulan terdeteksi menderita penyakit GERD.’, dan selanjutnya muncul keterangan penyebab, pencegahan dan resep dokter untuk memulihkannya, kemudian ke apotek untuk membeli obat yang dimaksud.

Jika sudah seperti di atas maka bagaimana dengan tenaga dokter? Mungkinkah teknologi yang sedemikian mutakhir akan perlahan-lahan menggerusnya dan semakin menguatkan pernyataan bahwa otomatisasi memang akan hampir selalu menang melawan manusia, hemm..

Belum lagi jika seandainya ditemukan sebuah alat canggih yang dapat menghancurkan dan mengeluarkan berbagai macam penyakit yang sebelumnya hanya bisa ditangani lewat operasi pembedahan, maka dokter dapat bagian apa?
Tuan dan puan sekiranya itu saja khayalan saya yang saya pun juga ngeri-ngeri sedap membayangkan jika seandainya beberapa puluh tahun ke depan akan terjadi. Apakah iya, dokter-dokter hanya kebagian job untuk menjalankan alat tersebut? Untuk kedua kalinya saya mau berdehem, hemm..

Beberapa puluh tahun yang lalu, pergi ke dokter hanya bisa dilakukan oleh orang yang berduit, dan begitu mangut terhadap ucapan dokter tentang kesembuhan dirinya, tiada bantahan dan benar-benar memperhatikan omongan orang berjas putih di depannya itu. Bahkan di kampung emak saya, dokter disebut dengan penambahan kata ‘Tuan’ yakni ‘Tuan Dottoro’, menandakan bahwa betapa profesi ini sangat dihargai adanya.

Tetapi hari-hari ini? Orang-orang yang punya keluhan sakit kepala contohnya, biasanya mereka sebelum ke dokter akan searching dahulu tentang penyakit sakit kepala, dan tiba-tiba menjadi ahli saraf dadakan, kemudian pergi ke rumah sakit maka terjadilah percakapan sederhana namun menimbulkan kesan mendalam sampai ke ujung paling dalam hatinya si dokter,

Pasien merangkap ahli saraf dadakan: Gimana dokter? Saya kenapa ya?
Dokter:  Bapak, sakit kepalanya ini termasuk dalam jenis sinusitis, jadi bapak menderita sinusitis, itu yang menyebabkan kepala bapak terasa sakit selama beberapa hari ini.

Pasien merangkap ahli saraf dadakan: Ah kayaknya enggak tuh dok, kepala saya kadang gantian kiri-kanan puyengnya, migrain ini mah.

Dokter: Benar pak, kadang sinusitis susah dibedakan dengan migrain, hanya saja sakit kepalanya bapak tidak dipengaruhi oleh kebisingan dan cahaya dan saya sudah periksa itu.

Pasien merangkap ahli saraf dadakan: Wong tadi saya bacanya ini tanda-tanda migrain kok, dokter sesekali searching dong, kasihan kalau ada pasien lain yang enggak baca-baca dulu di gugel lalu berobat.

Dan si dokter menatap diam termangut..

Si Pasien merangkap ahli saraf dadakan tersebut pulang dengan tangan memegang kresek putih berisi obat generik resep dokter. Tetapi ketika sampai dirumah ia meminum air jahe hangat dan banyak menghirup aroma minyak lavender, berdasarkan hasil searchingnya “apa obat dari bahan alami untuk migrain”.

Sesungguhnya percakapan di atas hanyalah permulaan saja dari banyaknya kejutan-kejutan bagi para dokter dikemudian hari. Inovasi alat ajaib? Alat pendeteksi ajaib? Mengeluarkan ini itu tanpa operasi bedah?

Tarnyata benar kata guru SMA saya, ‘yang fana adalah waktu, kita abadi’ eitss salah, pak Sapardi almarhum bukan guru pns di sekolah saya, tetapi ‘semua adalah fana, hanya perubahan yang kekal’.
 
 

Spoiler for Sumber:


Junmai92
indramamoth
nohopemiracle
nohopemiracle dan 14 lainnya memberi reputasi
13
3.6K
87
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan