Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kelayan00Avatar border
TS
kelayan00
Mengkultuskan Tokoh Bisa Membutakan Hati Dan Pikiran


Benar kata orang cinta itu buta. Tidak hanya mata, tapi juga hati dan pikiran. Salah kata orang benar kata dia. Jelek kata orang bagus kata dia. Segala yang tidak sependapat mengenai orang yang dia cintai pasti akan dia tantang.

Mencintai seseorang yang memang berhak mendapatkan cintanya memang tidak salah. Malah dianjurkan. Istri mencintai suami misalnya. Atau suami mencintai istrinya. Menjadi masalah ketika cinta itu ditujukan ke orang lain sementara orang berhak menerima cintanya diabaikan.

Kita ambil satu contoh yang terjadi pada seorang tokoh agama. Dia punya banyak pengikut.
Quote:

Katanya para pengikutnya tersebut loyal karena didasarkan atas rasa cinta. Cinta yang sangat besar, sehingga mereka rela mati demi orang yang dicintai.

Gw geleng-geleng kepala ketika salah seorang pengikutnya di wawancarai salah satu stasion tv pada saat menyambut kedatangan tokoh tersebut.

Wartawan itu mengatakan, "Di tengah pandemi ini, apa ibu tidak takut tertular virus covid 19 ... ?" Ibu itu kemudian menjawab, "Saya tidak takut. Demi Allah Saya tidak takut."

Wuiiih. Gw pikir hebat banget. Sebegitu besarkah cintanya ibu-ibu tersebut kepada tokoh yang dia sambut sehingga tidak takut bahkan dengan kematian?
Quote:

Cinta yang teramat besar pada seorang tokoh bisa tergelincir kepada mengkultuskan. Dan ini dilarang dalam agama.

Belum lagi terhadap suaminya. Cinta yang diberikan ke orang lain bisa dianggap sebagai penghianatan. Dan ini juga bisa menjadi dosa besar.

Seorang wanita jika sudah menikah maka jiwa dan raganya adalah milik suaminya. Termasuk cintanya. Tidak boleh ada cinta lain selain cintanya pada suami dan anak-anaknya. Bahkan pada ortunya sendiri. Cintanya pada ortu harus dikalahkan.

Ada sebuah cerita di jaman Nabi. Seorang suami pergi berangkat perang. Dia berpesan pada istrinya jangan keluar rumah sebelum suaminya datang.

Ketika itu datang utusan yang mengatakan ibunya sakit. Dia tidak bisa menjenguk karena pesan suaminya dia tidak boleh ke luar rumah.

Selang beberapa hari utusan itu datang lagi, Ibunya sakit parah. Wanita itu kembali mengatakan pesan suaminya dia tidak boleh ke luar rumah.
Quote:

Beberapa hari kemudian utusan itu datang lagi dan mengatakan ibunya sudah meninggal dan meminta datang untuk yang terakhir kalinya bertemu dengan ibunya. Kembali wanita itu mengatakan pesan suaminya dia tidak boleh ke luar rumah. Dia tidak bisa datang.

Utusan itu menjadi kesal. Dia kemudian datang ke Baginda Nabi lalu melaporkan kejadian itu.

Baginda Nabi pun menjawab, "Semua dosa ibunya sudah diampuni karena mempunyai anak yang taat pada suaminya."

Cerita ini menjadi bukti bahwa seorang wanita yang sudah mempunyai suami segalanya menjadi hak suaminya. Jiwa raganya, termasuk cintanya.

Tidak boleh ada cinta lain selain pada suaminya. Bahkan ketika hendak sholat malam pun dia harus meminta izin suaminya. Meminta izin agar pada malam itu suaminya tidak meminta sesuatu darinya.

Mencintai tokoh agama sekalipun, seandainya dia sudah punya suami maka bisa dianggap menduakan cinta suaminya. Bisa dianggap menghianati suaminya. Cintanya milik suaminya. Cintanya tidak boleh dibagi dengan yang lain.





Sumber: Penjelasan kyai dan opini pribadi



Surobledhek746
xibeeex
xibeeex dan Surobledhek746 memberi reputasi
2
908
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan