Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

salilasaAvatar border
TS
salilasa
Tanjakan Makam dan Jembatan Haur Koening Ngeri Banget
Tanjakan Makam dan Jembatan Haur Koening



Malam itu sepulang bekerja, rasa kantuk menyerang begitu hebatnya, beberapa kali motor sempat oleng. Aku membawanya dalam keadaan pelan, tepukan tangan Tika di bahu kanan menjadi pengingat supaya terus waspada juga berhati-hati. Hujan rintik-rintik turun membasahi bumi, suasana malam itu terasa sangat berbeda dari biasanya, ketika kami mulai memasuki jalanan kampung menuju ke rumah Tika. Untuk sampai kesana, kami harus melalui tiga belokan, pertama belokan dari jalan raya menuju ke kampung, kedua belokan tanjakan makam, dan ketiga belokan jembatan haur kuning.

Tika mengencangkan pelukannya di pinggangku, saat kami melewati tanjakan makam yang terkenal angker saat malam hari tiba. Kata warga, orang yang berani lewat sana itu mental baja, apalagi lebih dari jam 22.00 masih sanggup melintas, siap-siap saja bertemu penampakan, mau bagaimana lagi, kami harus nekad untuk menyambung hidup. Karena merasa sesak aku memprotes tindakannya. Gadis gempal itu hanya menggeleng pelan, terasa sekali gesekan helmnya mengenai helmku.

Kami dua sekawan yang selalu bersama, meski jarak kampung kami agak jauh, dengan setia aku mengantar dan menjemputnya saat bekerja. Perjuangan hidup Tika membuatku merasa tersentuh, walau hanya tindakan kecil. Setidaknya bisa meringankan beban ongkos yang harus dia tanggung. Kami pun sampai di depan rumah Tika, sebelum melajukan motor gadis itu berpesan padaku untuk membaca do'a dan membunyikan klakson saat melewati belokan jalan.

"Sasa, hati-hati," ucapnya. Raut wajahnya terlihat cemas.


Dokumen pribadi


Karena badan sudah sangat lelah, aku lupa pada nasihat Tika dengan tidak membunyikan klakson. Lagipula tadi tidak bertanya membunyikan klakson di belokan mana, saat melewati jembatan haur koening, mendadak motor terasa berat. Bau anyir darah menusuk indera penciuman, perutku mual seketika, bulu roma berdiri semua. Aku pun memacu motor lebih kencang menekan gas, namun bukannya semakin kencang. Malah laju motor terasa lambat.


Jembatan haur kuning di siang hari


Aku memberanikan diri menengok kaca spion motor, lampu penerangan jalan di jembatan mendadak redup dari biasanya. Saat mataku menatap spion, jantung terasa seakan loncat dari tempatnya. Sesosok anak kecil duduk menyamping dengan kepala yang separuhnya hancur, darah segar mengucur deras menimbulkan bau amis khas darah yang membuat perut mual. Karena panik, refleks tanganku mengencangkan pegangan pada gas, motor melaju kencang tanpa arah. Pandanganku gelap seketika, hanya rasa sakit di kaki juga kepala yang kurasakan sebelum kehilangan kesadaran.

Saat membuka mata, aku sudah berada di rumah salah satu warga. Beruntung, ada yang baik hati mau mengantarkan pulang. Selama tiga hari aku beristirahat karena luka di kaki yang membuatku tidak bisa berjalan. Tika baru datang menengokku saat libur bekerja, gadis gempal itu menangis melihat keadaanku. Dia bertanya bagaimana kronologi kecelakaan yang menimpaku malam itu, Tika menghela napas panjang.

"Kamu sih, udah kubilang bunyikan klakson! Malam itu, aku juga lihat anak kecil di jembatan lagi duduk. Kepalanya hancur sebelah, otaknya keluar gitu, ya ngeri aku, Sa. Terus, di tanjakan makam itu ada perempuan rambutnya panjang, lagi duduk nyisirin rambutnya, hiyyy serem tau," ujar Tika sambil bergidik.

"Iya, aku capek banget malam itu," sahutku.

"Tik, anterin aku yuk."

"Kemana?"

"Jembatan haur kuning."

"Isyh ngapain ah, serem tau."

"Kan, masih siang. Aku mau kesana, aku penasaran kenapa anak kecil itu gangguin aku. Apa aku ada salah?"

"Dia emang iseng, Sasa. Udah nggak usah cari perkara."

"Mau antar gak?"

"Sa ...."

"Ya udah, aku jalan sendiri."


Akhirnya Tika mau mengantarkanku ke jembatan haur kuning, begitu sampai disana, daun bambu haur kuning bergerak pelan seolah menyambut kedatanganku. Mataku nanar menatap sekitar, entah kenapa hatiku mendadak sedih ketika berada dekat di jembatan. Gemericik suara aliran air di sungai di bawah jembatan, tak mampu mendinginkan hatiku yang memanas.

Seorang kakek tua tergopoh dari menuruni tangga makam yang tidak jauh dari jembatan, kakek tua itu menghampiri kami. Karena penasaran, aku bertanya padanya tentang jembatan itu dan juga tanjakan makam yang terkenal angker. Kakek bernama Asmadi itu menceritakan, jika dua minggu lalu ada seorang anak kecil yang meninggal di jembatan haur kuning.

Tepat menjelang maghrib, sesosok mayat anak kecil berusia tujuh tahun itu ditemukan meringkuk tepat dibawah jembatan. Kepalanya hancur sebelah, bahkan sebagian isi otaknya terbawa arus aliran sungai. Tidak ada yang tahu bagaimana kejadian aslinya, karena di sana memang sepi. Aku sedih sekaligus ngeri mendengar cerita dari kakek Asmadi, setelah cukup lama berbincang kami pun berpisah. Sebelum meninggalkan jembatan, aku melantunkan do'a untuk adik yang meninggal tersebut, hatiku rasanya sedikit lega.


Tanjakan makam dokumen pribadi


Menurut beberapa warga yang pernah berpapasan dengan sosok anak kecil tersebut, biasanya dia selalu menampakkan diri saat hujan rintik-rintik turun, kondisinya tetap sama memperlihatkan kepalanya yang hancur. Sedangkan di tanjakan makam, warga sering mendengar suara cekikikan perempuan ataupun penampakan pocong yang berloncatan di tangga. Memang benar, walaupun aku tidak pernah lagi bertemu langsung dengan sosok demit apapun. Aura disana terasa berbeda apalagi di malam hari.

Anehnya, saat memasuki jembatan haur kuning, auranya sedikit lebih adem dari pada di tanjakan tangga makam. Apapun itu yang penting kita hidup masing-masing saja yah, jangan sampai saling menyikut kehidupan. Alammu adalah alammu dan alamku adalah duniaku. Aku berani foto ini siang hari, kalau malam pulang kerja jangankan mau berhenti, maunya motor melesat secepat burok terbang. Kalau bukan karena persahabatan dengan Tika, malas lewat sini.

Quote:


Ketiga belokan itu memang cukup mengerikan Agan dan Sista, belokan pertama itu posisinya di jalan raya. Sering banget terjadi kecelakaan dan selalu ada korban tewas di tempat. Kalau di tanjakan tangga makam sih yah penampakan sama suara. Nggak lagi-lagi deh lewat jembatan haur kuning itu tanpa baca doa. Buat saya ini pelajaran besar sih, mau dimana pun kita memang wajib berdo'a meminta perlindungan pada Tuhan.
Diubah oleh salilasa 21-10-2020 07:51
indrag057
OkkyVanessaM
tien212700
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
674
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan