Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

FXcuanAvatar border
TS
FXcuan
4 Jenis Indikator Teknikal Yang Penting Dalam Forex
Tidak sedikit trader forex yg berusaha menjumpai momentum trading yg tepat dengan berupaya banyak sekali indikator teknikal. Selain itu, mereka-mereka pula mengharapkan indikator teknikal yg dipakai bisa menghasilkan profit optimal atau dalam kata lain maksimal. Tapi, dalam prakteknya, tak ada formula pasti dalam trading yg mampu selalu menghasilkan profit. Oleh karena itu, trader perlu mengkaji banyak sekali indikator teknikal untuk menyusun formula trading suksesnya sendiri.


Quote:


Sebelumnya jika Anda ingin memulai trading forex silakan daftar disini. Dan untuk yang sedang mencari broker terbaik di asia silakan klik disini

Dasarnya memang, indikator teknikal forex bisa digolongkan menjadi empat jenis. Yakni indikator yg menunjukan arah demam isu (trend-following), indikator yg mengkonfirmasi arah demam isu (demam isu confirmation), indikator yg menunjukan overbought dan oversold, dan indikator yg membantu menentukan level exit (profit taking). Berikut rinciannya.

1. Indikator Teknikal Yg Menunjukan Arah Tren (Tren-Following)

Pergerakan harga di pasar forex tidak cuma ke satu arah saja, melainkan mampu naik-turun. Kenaikan serta penurunan itu sendiri bisa berlangsung dalam satu waktu saja, maupun satu periode secara terus menerus. Disaat pergerakan harga berlangsung tak henti-henti, maka terbentuklah yg dinamakan demam isu.

Meskipun barangkali mampu profit dengan tips trading melawan arah demam isu, namun kebanykan trader berusaha untuk mampu masuk pasar sesuai dengan arah demam isu utama. Sudah terbukti bahwasanya tips trading dengan ikuti arah demam isu (trend-following) Amat profitable.

Apa maksudnya taktik atau strategi trend-following? Tren-following ialah menentukan kapan Kamu perlu buy ataupun sell secara searah dengan demam isu pasar yg tengah berjalan.

Bagaimana {cara kita} mengetahui demam isu apa yg tengah berjalan? Nah, pelacakan keadaan demam isu yg dimaksud mampu di lakukan oleh indikator yg ikuti arah demam isu. Satu dari sekian banyaknya indikator teknikal bersifat trend-following yg simpel, cukup powerful serta tidak sedikit dipakai ialah Simple Moving Average (SMA).

Untuk melacak demam isu dengan memakai Simple Moving Average, maka kita butuh memasang dua indikator SMA dengan periode berbeda, umpamanya SMA-50 Day serta SMA-200 Day. Berikut semisal pelacakan demam isu dengan metode perpotongan 2 garis kurva SMA:

Grafik EUR/USD Daily yg sudah dipasangi SMA-50 Day serta SMA-200 Day diatas bisa dibaca bahwasanya:

    Uptrend berlangsung andaikan garis kurva SMA-50 Day (periode waktu jangka pendek) berada diatas garis kurva SMA-200 Day (periode waktu jangka panjang).
    Downtrend berlangsung bila garis kurva SMA-50 Day berada di bawah SMA-200 Day.
    Disaat pergerakan harga berada tepat pada garis kurva, mempunyai arti pasar tengah berkonsolidasi.
    Disaat berlangsung perpotongan antara SMA-50 Day serta SMA-200 Day, maka akan berlangsung pergantian arah demam isu. Andaikan SMA-50 Day melintasi SMA-200 Day ke arah bawah, mempunyai arti Uptrend berganti menjadi Downtren. Sedangkan andai SMA-50 Day melintasi SMA-200 Day ke arah atas, mempunyai arti Downtrend berganti menjadi Uptrend.

Dengan memakai indikator teknikal ini, Kamu bisa entry buy disaat harga bergerak diatas garis kurva SMA periode pendek (SMA-50 day) yg menunjukan Uptrend Amat kuat, ataupun sell disaat harga bergerak di bawah garis kurva SMA periode pendek yg menunjukan Downtrend tengah kuat. Hindari entry disaat pasar tengah konsolidasi, yakni disaat harga bergerak tepat pada garis kurva SMA periode pendek.

Probabilitas trading yg tinggi akan berlangsung disaat berlangsung perpotongan antara kedua garis kurva SMA. Entry sell disaat garis kurva SMA-50 day sudah memotong garis kurva SMA-200 day dari atas ke bawah. Lantas entry buy disaat garis kurva sma-50 Day sudah memotong garis kurva SMA-200 Day dari bawah ke atas.
Kelemahan Indikator Teknikal SMA

Indikator teknikal penunjuk arah demam isu yg paling ternama ialah SMA, namun besar mungkin akan berlangsung kesalahan sinyal akibat keterlambatan indikator ini dalam merespon perubahan harga. Ini adalah kelemahan utama SMA, berapapun kombinasi periode yg Kamu terapkan. Tapi, semakin kecil periode yg Kamu genakan pada SMA, maka akan makin rawan kesalahan. Selaku semisal berikut penggunaan SMA-10 Day serta SMA-30 Day pada EUR/USD Daily yg setara dengan semisal diatas akan menampilkan:

Andai Kamu amati, respon kedua garis kurva SMA yang telah di sebutkan jauh lebih cepat dibanding SMA-50 Day serta SMA-200 Day pada semisal sebelumnya, namun tingkat akurasinya lebih rendah, lebih-lebih bila pergerakan harga pasar tengah ranging (sideways). Sebaliknya, kombinasi SMA-50 Day serta SMA-200 Day lebih akurat dalam menunjukan arah demam isu, namun lebih lambat dalam merespon perubahan harga. Disaat garis kurva keduanya berpotongan, arah demam isu pergerakan harga telah lebih lagi dahulu berganti.

Dalam prakteknya, tak ada periode kombinasi yg paling akurat untuk indikator SMA. Kamu mesti mencoba-coba mana kombinasi paling tepat bagi time frame tertentu yg Kamu genakan. Terlepas dari seluruh itu, Moving Average ialah murni indikator arah demam isu yg paling tidak sedikit dipakai trader.

2. Indikator Teknikal Untuk Konfirmasi Arah Tren (Tren Confirmation)

Sesudah kita memiliki indikator penentu arah demam isu, maka pastinya kita akan bertanya hingga seberapa handalkah arah demam isu yg kita peroleh?

Semacam sudah disebutkan sebelumnya, indikator arah demam isu yg kita punya selalu rawan berlangsung kesalahan sinyal. Oleh karena itu, Amat diharapkan sebuah indikator tambahan yg mengukur apakah arah yg ditunjukkan oleh indikator SMA yang telah di sebutkan telah benar ataupun bahkan salah. Walau demikian, indikator ini tak dimaksudkan selaku konformasi untuk entry, melainkan cuma untuk mengkonfirmasi arah demam isu yg ditunjukkan indikator SMA.

Indikator konfirmator demam isu yg paling ternama ialah Moving Average Convergence Divergence (MACD). Pada intinya, andai indikator SMA serta MACD mengisyaratkan bullish, maka persepsi trader ialah buy. Sebaliknya, andai keduanya mengisyaratkan bearish maka persepsinya ialah sell. Berikut semisal sebelumnya yg kita kombinasikan dengan indikator MACD selaku konfirmator demam isu (biru: kurva MACD, merah: kurva sinyal):

Arah demam isu mampu dikonfirmasikan dengan pergerakan garis kurva MACD itu sendiri, ataupun garis-garis histogram OSMA (Oscillator's Moving Average).

Tampilan demam isu garis kurva MACD mencerminkan demam isu pergerakan harga. Disaat tengah bergerak uptrend akan terbentuk titik-titik higher highs (level tinggi yg semakin tinggi), baik pada pergerakan harga ataupun pada kurva MACD. Demikan pula disaat bergerak downtrend, akan terbentuk titik-titik lower lows (level rendah yg semakin rendah) pada keduanya. Tatkala kurva MACD serta kurva sinyal berpotongan, maka besar kemungkinan akan berlangsung perubahan arah demam isu.

Selain itu, arah demam isu pula mampu dikonfirmasikan dengan garis histogram OSMA. Area histogram OSMA yg berada diatas garis nol menunjukan keadaan bullish, sedangkan andai OSMA di bawah garis nol maka menunjukan keadaan bearish. Semakin tinggi garis OSMA, semakin kuat demam isu yg tengah berlangsung. Tatacara konfirmasi ini mampu di katakan simpel, namun cukup akurat.

Sesudah kita tahu arah demam isu yg tengah berlangsung, serta sudah terkonfirmasi juga, maka kita udah punya acuan untuk entry serta akan lebih meyakini diri. Nah, kapan momen yg paling tepat untuk entry, serta bagaimana menentukan kapan perlu exit? Keduanya butuh indikator tambahan yg akan kita ulas pada bagian selanjutnya.

3. Indikator Momentum Untuk Entry (Indikator Overbought Serta Oversold)

Sesudah kita mengetahui arah demam isu serta mengkonfirmasikannya, langkah selanjutnya ialah mencari kesempatan yg tepat untuk entry.

Andai kita langsung entry begitu saja, maka kita tak tahu kondisi kekuatan demam isu tatkala itu, apakah masih kuat ataupun sudah mendekati level jenuhnya. Level jenuh pengertiannya rawan berlangsung koreksi (retracement), serta koreksi yg berlanjut mampu memicu arah pergerakan harga berbalik arah (reversal).

Tidak sedikit trader yg entry dengan menunggu harga pullback ataupun kembali bergerak sesuai arah demam isu sesudah koreksi. Momentum tatkala pullback ialah waktu yg tepat untuk entry.

Indikator momentum dipakai untuk mengetahui tingkat kejenuhan suatu pergerakan harga, serta tingkat kejenuhan diukur dengan keadaan overbought (jenuh beli) dan oversold (jenuh jual). Indikator teknikal yg menunjukan keadaan yang telah di sebutkan adalah indikator tipe oscillator, serta yg ternama ialah Relative Strength Index (RSI) serta stochastic.

Sinyal trading lazimnya diperoleh dari kondisi overbought serta oversold. Peraturan yg berlaku ialah:

    Kondisi overbought diperoleh bila garis RSI memotong level 70. Segera entry sell.
    Kondisi oversold bila garis RSI memotong level 30. Segera entry buy.

Dalam trading dengan indikator teknikal, faktor yg paling penting ialah penyesuaian (matching) antara pergerakan harga dengan pergerakan indikator teknikal pada tatkala yg bersamaan. Dalam hal ini, tatkala entry mampu disesuaikan dengan pergerakan indikator Moving Average. Entry buy akan lebih kuat tatkala garis moving average periode pendek berada diatas periode yg lebih panjang, serta sebaliknya.

4. Indikator Teknikal Untuk Menentukan Level Exit (Profit-Taking)

Sesudah entry, kita perlu mengetahui level yg paling optimal untuk exit dari pasar, tidak saja didasari perkiraan semata. Dalam hal semisal diatas, RSI mampu dipakai pula selaku indikator untuk exit ataupun Take Profit.

Untuk posisi buy, trader mampu exit disaat RSI mencapai level overbought. Sebaliknya untuk posisi sell, lakukan exit disaat RSI mencapai level oversold. Berhubung RSI tidak lebih cocok dipakai untuk kondisi trending, maka untuk menghindari kesalahan, trader pula mampu memakai indikator Bollinger Bands (BB).Untuk posisi buy, trader mampu exit disaat harga sudah menembus Upper Band (pita atas Bollinger Bands). Sebaliknya untuk posisi sell, trader mampu exit disaat harga menembus Lower Band (batas bawah Bollinger Bands. Selain itu, untuk lebih memaksimalkan profit trader mampu menerapkan teknik Trailing Stop.
Diubah oleh FXcuan 04-10-2022 10:54
wahyuargian
nona212
denia697
denia697 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.8K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan