rollermanAvatar border
TS
rollerman
PERTANYAAN SEBELUM MENIKAH (Yang boleh jawab hanya cewek)
Halo para member kaskus cewe (biasa disebut aganwati ya?)

saya ada pertanyaan yang kepada kalian yang mungkin ditanyakan kepada pasangan anda sebelum menikah(baik belum nikah (masih pacaran atau taaruf) ataupun sudah nikah). Karena dari pertanyaan ini saya gagal untuk menikah (padahal tinggal 25 hari lagi sebelum hari H

Pertanyaannya adalah:
Jika datang kepadamu 2 orang yang keadaannya sama (siap untuk menikah secara materi dan sama-sama disetujui ortu)
Orang Pertama, Dia berkata : "Aku akan membahagiakanmu dengan segala hidupku, tidak akan membuatmu bersedih dan kecewa, dan aku tidak akan berpaling darimu., maukah kamu menikah denganku?"

Orang Kedua, Dia berkata : "Selama aku hidup, aku memiliki banyak kekurangan, aku tidak memiliki rencana untuk masa depan, juga dalam hidupku sering mengalami kegagalan api aku tidak pernah menyerah dari segala keadaan. Mau kah kamu menemaniku dalam ikatan pernikahan?"

Manakah yang aganwati pilih?

Latar belakang masalah:
Jadi, 25 hari sebelum ijab kabul, Tunangan saya ini menanyakan pertanyaan yang muaranya adalah apakah aku jadi orang pertama atau kedua (di atas ini)? ya tidak saya sebutkan pertanyaannya gimana, karena nanti gak seru jadinya haha. Dan saya berhasil menjawab, hanya saja tidak sesuai kehendak tunangan saya sehingga dengan keberaniannya dia memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kita. Padahal kedua orang tua kami sama-sama tahu kalau ada "pertanyaan" tersebut sehingga membuat kedua orang tua kami ikut dalam "diskusi" ini

Mohon kesediaan para aganwati menjawab pertanyaan tetsebut. Ssya tidak bermaksud mencari pembenaran dari diri saya (malahan orang tua tunangan saya berkata saya benar), hanya saja saya penasaran apakah semua cewe itu berpikir sama atau tidak. kalau sama ya gak mungkin juga. hahaha (bahaya itu) kalau beda ya udah kodratnya.

Untuk para cowo/agan silahkan disimak saja, siapa tahu terjadi sama agan, ngeri lho.

UPDATE 7SEP2020
Karena sudah 1 minggu berlalu, maka saya share apa yang pernah saya alami.

Jadi, saya memilih jadi orang yang kedua (menurut saya). Percakapannya seperti ini (waktu itu lewat WA)
Cew: Gimana? sudah siap menikah?
Cow: Kalau ditanya siap ya sejujurnya ya tidak siap dan tidak akan siap. Karena aku belum pernah punya pengalaman dalam pernikahan. menurutku pernikahan pasti akan ada masalah tiap rumah tangga. Sehingga kalau pun masalah itu datang mungkin aku tidak bisa menyelesaikan dengan cepat. Tapi bukan berarti aku menyerah dan lari dari tanggung jawab.

Mungkin dari sini Tunanganku menilai bahwa AKU TIDAK SIAP MENIKAH. DAN MEMAKSA UNTUK MENIKAH. Aku tidak menyalahkan penilaian tersebut, karena manusia punya cara masing2 dalam berpikir. Beberapa hari setelah pertanyaan itu, Tunanganku ini sempat shock dan blank, sehingga orang tuanya bingung kenapa. Akhirnya ceritalah tunaganku dengan orang tuanya. Sehingga kedua orang tuanya mengunjungi rumahku. Bukan untuk mempermasalahkan jawabanku, tapi untuk mencoba menjelaskan secara 4 mata kepada anaknya (tunanganku). Karena mereka berdua berpikir bahwa jawabanku itu sudah benar. Jika seorang laki-laki(belum pernah menikah) ditanyain seperti itu ya akan menjawab tidak siap. Karena dimana-mana berumah tangga itu mulai dari nol. Tidak ada pengalaman, finansial juga baru mulai, tidak punya rumah, tidak ada rencana besok mau apa saja targetnya segalanya nol. Cuman sepertinya anak mereka itu salah tafsir, kalau aku bilang tidak siap artinya besok kalau ada masalah takut ditinggal tanpa bertanggungjawab. Jadi minta tolong untuk berbicara 4 mata agar bisa luluh pemikirannya.

Aku sangat mengerti akan efek jawaban yang telah aku katakan. Akan ada seseorang yang berpikir demikian. Maka sudah tugasku untuk mencoba meyakinkan tunaganku bahwa aku bukan orang yang seperti dia bayangkan. Akhirnya kami berbicara 4 mata disebuah cafe. Kami berbicara selama 2 jam. Aku bukan berdebat dengan tunanganku, tapi aku menceritakan perjalanan hidupku selama 20 tahun ini (dari SD hingga sekarang). Dari cerita perjalanan hidupku tadi harapannya tunanganku itu paham latar belakang kenapa calon pasangannya (aku) ini bukan orang yang optimis (bukan juga pesimis). Juga agar tahu bahwa dibalik segala kelebihan yang orang-orang katakan kepada tunanganku itu, ternyata lebih banyak kekurangan yang tidak diketahui olehnya. Sebagai catatan saja, kami berdua tinggal 1 komplek perumahan tapi beda RW. Jadi beberapa orang ada yang kenal aku dan tahu bagaimana aku dalam bermasyarakat. Bahkan, ada dosen dikampusku dulu yang tinggal dekat rumah tunanganku. Beliau juga tahu bagaimana aku didalam kelas dan mengerjakan tugas jadi mungkin menganggap aku orang yang baik.

Tapi tetap tunanganku tidak merubah pemikirannya dan berkata :
Cew: Lha waktu ditanya papaku kenapa kamu bilang siap menikah?
Cow: Karena menurutku besok yang menghadapi kehidupan pernikahan ya, aku dan kamu. Sehingga baik buruknya aku kamu harus tahu duluan. Kalau orang tua, tahunya bibit bobot bebetnya (orang Jawa pasti paham) artinya sudah pasti siap, apalagi sudah sampai tahap meminta langsung (membawa kedua orangtua).
Cew: Berarti kamu orang yang plin plan dong. Dihadapan orang tua kamu bilang siap, dihadapanku kamu bilang tidak siap?

Aku bukan tipe orang yang bisa mudah merubah persepsi orang apalagi berdebat. Ketika tunanganku berkata demikian ya sudah aku menyerah untuk merubah cara berpikirnya. Dan aku tidak menyalahkan cara berpikirnya. Yang patut disalahkan ya diriku sendiri. Akhirnya aku bertanya kepadanya untuk terakhir kalinya, apakah ada kesempatan kedua? dan dia menjawab tidak ada. Ya sudah kami pulang dan aku menyerahkan kembali kepada orang tuanya bahwa aku tidak bisa merubah keadaan dan orang tuanya......... ya gak perlu diceritakan lagi pasti sudah paham. Setelah itu aku pamit kepada keluarganya dengan......... sudah pasti tahu kan kondisinya.

Sebagai informasi, progress pernikahan kami sudah 90%. Tinggal foto prewed (karena covid jadi kami masih bingung prewed atau tidak) dan ijab kabul. Gedung, katering, souvenir, seserahan dan mas kimpoi semua lengkap. Tanpa undangan karena Covid jadi yang di undang hanya kerabat dekat serta tetangga. Perkenalan kami cuman 8 bulan, 3 bulan aku bertanya apakah hubungan ini bisa dilanjutkan ke tahap yang lebih serius? dia menjawab iya. Oke, maka 2 bulan berikutnya kami tunangan kecil-kecilan karena covid. Berikutnya ya menentukan tanggal pernikahan, hingga mencari seserahan dan cincin pernikahan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Tunanganku ingin orang yang optimis, tegas, memiliki tujuan-tujuan yang pasti saat setelah menikah, intinya seseorang yang bisa menjamin bahwa besok ketika menikah akan baik-baik saja. Itu bukan cara berpikir yang salah, setiap wanita berhak berpikir demikian. Sementara aku, ya hanya pria yang belum dewasa, tidak tegas, belum punya rencana setelah menikah, dan masih banyak kekurangan lainnya. Dan harapanku hanya satu, agar pasanganku kelak lebih dulu tahu kekuranganku daripada besok mereka hidup dalam pemikiran bahwa pasangannya adalah orang punya banyak kelebihan. Tapi ya bisa juga ada orang yang berpikir seperti mantan tunanganku, ya gak salah juga. Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah. Yang salah apabila mantan tunanganku dipaksa untuk menerimaku sedangkan dia mendambakan seorang yang bekebalikan dari diriku.

Kok kesannya Si Cowo tidak berusaha maximal?
Monggo berpikir demikian. Usaha saya memang sebatas menjelaskan lebih detail tentang apa latar belakang saya berpikir seperti di atas. Bukan memaksa tunanganku untuk menerima keadaanku. Karena bagiku mencintai itu harus tanpa paksaan. Menurutku keluarganya juga sudah sangat paham maksud ucapanku namun apa daya anak mereka berpikir lain dan tidak bisa dirubah.


Lah kan tinggal tarik ucapan saja, dari berkata TIDAK SIAP menjadi SIAP.
Sebelum berbicara 4 mata kepada tunanganku sempat berpikir demikian. Namun aku berpikir akan memberi kesan tidak serius dan plin plan sejak awal. Juga apa yang di awal telah aku ucapkan, maka aku harus bertanggung jawab apa yang aku ucapkan.

Apa susahnya menjadi orang yang optimis seperti yang dikehendaki si cewe?
Bagi sebagian orang yang mudah. Kalau bagiku yang melewati hidup dengan berbagai kegagalan, rasanya sangat sulit. Karena aku bukan orang yang terkenal cerdas, terkenal tegas, sering berprestasi, selalu melewati segala rintangan dengan lancar. Tapi kebalikan dari itu. Andai kata seseorang menemukan kelebihan dari diriku, ya bagiku itu "wes kudunr ngoni" (sudah seharusnya begitu). Prinsipku itu kelebihan tidak perlu ditunjukkan, maka akan kelihatan sendiri.

Itu saja update thread ini, semoga para pembaca tidak mengalami apa yang saya alami. Dari awal aku tidak mencari dukungan atas jawabanku. Kali menyalahkan juga monggo, aku terima. Kalian mendukung juga silahkan tapi bukan berarti aku benar sedangkan mantan tunanganku salah (menurutku begitu). Memang terkesan sepele pertanyaan simpel seperti itu bisa membatalkan rencana pernikahan, tapi ya itulah adanya. Mau sekeras apapun berusaha, bila pasangan anda tidak mau menerima ya gimana lagi.
Diubah oleh rollerman 07-09-2020 03:32
jiyanq
cewekmisqueen
nyahprenjak
nyahprenjak dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.8K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan