TS
S.e.m.e.d.i
Ketika Aksara Berbicara
Kutulis puisi dan kuselipkan di telingamu.
Kelak ia akan ditemukan oleh seseorang yang bukan aku.
Untuk sekarang, kau belum bisa membacanya, atau mendengarkannya.
Meski memang ia tercipta untukmu.
Puisi ini barangkali tidak bagus. Aku tahu.
Tapi kelak kau akan menyukainya.
Ketika orang lain mengambilnya dari telingamu. Membacanya keras-keras.
Tanpa intonasi. Tanpa ekspresi.
Seluruhnya, kau bersedia untuk mendengarkan.
Kau bertepuk tangan. Memujinya.
Sebenarnya bukan lelaki itu.
Tetapi puisi ini. Sebab ia memberimu banyak ketulusan yang belum pernah kau temukan. Meski sebenarnya, ia telah dimiliki olehmu sejak lama.
Terselip di telingamu.
Hanya saja belum pernah kau baca.
Dan belum pernah kau dengarkan.
Karena aku hanya mampu menulisnya
tanpa berani membacakan.
Maka biarkan kutulis puisi ini untuk telingamu.
Dan kuselipkan di sana.
Sampai ada orang lain yang menemukannya.
sudut sunyi/lin, September 2019
***
Berteman Angin
pekat, ya hanya pekat saat ini yang menguasai hati
sepekat kopi yang tersaji di teras ini
menikmati tiap teguk pahit dan panasnya sungguh tak bisa kuceritakan
aku tak ingin ada manusia yang menemaniku di sini
biarkan bangku sebelahku kosong
sepertinya lebih nyaman berteman dengan angin, dia teman baik
walau tak berucap dia pendengar paling setia
walau tak nampak senyum nya, bisa menghilangkan gerah.
tapi jangan tanya bila amuknya menyapa.
dia pandai menyimpan rahasia kesahku
tak perlu lagi ada nyanyian pilu meragu, bahkan terbuang jauh
senja ini aku bersamanya
Menikmati dingin dan mendung yang mulai merapat menyelimuti bumi, bersama semilirnya yang datang dan pergi.
aku hanya meminta, jangan dinginkan kopi ini! biar tetap bisa kuteguk hangatnya hingga ke tulang rusuk ini.
sudut luka, 02.11.2019
***
Pulang
Setangkup kembang sudah kusiapkan
Dalam getar genggaman
Berjalan menyusuri pematang yang basah karena rinai siang ini
Rintiknya masih mengiringi
Membasah dalam hati
Langkahku terhenti manakala masih kuingat tentang senyummu, tentang rayumu tentang senda guraumu
Sial! semua hanya drama yang kau bangun dalam mimpiku
Kini takkan kujumpai lagi tentang semua itu
Aku datang pada pemakaman rasa yang tak perlu lagi menghantui langkahku
Kutabur kembang kebencian pada pusara kekecewaan dan luka.
sudut kecewa, 05.11.2019
***
Lukisan Luka
Siang ini mentari masih terik menemani seorang perempuan yang memanggang hatinya
Dia begitu luka, manakala mimpi-mimpi yang telah digambar pada hatinya musnah
Perempuan luka hanya menunggu senja menyembunyikan segala duka
cemburu yang tumbuh adalah kecewa yang tertanam
tentang ranting patah, daun yang berguguran, juga kemarau yang menyakitkan.
gurat-gurat muram telah dilukiskan dalam dada oleh manusia-manusia tanpa rasa. dan dia harus tetap melangkah diatas serpihan luka.
sudut mimpi,05.11.2019
***
Selarik Aksara Tunggu
baiklah
aku sudah datang dengan caraku
dari merayap hingga berjalan tegak
tapi sepertinya waktu masih belum berpihak
aku rasa ini gurauan yang memang harus tercipta
di sela-sela kesunyian di relung qalbu
walau sudah ku gantungkan kejujuran pada daun pintumu ataupun daun jendela itu
agaknya masih belum cukup mengusik sanubarimu
di tepi malam diujung September
angin berbisik padaku, agar aku tak lagi menunggu cinta yang semu
sebelum kuberlalu, ijinkan aku menggantungkan selarik aksara di daun telingamu, walau kau tak sudi mendengar itu
mungkin suatu saat ia bisa bercerita padamu tentang sebuah makna tunggu.
sudut kecewa, 05.11.2019
###
terima kasih telah hadir membaca sajak ini
to be continue
Diubah oleh S.e.m.e.d.i 27-01-2020 02:38
husnamutia dan 14 lainnya memberi reputasi
15
2.6K
52
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan