Yoo apa kabar agan-agan
Welcome to my thread




Disini ane pengen ngebahas permasalahan yang agaksensitif yaitu broken home. Siapa sih orang yang mau menjadi broken home ? Tentu semua menolak. Setiap manusia menginginkan keluarga yang harmonis, tentram dan berdamai setia saat.
Bukan keinginan/kehendak mereka menjadi broken home. Disini ane ngebahas broken home dari segi perceraian. Terjadinya broken home memiliki banyak motif antara lain:

1. Masalah keuangan



Setelah menikah itu menjadi babak baru bagi pasangan suami istri menjalankan kehidupan bersama orang yang cintai dengan bertambah dan lahirnya anggota baru (anak) tapi tidak selamanya rumah tangga berjalan mulus, tentu ada konflik salah satunya masalah keuangan. Kalau saja suami istri tidak tegar/sabar menghadapi keuangan yang pasang surut, malah bisa menghadapi kemiskinan. Salah satu pihak entah itu suami atau istri mengeluh, mungkin beda cerita kalau kedua pihak itu saling menyemangati satu sama lain.

2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga



Faktor banyak terjadi dilapangan yaitu adanya kekerasan dalam rumah tangga. Tindakan yang dilakukan didalam rumah tangga baik oleh suami, istri, dan anak. Sebagian besar korban KDRT biasanya perempuan (istri) dan pelakunya lelaki (suami), walaupun ada juga korban justru kebalikan. Tidak semua kejadian KDRT bisa diselesaikan dengan tuntas karena korban sering menutup-nutupi dengan alasan struktur keluarga. Padahal perlindungan negara dan masyarakat untuk memberi rasa aman kepada korban dan menindak pelaku.

3. Adanya pihak ketiga


Dengan datangnya orang lain didalam rumah tangga juga bisa menyebabkan broken home, bisa saja karena memang salah satu pihak tidak puas dengan pasangannya, mungkin juga karena 'gatel'jadi fakboi . Istri atau suami mana yang ingin adanya pihak ketiga dalam hubungan mereka.

Broken home biasanya berdampak ke psikologis anak, ane juga punya temen yang mengalami kejadian tersebut. Sebut saja namanya badrol.

Psikologis dia menjadi berantakan akibat perceraian kedua orang tuanya. Sebelum orang tuanya bercerai, dia termasuk anak yang periang, lucu, dan ramah terhadap semua temen maupun keluarga.

Setelah bercerai, dia pun menceritakan masalah nya kepada ane (ane juga gapengen sih tau masalah keluarga orang lain tapi karena dia memulai curhat. Ya mau gamau ane juga ikut menjadi pendengar baik ).

Setiap hari ayahnya selalu saja membuat ribut, ya emang karena beliau emang emosian. Ibunya sabar menghadapi semua perlakuan beliau. Badrol merasa tidak betah berada dirumah, maka dia sering keluar main diluar. Saat itu ane gatau kalau dia mengalami kejadian tersebut.

Semakin lama semakin menjadi, ibunya pun mulai bosan dan cape atas semua perlakuan ayahnya badrol. Dia pun mengadu ke sanak saudara dan walinya untuk melakukan sidang perceraian. Setelah kedua-duanya melakukan tahapan bercerai, mereka pun bercerai. Hak asuh badrol jatuh ke ibunya.

Perubahan psikologis badrol pun mulai terlihat, menjadi pendiam yang biasanya periang, menjadi temperamental atau emosi yang tinggi. Sekarang pun dia sering depresi.

_____________________________________________

Dari kejadian tersebut ane menyimpulkan bahwa broken home itu menghancurkan mental antara suami, istri, dan anak baik itu psikologis fisik, psikis dan keharmonisan hubungan.
Solusi untuk badrol agar tetap menjaga mentalnya pasca perceraian kedua orang tuanya salah satunya dengan menjalankan komunikasi yang baik, melakukan aktivitas yang positif seperti beribadah bersama.

_____________________________________________

Dukung thread ane agar selalu dapat memberikan yang terbaik dengan mengirim cendol dan berikan komentar agar ane bisa berinteraksi dengan para pembaca.


Penulisan : opini pribadi
Gambar : google dan gambar pribadi