- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[DISKUSI] SETUJUKAH AGAN BILA 80 JUTA ADALAH TARIF PROSTITUSI YANG LAYAK DI INDONESIA
TS
infoanaksultan
[DISKUSI] SETUJUKAH AGAN BILA 80 JUTA ADALAH TARIF PROSTITUSI YANG LAYAK DI INDONESIA
Hai rich people sekalian. Selamat sore juga buat agan sista sekalian. Semoga agan, sista dan rich people diirngi kesehatan, keselamatan, ketabahan, kemudahan, keringanan dan keniscayaan untuk senantiasa mengejar mimpi, cita dan harapan di dunia yang penuh dengan kepalsuan (sok puitis, hahaha).
Ok, pada kesempatan yang cukup cerah ini (khususnya daerah Cirebon dan sekitarnya), TS akan menyelenggarakan diskusi seputar prostitusi online.
Ya, prostitusi online, topik yang belum juga pergi dari bumi pergosipan nusantara. Topik yang juga nikmat untuk dibahas kaum adam dan hawa, apa lagi setelah munculnya tagar mencari rejeki 2019 dan 80 juta. Dan tanpa berbasa basi lagi, mari kita mulai diskusi malam ini.
Prostitusi. Prostitusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pramuriaan, dengan uraian yang lebih kompleks berupa pertukuran hubungan seksual dengan uang, hadiah, atau barang sebagai suatu transaksi.
Kalau menilik dari sejarah, prostitusi adalah sesuatu yang sudah ada dan berkembang dari masa lampau, masa di mana kita belum mengenal modernisasi. Polanya pun tidak jauh berbeda; menjadi perilaku seks sebagai sebuah barang dagangan, diperjual belikan, dan dijadikan objek ekonomi. Dan bisa ane bilang, 'prostitusi online' adalah evolusi dari jenis-jenis prostitusi yang sudah ada sebelumnya.
Ok, skip dari pandangan sejarah, mari beralih ke bahasan ane seputar harga.
Ane memiliki beberapa jawaban soal setujukah ane soal harga 80 juta untuk semalam. Pada intinya ane kurang setuju dengan tarif tersebut. Adapun alasannya ane uraikan dalam bahasan berikut. Cekidot.
Itu pendapat ane soal masalah prostitusi online yang kini merebak kembali. Pandangan ane di sini tidak menyudutkan pihak mana pun. Dan, ane pikir, ini pure opini seseorang mengenai sebuah masalah. Ini lumrah. Ini wajar, apalagi di negera demokrasi seperti sekarang ini.
Nah, sekarang giliran agan sista sekalian. Menurut agan, apakah tarif 80 juta itu dianggap ideal di Indonesia? Yuk corat coret di Indonesia.
Ok, pada kesempatan yang cukup cerah ini (khususnya daerah Cirebon dan sekitarnya), TS akan menyelenggarakan diskusi seputar prostitusi online.
Ya, prostitusi online, topik yang belum juga pergi dari bumi pergosipan nusantara. Topik yang juga nikmat untuk dibahas kaum adam dan hawa, apa lagi setelah munculnya tagar mencari rejeki 2019 dan 80 juta. Dan tanpa berbasa basi lagi, mari kita mulai diskusi malam ini.
Prostitusi. Prostitusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pramuriaan, dengan uraian yang lebih kompleks berupa pertukuran hubungan seksual dengan uang, hadiah, atau barang sebagai suatu transaksi.
Kalau menilik dari sejarah, prostitusi adalah sesuatu yang sudah ada dan berkembang dari masa lampau, masa di mana kita belum mengenal modernisasi. Polanya pun tidak jauh berbeda; menjadi perilaku seks sebagai sebuah barang dagangan, diperjual belikan, dan dijadikan objek ekonomi. Dan bisa ane bilang, 'prostitusi online' adalah evolusi dari jenis-jenis prostitusi yang sudah ada sebelumnya.
Ok, skip dari pandangan sejarah, mari beralih ke bahasan ane seputar harga.
Ane memiliki beberapa jawaban soal setujukah ane soal harga 80 juta untuk semalam. Pada intinya ane kurang setuju dengan tarif tersebut. Adapun alasannya ane uraikan dalam bahasan berikut. Cekidot.
Quote:
BAGI ANE; INI BUKAN SOAL PELAYANAN. TAPI JUGA HARGA DIRI. HARGA DIRILAH YANG HARUSNYA KALIAN MAHALKAN. DAN 80 JUTA ADALAH ANGKA YANG SANGAT SANGAT MURAH BAGI ANE
Seterah agan sista di sini mau setuju atau tidak. Tapi bagi ane mereka yang menjajakan tubuhnya seharga Rp 80 juta--atau lebih murah--tidak cukup pandai menjaga harga diri.
Ya, mungkin agak sedikit tidak nyambung antara harga diri dan pelayanan. Tapi bila agan pikirkan lagi, apa yang dilakukan mereka tak ubahnya seperti menjual tubuh, menjual diri. Dan, see... mereka merelakan dirinya untuk orang lain dengan hanya imbalan 80 juta. Padahal, dalam proses itu mereka bisa saja mendapat perlakuan kurang baik. Sebutlah siksa. Atau bahkan kehilangan nyawa.
Lah, kok bisa? Ya bisa dong. Kan mereka nggak bakal tahu siapa yang mereka layani. Coba bayangkan kalau yang mereka layani adalah mereka yang suka dengan bondage and sadism. Kebayang? So, kebayang dong, setelah mereka menerima uang itu, mereka harus merelakan tubuhnya bilur-bilur, kemaluannya rusak oleh benda tumpul, atau apalah yang biasa dilakukan penyuka sadism pada umumnya.
So, masih berpikir kalau tarif 80 juta itu mahal? Nggak. Tarif itu masih terlalu kecil. Bahkan sangat kecil untuk harga sebuah keselamatan dan harga diri.
Quote:
Seterah agan sista di sini mau setuju atau tidak. Tapi bagi ane mereka yang menjajakan tubuhnya seharga Rp 80 juta--atau lebih murah--tidak cukup pandai menjaga harga diri.
Ya, mungkin agak sedikit tidak nyambung antara harga diri dan pelayanan. Tapi bila agan pikirkan lagi, apa yang dilakukan mereka tak ubahnya seperti menjual tubuh, menjual diri. Dan, see... mereka merelakan dirinya untuk orang lain dengan hanya imbalan 80 juta. Padahal, dalam proses itu mereka bisa saja mendapat perlakuan kurang baik. Sebutlah siksa. Atau bahkan kehilangan nyawa.
Lah, kok bisa? Ya bisa dong. Kan mereka nggak bakal tahu siapa yang mereka layani. Coba bayangkan kalau yang mereka layani adalah mereka yang suka dengan bondage and sadism. Kebayang? So, kebayang dong, setelah mereka menerima uang itu, mereka harus merelakan tubuhnya bilur-bilur, kemaluannya rusak oleh benda tumpul, atau apalah yang biasa dilakukan penyuka sadism pada umumnya.
So, masih berpikir kalau tarif 80 juta itu mahal? Nggak. Tarif itu masih terlalu kecil. Bahkan sangat kecil untuk harga sebuah keselamatan dan harga diri.
Quote:
JIKA PELAKUNYA TIDAK MEMANDANG AGAMA, ATAU TIDAK MENGGUNAKAN AGAMA SEBAGAI SEBUAH PEGANGAN HIDUP, TOLONGLAH JANGAN 80 JUTA. LEBIH BAIK NAIKKAN; 500 JUTA ATAU 5 MILIAR SEKALIAN
Ane paham, ada yang melegalkan perkara ini karena alasan ekonomi. Ok, ane paham. Tapi kalau menurut ane, 80 juta itu masih terlalu murah. Kenapa? Karena orang-orang misqueen masih bisa menjangkaunya. Pasanglah tarif tinggi, seenggaknya 500 juta atau lebih agar orang misqueen tidak bisa menggunakan jasa ini.
Lah, kok gitu? Ya memang begitu. Bayangkan, kalau tarif esek-esek di negeri ini murah, berapa banyak orang yang menggunakan jasa ini? Berapa banyak laki-laki yang masuk rumah bordil? Berapa banyak laki-laki yang melupakan istrinya? Berapa banyak laki-laki yang lebih memilih bujang dan beresek-esek ria dibanding beristri? Dan, berapa banyak dan luas penyebaran HIV di negara kita?
Ya. Ane nggak munafik, sesuatu yang berhubungan dengan esek-esek memang nikmat. Tapi, cobalah berpikir lebih logic. Berpikirlah akibat esek-esek di atas?
Coba bayangkan bila esek-esek menerapkan tarif sultan. Tarif yang super duper mahal. Tarif yang tidak mudah dijangkau oleh semua kalangan. Dengan tarif itu, pelaku esek-esek akan hidup enak. Dengan tarif itu, tidak akan banyak orang menggemari dunia ini. Dan dengan tarif itu pula, mereka yang mau beresek-esek ria juga harus sadar diri; agan kudu kerja mati-matian buat nikmati enaknya bersenggama dengan orang yang nggak ada ikatan apa pun dengan agan. Hasilnya? PSk jadi hidup enak, pria hidung belang berkurang, harga diri pelaku lebih tinggi, pria hidung belang lebih rajin, tidak banyak istri yang ditinggalkan, da tidak banyak penyebaran HIV.
Quote:
Ane paham, ada yang melegalkan perkara ini karena alasan ekonomi. Ok, ane paham. Tapi kalau menurut ane, 80 juta itu masih terlalu murah. Kenapa? Karena orang-orang misqueen masih bisa menjangkaunya. Pasanglah tarif tinggi, seenggaknya 500 juta atau lebih agar orang misqueen tidak bisa menggunakan jasa ini.
Lah, kok gitu? Ya memang begitu. Bayangkan, kalau tarif esek-esek di negeri ini murah, berapa banyak orang yang menggunakan jasa ini? Berapa banyak laki-laki yang masuk rumah bordil? Berapa banyak laki-laki yang melupakan istrinya? Berapa banyak laki-laki yang lebih memilih bujang dan beresek-esek ria dibanding beristri? Dan, berapa banyak dan luas penyebaran HIV di negara kita?
Ya. Ane nggak munafik, sesuatu yang berhubungan dengan esek-esek memang nikmat. Tapi, cobalah berpikir lebih logic. Berpikirlah akibat esek-esek di atas?
Coba bayangkan bila esek-esek menerapkan tarif sultan. Tarif yang super duper mahal. Tarif yang tidak mudah dijangkau oleh semua kalangan. Dengan tarif itu, pelaku esek-esek akan hidup enak. Dengan tarif itu, tidak akan banyak orang menggemari dunia ini. Dan dengan tarif itu pula, mereka yang mau beresek-esek ria juga harus sadar diri; agan kudu kerja mati-matian buat nikmati enaknya bersenggama dengan orang yang nggak ada ikatan apa pun dengan agan. Hasilnya? PSk jadi hidup enak, pria hidung belang berkurang, harga diri pelaku lebih tinggi, pria hidung belang lebih rajin, tidak banyak istri yang ditinggalkan, da tidak banyak penyebaran HIV.
Itu pendapat ane soal masalah prostitusi online yang kini merebak kembali. Pandangan ane di sini tidak menyudutkan pihak mana pun. Dan, ane pikir, ini pure opini seseorang mengenai sebuah masalah. Ini lumrah. Ini wajar, apalagi di negera demokrasi seperti sekarang ini.
Nah, sekarang giliran agan sista sekalian. Menurut agan, apakah tarif 80 juta itu dianggap ideal di Indonesia? Yuk corat coret di Indonesia.
SESEKALI BAHAS YANG BERFAEDAH
ARTIKEL DARI INTUISI PRIBADI TS | GAMBAR DARI GOOGLE.CO.ID
JANGAN LUPA CENDOL DAN FOLLOW GAN!!!
Spoiler for MIMIN WAJIB BUKA:
Spoiler for BACA ARTIKEL ANE YANG LAIN!:
newterminalspa memberi reputasi
2
1.6K
21
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan