Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

joko.winAvatar border
TS
joko.win
Denny Siregar: Ngamuknya Anggota DPR M. Nasir ke Dirut Inalum


Denny Siregar pegiat sosial media

Saya lucu melihat anggota DPR bernama Muhammad Nasir waktu dengar pendapat dengan Direktur Utama Inalum. M Nasir ini anggota DPR dari Partai Demokrat. Dia ada di komisi VII yang membidangi sektor energi, sumber daya mineral, riset dan teknologi, juga lingkungan hidup. Dan seharusnya anggota DPR yang ada di situ itu yang pintar-pintar, paham bagaimana mengawasi pengelolaan negara termasuk perusahaan di sektor yang bersangkutan. Tapi ternyata enggak.

Video saat M. Nasir berantem dengan Orias Petrus Moedak, Direktur Utama Inalum, bikin saya ketawa ngakak. Apa pasalnya? Ya, kualitas berpikir DPR kita ternyata jauh lebih rendah bahkan dari saya yang rakyat biasa.

Coba bayangkan, bagaimana bisa seorang anggota DPR membandingkan utang perusahaan besar seperti Inalum dengan dia utang usaha di bank? Jelas beda. Ini bisa diartikan si M. Nasir itu enggak paham dunia ekonomi bahkan pada tingkat pelajaran yang paling dasar.

Memang bagi orang biasa, atau pengusaha biasa, mungkin seperti M. Nasir, mereka biasanya utang di bank untuk mendapatkan kredit usaha. Dan utang di bank harus mengikuti prosedur bank, seperti menjaminkan sertifikat rumah atau barang berharga.

Bagaimana kalau tiba-tiba si M. Nasir enggak bisa bayar utang? Ya, sertifikatnya pasti disita bank, karena sudah dijaminkan sebagai pelunasan utang. Tapi beda dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Inalum yang punya aset Rp 162 triliun itu. Inalum sudah enggak mungkin utang ke bank seperti si M. Nasir biasa utang.

Bahkan dengan aset sebesar itu, Inalum bisa saja membeli banknya. Perusahaan sebesar Inalum itu selalu berutang ke pasar modal, pasar yang jauh lebih luas dan besar daripada sebuah bank.

Di pasar modal banyak sekali perusahaan Capital atau bahkan perseorangan yang mencoba memutarkan dananya lewat skema-skema investasi. Banyak pilihan investasi di pasar modal, mulai dari yang moderat sampai yang risikonya tinggi tetapi hasilnya juga tinggi.

Inalum dengan modal aset Rp 162 triliun itu dan pekerjaan yang sedang dan akan dikerjakan mereka dengan nilai yang juga ratusan triliun rupiah itu, mencari utangnya ya ke pasar modal.

Untuk apa sih sebenarnya utang itu? Pertama, untuk membayar utang lama yang jatuh tempo yang terbit saat dulu sebelum masa pemerintahan Jokowi sudah salah kelola. Yang kedua, untuk memperbesar aset dengan mengambil alih atau mengakuisisi perusahaan besar lainnya, seperti Freeport. Ya, utang memang jadi lebih besar dengan proses akuisisi itu, tapi juga potensi pendapatan menjadi berlipat-lipat.

Saya yakin, itu Direktur Utama Inalum dan banyak pemain pasar modal lainnya, pada ketawa ngakak melihat si M. Nasir dari Demokrat itu ngamuk dan membuka ketidaktahuannya dengan telanjang.

Baca juga: Dirut Inalum Diusir Demokrat dari Rapat DPR

Direktur Utama Inalum Orias Petrus Moedak mengikuti Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Selasa, 30 Juni 2020. (Foto: Cokro TV)

Untuk mendapatkan uang dari pasar modal itu, Inalum kemudian menerbitkan surat utang yang dikenal namanya dengan bond. Mengeluarkan surat utang itu juga enggak main-main, karena melibatkan perusahaan-perusahaan internasional sebagai underwriter, atau penjamin. Tugas perusahaan yang menjadi underwriter itu adalah melakukan evaluasi terhadap Inalum, apakah dia punya kemungkinan bayar utang atau tidak.

Sebagai contoh, waktu Inalum mengakuisisi Freeport sebesar Rp 55 triliun, perusahaan underwriter-nya mulai dari Citibank, BNP Paribas, CIMB Malaysia sampai Standar Chartered. Nama-nama internasional semua, bukan kaleng-kaleng.

Lalu kenapa si M. Nasir ngamuk-ngamuk? Karena dia enggak paham, enggak pernah mau belajar tapi sudah duduk di komisi yang sangat penting di DPR RI.

Kalau begitu, apa jaminan dari Inalum kepada para pemberi pinjaman yang pegang surat utang atau bond mereka? Ya, kepercayaan. Para pemberi pinjaman percaya kepada Inalum berdasarkan bukti-bukti nilai aset dan pekerjaan mereka yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan internasional itu. Nilai kepercayaan ini sangat besar dibantu dengan bukti-bukti kemampuan bayar. Nama Inalum dan nama perusahaan-perusahaan penjamin dengan brand internasional itu sebagai jaminan.

Lalu bagaimana kalau misalnya Inalum tiba-tiba tidak mampu bayar lagi? Apakah asetnya disita? Haha ya tentu tidak. Karena surat utang itu jaminannya bukan aset, tetapi kepercayaan, jadi tidak ada yang akan disita.

Palingan nama Inalum dan perusahaan underwiter itu akan jatuh dan ini berbahaya karena berpengaruh pada nilai saham. Para pemberi pinjaman tentu juga tidak ingin Inalum jatuh, maka mereka akan kembali memberikan utangan. Jaminannya apa? Ya, kepercayaan lagi.

Begitulah hukum di dunia pasar modal. Si peminjam mendapatkan uang untuk bekerja, dan si pemberi pinjaman mendapatkan keuntungan dari hasil kerja si peminjam. Jaminannya ya surat utang atau bond itu. Dan itu biasa saja, sudah berlaku puluhan tahun lamanya.

Lalu kenapa si M. Nasir ngamuk-ngamuk? Karena dia enggak paham, enggak pernah mau belajar tapi sudah duduk di komisi yang sangat penting di DPR RI. Saya yakin, itu Direktur Utama Inalum dan banyak pemain pasar modal lainnya, pada ketawa ngakak melihat si M. Nasir dari Demokrat itu ngamuk dan membuka ketidaktahuannya dengan telanjang.

Sebagai tambahan informasi, M. Nasir ini kakak kandung M. Nazaruddin, mantan Bendahara Demokrat yang pernah dipenjara karena kasus korupsi Wisma Atlet. Enggak penting juga sih, cuma supaya kita tahu saja.

Pesan moralnya, untuk para partai terutama Partai Demokrat, tolong lah bro, cari anggota DPR yang mumpuni untuk duduk di bidang yang bergengsi seperti Komisi VII itu. Jangan orang enggak tahu apa-apa, malah didudukkan di sana. Akhirnya ya begitu, pakai emosi untuk menutupi ketidaktahuannya selama ini. Ketika akal tidak bekerja, otot yang bicara.

Gua juga enggak pintar-pintar amat masalah obligasi ini, tapi gua mau belajar supaya mengerti. Bukan kemudian sudah bodoh, tapi sok tahu, dan tudiang sana tuding sini. Jadinya bukan kelihatan pintar, tapi makin memperlihatkan kebodohan yang hakiki.



Seperti diketahui Anggota Komisi VII Muhammad Nasir, terlibat perdebatan dengan Direktur Utama Inalum Orias Petrus Moedak. Dalam rapat Komisi DPR M. Nasir mencecar Orias dengan pertanyaan seputar penerbitan utang holding BUMN Tambang, untuk membayar utang yang akan segera jatuh tempo (refinancing).

Saat rapat berjalan, Nasir meminta Orias untuk keluar dari ruangan jika tidak bisa menunjukkan data kepada legislatif terkait kebijakan utang tersebut.

"Makanya saya minta data detailnya mana? Kalau bapak sekali lagi gini saya suruh bapak keluar ruangan ini," kata dia.

Orias pun langsung mengamini pernyataan tersebut.

"Kalau bapak suruh keluar, izin pimpinan, saya keluar," kata Orias.

https://www.tagar.id/denny-siregar-n...e-dirut-inalum



Diubah oleh joko.win 02-07-2020 04:11
bstepanus
hendi38
rinandya
rinandya dan 7 lainnya memberi reputasi
8
3.5K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan