Untuk memahami counter attack lebih jauh, baiknya kita pahami dulu filosofi gaya permainan tersebut. Serangan balik bisa dikatakan sebagai permainan bagi mereka yang tertekan dan ditindas oleh tim lawan diatas lapangan hijau. Maka dari itu, kadang serangan balik yang akurat dan mematikan cukup menghibur para penggila sepakbola seolah mengajarkan bagaimana keberhasilan dalam bertahan hidup dalam kondisi mendesak dan tertekan. Serangan balik yang paling jitu dan menawan adalah mereka yang mampu mengolah serangan balik secara cepat dan tak terduga, Real Madrid bisa dibilang jago dalam hal ini.

Bayangkan ketika disatu sisi stadion, supporter yang sedang bersorak dan bersiap merayakan gol tim kesayangannya, hanya selang beberapa detik kemudian mereka malah terbungkam karena justru tim kesayangan mereka menjadi korban keberhasilan serangan balik. Itulah serangan balik, yang bisa menjadi satu titik perubahan dalam sejarah sepakbola.

Apakah serangan balik bisa dilatih? tentu saja bisa, namun perlu kita akui kondisi permainan dilapangan sering menuntut tim untuk melakukan improvisasi dalam counter attack dan serangan balik tidak semudah yang telah dirancang diatas kertas. Serangan balik selalu dimulai dengan memanfaatkan celah yang tidak sengaja diciptakan. Celah tersebut bisa berada dititik manapun dan bahkan jika dilihat sekilas tidak ada setitik celah pun untuk serangan balik, disini menjadi salah satu playmaker/advance playmaker untuk mencari celah tersebut dan menginisiasi serangan. Ekspansi lapangan secara utuh dengan mengoptimalkan penguasaan bola yang berlangsung dalam waktu lama bisa hancur sepersekian detik dengan kejutan yang dibangun dalam serangan balik, mungkin itu yang dirasakan timnas Spanyol di Piala Dunia 2014 saat mereka dihancurkan 1-5 oleh squad De Oranje.

Pernah ada suatu tim yang hidup dengan keuangan yang mapan dan nama yang malang melintang justru malah beradaptasi dengan gaya serangan balik dalam satu musim kompetisi. Merekalah Internazionale pada 2010 hidup dibawah asuhan Jose Mourinho yang mengambil alih kejayaan di Italia dan Eropa, dengan gaya main monoton yakni bertahan pada garis yang cukup dalam, lalu ketika lawan sedikit saja melakukan kesalahan langsung saja tim biru hitam mengontrol bola langsung mengkreasi serangan lewat seorang Wesley Sneijder, yang secara cepat mengumpan bola kepada Milito atau Eto'€™o yang sudah menunggu digaris pertahanan lawan.

Inter yang berhasil dengan gaya serangan balik mereka unggul 3-1 pada leg pertama semifinal UCL 2010 yang dilangsungkan di Giuzeppe Meazza, praktis di leg kedua Inter tak masalah jika harus menerima hasil imbang atau kalah dengan selisih 1 gol, Dan ketika menjalani leg kedua di Camp Nou, benar saja Mou benar² tidak melayani permainan menyerang yang disajikan oleh Guardiola. Mungkin ia sadar, jika Inter meladeni permainan menyerang ala Barca yang notabene bermain didepan pendukungnya sendiri, peluang untuk lolos ke final menjadi sangat kecil. Akhirnya, Mou hanya bermain dengan gaya pertahanan total dan tak ada yang spesial dari Inter pada laga tersebut. Yang semakin lama orang menyebut Mou sebagai tukang parkir bus. Namun dengan strategi tersebut nampaknya menjadi keberhasilan tersendiri bagi Internazionale terutama untuk Mou. Selama 90 menit tiki taka milik Barcelona tidak laku dihadapan pendukungnya sendiri, hanya satu gol Pique dimenit '84 yang bisa dibilang tidak ada yang lebih sekalipun ia tidak mencetak gol.

Sekitar musim 2013/14 sepertinya permainan serangan balik mengalami perkembangan dan tidak lagi hanya menyoal tumpukan pemain dibelakang namun bagaimana menerapkan serangan balik secepat mungkin, hal tersebut tercermin dari laga semifinal UCL 2013/14 dimana El Real yang dipimpin Ancelotti memperlakukan Munchen seperti tim medioker. Strategi Ancelotti disebut sebagai Reaktif Football "bertahan sedalam dalamnya dan menyerang secepat cepatnya". Reaktif Football bekerja dengan kesolidan lini belakang serta baiknya koordinasi dengan lini tengah sebelum memanfaatkan kesalahan dan menerobos celah yang diciptakan oleh lawan lalu siap menggencarkan serangan balik cepat nan mematikan. Taktik ini bisa diawali dengan formasi awal 5-3-2 dengan sesekali mengandalkan fulbek atau gelandang sayap sebagai sprinter untuk membuat pertahanan lawan gak karuan sebelum mereka kembali menyusun rapi sistem pertahanan.

Counter attack atau reaktif football telah menjadi senjata utama Madrid terutama untuk menghadapi tim dengan gaya penguasaan bola yang tinggi seperti Barca dan Munchen. Tidak hanya tim tersebut, namun mereka menerapkan serangan balik cepat saat melawan tim² La Liga maupun kompetisi internasional. Salah satu kunci horornya reaktif football milik El Real adalah amunisi mereka terlebih lagi kecepatan yang dimiliki masing² lini. Benar saja, siapa yang mempertanyakan kecepatan serangan trio BBC yang dikawal Ronaldo dan Bale sebagai sprinter dengan Benzema ditengah sebagai penyempurnaan serangan mereka.

Belum lagi aksi dari gelandang sayap mereka, Di Maria dan Coentrao ketika menerima key passes dari rekannya, penonton bisa dibutakan dengan kelihaian mereka dalam mengkreasi serangan balik dengan pemikiran singkat, cepat. dan akurat. Itu semua merupakan poin penting terciptanya keberhasilan reaktif football yang cepat dan berbahaya. Yang terpenting, tidak ada alasan untuk memperlambat ketika mendapat momentum serangan balik. Seperti Benzema, ia sering kembali mengoper bola ke tengah agar rekannya bisa berlaro mencari ruang lebih atau ke belakang jika memang celah yang didepan sudah tertutup, Bola tidak boleh stuck terlalu lama disatu titik atau reaktif football akan terlihat sia² dan dicap gagal.