BU Guru Nuryanti (39), dari Temanggung (Jateng) ini digerebek warga karena berbuat mesum dengan pemulung. Demi anak-anak, Daldiri (45), memaafkan. Tapi Bu Guru memilih kabur bersama sang pemulung. Alasannya, terima kasih atas pintu maaf suami yang begitu besar, tapi sayang “anumu” terlalu kecil.

Banyak ibu rumah tangga yang menganggap seks sebagai panglima, terutama bagi mereka yang berpenampilan “mbongkok udang”. Dia tak pernah puas akan pelayanan suami. Bahkan ada yang beranggapan bahwa, “burung” suami yang berukuran jumbo adalah lambang kebahagiaan. Maka banyak istri yang punya PIL gara-gara menganggap perangkat keras suami terlalu imut-imut.

Ny. Nuryanti yang jadi guru di Candiroto Temanggung, ternyata termasuk wanita yang haus asmara. Sudah 15 tahun menikah dengan Daldiri, tak pernah merasa bahagia karena masalah urusan ranjang. Soalnya, ibarat wayang Prabu Baladewa dari Mandura, “nenggala” suaminya hanya berukuran S. Padahal maunya Bu Guru, aset suami itu seperti gada “rujakpolo” milik Raden Werkudara. Sekali buat nggebuk, jan tanja temenan (baca: mengasyikkan).

Sekali waktu Nuryanti tanpa sengaja melihat pemulung setengah baya sedang kencing di bawah pohon pisang. Melihat “cocok rawa” yang bukan milik Didi Kempot tersebut, Bu Guru langsung terpana. Ukurannya betul-betul ndemenakake (memukau). Hal ini menjadi catatan penting dalam sanubari Bu Guru, sehingga lain hari akan dilakukan lobi-lobi politik untuk bisa mendekati pemulung tersebut.

Lain hari sejumlah barang bekas ditawarkan kepada pemulung yang ternyata bernama Paijo (41). Bahkan bukan saja diberi barang bekas, masih juga dikasih minum dan diajak ngobrol ngalor ngidul tentang suka dukanya jadi pemulung di era Covid-19. Dalam hati Bu Guru mengatakan, “Rejekimu memang kecil, tapi barangmu cukup gede.”

Sejak itu Nuryanti-Paijo jadi akrab, bahkan ketika di rumah sepi sang pemulung diajak masuk ke kamar untuk memuaskan hasrat Bu Guru. Namanya juga rejeki nomplok, mau nolak kan nggak baik. Maka Paijo yang tadinya hanya memulung kardus-kardus atau plastik bekas dari Bu Guru, kini malah berhasil “memulung” pemilik rumah
sekalian.

Warga di Candiroto mulai curiga ketika pemulung itu malam hari juga main ke rumah Bu Guru. Apa urusannya, pemulung kok datang malam hari dan tidak pakai kostum hariannya berupa keranjang besar, besi pengait dan topi pandan. Sejumlah warga mencoba mengintip lewat genting yang dibuka barang sedikit, kebetulan rumah Bu Guru memang tidak pakai plafon.

Apa yang terlihat nun jauh di seberang sana? Ternyata Bu Guru dan pemulung sama-sama tanpa busana, sedang berhubungan intim bak suami istri. Ini benar-benar gila. Di kala orang pada takbiran karena besok Idul Fitri 1441 H, mereka malah berbuat mesum. Daldiri yang masih dalam perjalanan pulang diminta lebih cepat datang, karena ada kejadian luar biasa di rumah.

Tiba di rumah Daldiri kaget sekali karena melihat istrinya dan si pemulung disidang olek Pak Lurah. Bu Guru menyesal telah berbuat sejauh itu, tapi terus terang dia mengaku terpersona pada “burung” Paijo yang berukuran jumbo. Sedangkan selama ini dia tak pernah puas bersama suaminya.

Pak Lurah kemudian menyerahkan kepada Daldiri, damai saja atau lanjut ke jalur hukum. Demi anak-anak, Daldiri siap memaafkan istrinya, damar mancung kasusnya dicupet sampai di sini saja. Tapi anehnya, hari berikutnya Bu Guru malah kabur bersama Paijo. Kepada orang tuanya Nuryanti meninggalkan surat minta maaf untuk pergi bersama Paijo. Dia mengakui, pintu maaf suaminya sangat besar, tapi sayang “anunya” kecil, sehingga selama ini tak pernah puas.

Pekerjaan ditinggalkan, rela dikerjain Paijo sang pemulung. (req news/gunarso ts)

PARAH LU PAIJO

BU GURU







PAIJO



SUAMI SAH BU GURU