gabener.edanAvatar border
TS
gabener.edan
Banjir Tak Pernah Surut di TPU Semper


Jakarta, CNN Indonesia -- Wiwi hanya bisa melihat makam pamannya samar-samar dari kejauhan. Makam itu terpisah sekitar dua meter dari daratan karena genangan air yang mengelilinginya. Patok nisannya sudah reot.

"Coba di-zoom pakai kamera," Wiwi meminta suaminya untuk lebih mendekat. Memastikan bahwa itu memang benar makam pamannya yang meninggal 10 tahun lalu.

"Iya, benar," suami Wiwi memastikan.

Tak ada upacara panjatan doa. Tak ada baca yasin, tahlil, maupun taburan bunga. Usai memastikan nama yang tertulis di patok nisan itu benar nama pamannya, Wiwi langsung bergegas. Ia akan menuju makam selanjutnya.

Makam Paman Wiwi berada di kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semper, Jakarta Utara. Paman Wiwi adalah satu dari tiga anggota keluarganya yang dimakamkan di area itu. Dua makam lainnya adalah makam nenek dan kakek Wiwi.

Tiga makam itulah yang rutin Wiwi ziarahi setidaknya dua kali dalam setahun, terutama usai Idulfitri.

Wiwi datang dari Kotabumi, Kabupaten Tangerang. Ia datang bersama suami dan kedua orang tuanya yang sudah renta. Namun, Wiwi lahir dan besar di Jakarta Utara.

CNNIndonesia.com menjumpai Wiwi usai berziarah di makam neneknya, makam pertama dari tiga makam keluarganya yang akan ia kunjungi hari itu. Namun, nyatanya, ia tak benar-benar berziarah di makam pamannya. Sebab, air hampir menenggelamkan seluruh bagian makam, termasuk puluhan makam lain di sekitarnya.

Wiwi tak benar-benar ingat sejak kapan air mulai menenggelamkan makam pamannya. Namun, ia memastikan, air itu tak pernah surut saban kali ia berkunjung dalam lima tahun terakhir.

"Waktu itu pernah kalau nggak tenggelam itu, cuma jalan sedikit. Kakak saya di situ dari pinggir doang. Tapi sebelah sana emang udah nggak bisa," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (27/5).

Wiwi mengaku sempat meminta kakaknya yang tinggal di Jakarta Utara untuk mengurus pemindahan makam pamannya. Rencananya, jika dipindah, jenazah akan ditumpuk entah bersama kakek atau neneknya agar bisa kembali diziarahi.

"Boleh tapi mungkin dari keluarga belum ngurus," katanya.

TPU Semper berada di Jalan Rawa Malang, Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara. Berjarak sekitar 5 kilometer atau 10 menit perjalanan sepeda motor dari terminal kontainer, Tanjung Priok.

TPU Semper berada di atas lahan seluas sekitar 72 hektare dengan total 108.709 makam sejak dibuka pada 1984. Di bagian Selatan TPU adalah terminal peti kemas yang memanjang mengikuti luas area TPU.

Dari jalan Akses Marunda, satu-satunya jalan menuju TPU Semper adalah jalan beton berdebu. Bukan jalan besar. Namun di hari-hari biasa, lalu lalang di jalan itu lebih didominasi oleh kendaraan-kendaraan kontainer yang membawa peti kemas ke terminal yang berada persis di samping TPU itu.

Sementara itu, TPU Semper dibelah oleh sungai berair gelap dan tak mengalir jika bukan di musim penghujan. Salah satu warga yang enggan disebut namanya menuturkan luapan air sungai itulah yang kini merendam sejumlah area makam di TPU jika sedang di musim penghujan.

Menurut dia, banjir terakhir kali merendam hampir semua area TPU terjadi pada awal Januari lalu saat sebagian besar wilayah lain di Jabodetabek juga ikut terendam. Namun katanya, itu bukan kali pertama. Pasalnya, TPU Semper memang tak pernah surut dari banjir, bahkan hingga beberapa bulan setelahnya.

Kendati demikian, pengelola TPU bukan tak melakukan apa-apa. Iwan Setyawan, salah satu pengelola TPU Semper, menuturkan pihaknya saat ini terus berupaya menghilangkan air yang merendam sejumlah area makam di TPU.

Hal itu ia lakukan dengan mengoperasikan tiga pompa air di sejumlah titik setiap hari. Pompa itu kata Iwan beroperasi setiap hari sejak pagi hingga sore.

"Coba saja lihat, itu ada tiga," kata dia kepada CNNIndonesia.com di Kantor TPU, Rabu (27/5).

Berdasarkan catatannya, saat ini ada sekitar 700-800 makam di TPU Semper yang terendam karena banjir dan tak kunjung surut.

Kondisinya sekilas seperti kolam pemancingan yang sangat luas. Meski begitu, ia mengaku selama ini tak pernah mendapat keluhan dari pihak keluarga yang makam keluarganya terus terendam.

Pihak mengelola kata Iwan juga tak melarang jika pihak keluarga ingin memindahkan makam keluarganya yang terendam. Solusinya, makam akan ditumpuk dengan makam anggota keluarganya yang lain.

Permukaan Tanah Anjlok

Banjir memang bukan barang baru bagi Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membeberkan sejumlah alasan dasar yang membuat Jakarta terus terkena bencana banjir.

Peneliti Hidrologi Puslit Limnologi LIPI, M. Fakhruddin awal Januari menjelaskan, sejumlah alasan banjir kerap menghantui Ibu Kota. Selain karena berada di dataran, Jakarta menurut dia terus mengalami penurunan permukaan tanah akibat pembangunan gedung besar diiringi pengambilan air tanah berlebihan.

Sementara itu, Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Robert Delinom pada 2019 lalu mencatat, rata-rata permukaan tanah Jakarta menurun 2,5 cm per tahun. Dengan angka penurunan itu, diprediksi, pada 2050 permukaan tanah di Jakarta khususnya Jakarta Utara, setidaknya menurun 75 cm dalam kurun waktu 30 tahun ke depan.
Angka 75 cm itu menurut Robert setara panjang kaki orang dewasa.

"Kalau 30 tahun ke depan, dengan 2 setengah cm artinya turun 75 cm. Khususnya Jakarta Utara," kata Robert saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (11/11).

Ia memaparkan, sejumlah aktor penyebab penurunan tanah Jakarta. Robert mengatakan setidaknya ada tiga faktor penyebab penurunan tanah di Jakarta.

Pertama, katanya, disebabkan oleh pengambilan air tanah oleh penduduk Jakarta. Pengambilan air tanah berlebihan menyebabkan penurunan tanah di Jakarta.

Faktor kedua adalah penurunan tanah juga disebabkan oleh faktor geologi seperti jenis tanah aluvial. Tanah aluvial tergolong sebagai tanah muda yang terbentuk dari endapan halus

Faktor ketiga adalah tata guna lahan. Ia mengatakan Pemprov DKI Jakarta harus efektif melakukan tata guna lahan. Jangan sampai ada pertambahan bangunan skala masif di Jakarta Utara. Robert menyarankan agar daerah-daerah yang mengandung tanah aluvial tidak dibangun secara masif.

Sementara itu, Tini tak berharap banyak saat kesekian kalinya ia harus berhimpitan dengan adik, anak, dan keponakannya saat berziarah ke makam bapaknya. Ibu paruh baya itu juga tak meminta makam bapaknya dipindah ke area yang tidak terendam air.

Tini warga asli Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ia datang bersama adik, anak, dan keponakannya dengan menyewa angkot untuk menziarahi makam bapak, ibu, dan adiknya. Meski di sekeliling makam bapaknya sudah digenangi air, ia enggan untuk memboyong makam itu.

Ia mengaku hanya ingin terus berdoa.

"Baca yasin. Ya diampuni dosanya. Diterangi kuburnya. Ditempatin sama Allah di Lailatul Jannah," katanya.

https://m.cnnindonesia.com/nasional/...-di-tpu-semper

Mari kita kesampingkan urusan wan abud...emoticon-Cool

Ane mau tanya....beneran kagak warga dki kagak tau ada bahaya yg mengintai jakarta akibat tanahnya semakin hari semakin turun.
Atau cuman pasrah saja dengan apa yg terjadi.
emoticon-Bingung
Diubah oleh gabener.edan 01-06-2020 06:00
snoopze
nomorelies
scorpiolama
scorpiolama dan 3 lainnya memberi reputasi
4
992
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan