Tak terasa kita semua sudah memasuki hari ke-22 Bulan Ramadhan. kalau di tahun-tahun sebelumnya, sudah banyak aktivitas yang kita lakukan di luar rumah. kini karena wabah pandemi, aktivitas tersebut hanya menjadi kenangan.

Kayaknya kita semua sepakat ya, kalau ramadhan tahun ini berbeda dengan ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Kalau dulu kita bisa bebas berekspresi (cieee) tanpa harus ada batasan ruang gerak. Mau di mana aja dan kapan aja, nggak masalah. Sekarang, mau nggak mau, harus tetap berada di rumah sesuai anjuran pemerintah, tidak keluar jika tidak darurat. Kalau pun harus keluar rumah, jangan lupa selalu gunakan masker dan sarung tangan serta bawa selalu hand sanitizer ke mana pun kita bepergian. Demi memutuskan rantai penularan pandemi dan kita semua bisa kembali beraktivitas dengan baik seperti sediakala. Aamiin Allahumma Aamiin.

Sebagian dari kita, sepertinya masih terekam jelas diingatan kita. Indahnya masa-masa ramadhan tahun lalu (nggak hanya bersamamu ada kenangan indah). Apa aja sih? Yuk kita bernostaligia sama-sama.

Kayaknya hampir di semua daerah atau wilayah ya, kalau saat waktu sahur tiba, remaja, para petugas ronda bahkan beberapa aparat ikut berbondong-bondong keliling kampung atau komplek sambil memukul sesuatu sambil menyerukan “Sahur ... sahur,” atau kalau di sini, suara pengurus masjid terdengar melalui speaker masjid. Berisik sih, tapi siapa sangka jadi kenangan, bahkan kadang sehari aja sahur tanpa ada teriakan garin masjid, terasa ada yang kurang. Sekarang karena covid-19, jangankan untuk membangunkan, remaja atau garin yang biasanya meramaikan masjid, harus pulang kampung demi kebaikan bersama.

Dulu, di antara kita, pasti ada yang ke masjid siap berbuka hanya untuk meletakan sajadah. ‘Booking’shaf istilah kerennya hahaha, apalagi kalau minggu pertama puasa. Kalau nggak nitip sajadah, pasti udah ramai dengan orang lain, dan kita nggak kebagian tempat untuk sholat jamaah di masjid. Nah, biasanya kalau di daerah TS, selesai sholat tarawih, ada beberapa sekelompok orang yang masih enggan untuk langsung pulang. Baik bapak-bapak, ibu-ibu atau anak-anak. Ada aja aktivitas mereka di masjid sesudah tarawih. Ada yang nunggu pedagang langganan mereka yang suka nongkrong di halaman masjid sambil ngobrol santai, bahkan ada salah seorang yang suka berbagi dengan mentraktir orang lain untuk makan bersama sambil bersenda gurau di teras masjid. Biasanya tokoh-tokoh masyarakat, seperti pak RT, pak RW atau yang lainnya. Sangat terasa kekeluargaannya bukan? Tapi ramadhan tahun ini, jangankan untuk ngumpul dan bercanda, untuk sholat tarawih berjamaah aja, pemerintah menganjurkan untuk sholat masing-masing di rumah.

Kalau kita mempunyai komunitas atau grup WA yang berjudul ‘Alumni’atau yang setipe, moment bulan ramadhan biasanya jadi ajang seru untuk ketemuan dengan teman-teman yang udah jarang banget ketemu. Rasanya kurang seru kalau nggak ngadain buka puasa bersama. Atau sekadar jalan-jalan untuk menghabiskan waktu menjelang berbuka. Kalau di sini jam-jam mendekati berbuka, area pantai atau taman, pasti ramai dengan beragam orang. Ada yang pasangan suami istri, orang tua bersama anak-anaknya dan para pedagang takjil tentunya. Dan karena pandemi, area-area keramaian bahkan ditutup untuk umum, hiks.

Tak bisa melakukan (lagi) hal yang menyenangkan karena sesuatu di luar kendali kita adalah hal yang menguji kesabaran. Tapi bukankah semua kejadian yang terjadi di dunia adalah atas seizin-Nya. Semoga dengan patuhnya kita terhadap anjuran pemerintah dan lebih peduli dengan kebersihan, bisa mempercepat musnahnya virus covid-19, Aamiin Allahumma Aamiin.

Tetap jaga kesehatan dan tingkatkan selalu daya imun diri sendiri dan keluarga, selalu positif thingking, tetap di rumah jangan keluar jik tidak darurat dan tetap semangat untuk berkarya ya!