Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

miesedaapsotoAvatar border
TS
miesedaapsoto
Semua Orang Ingin Diterima dan Dihargai, termasuk Orang dengan Gangguan Jiwa


Semua orang, pastilah memiliki rasa ingin diterima dan dihargai, tak terkecuali bagi mereka yang mengalami gangguan kejiwaan. Mereka mungkin sedang kehilangan kesadarannya tapi mereka tidak kehilangan hatinya.

Ada sebuah kisah menarik yang pernah dialami keluarga TS pada bulan ramadhan kami bertahun-tahun yang silam, yaitu saat TS masih kecil. Kisah tersebut berkaitan dengan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). InsyaAllah, kisah ini mengandung hikmah bagi kita semua yang 'merasa waras' di jaman ini.



sumber


Saat itu, sama seperti pagi lainnya, ayah shalat sunah di ruang depan, sementara TS dan ibu menyiapkan makanan sahur di dapur sambil mengobrol. Tiba-tiba, terdengar suara pintu diketuk agak keras dari luar.

Sontak, TS dan ibu TS jadi kaget. Ayah yang kebetulan sudah selesai shalat langsung melihat ke arah jam dinding, mata TS pun mengekornya. Ternyata, masih jam 2 pagi. Siapa yang bertamu ke rumah orang lain sepagi itu?

Ayah langsung mengambil tongkat kayu panjang yang memang selalu disiapkan untuk jaga-jaga karena di tempat tinggal kami kadang terjadi peristiwa pencurian. Melalui jendela kaca, ayah mengintip ke luar untuk melihat siapa tamunya sambil memastikan keadaan di luar.

Dengan agak mengeraskan suara, ayah bertanya, siapa sosok dibalik pintu itu dan ada keperluan apa. Karena sosok tersebut tak menjawab, ayah yang tak sabar langsung membuka pintu. Sementara, ibu dan TS mengintip mereka dari balik jendela.

Ayah bertanya, apa keperluan si pria tersebut. Dengan ekspresi ketakutan, si pria menggunakan kode bahwa dia lapar dan ingin sesuatu untuk dimakan. Ayah menyelidik si pria secara saksama. Dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Si pria membawa buntalan yang dibungkus kain. Ayah bertanya, apa isinya? Si pria menggeleng-gelengkan kepalanya sambil melindungi buntalannya, seolah takut direnggut ayah.

Merasa aman, TS dan ibu pun menyusul mereka ke teras rumah. Menurut dugaan ibu, sepertinya si pria tersebut adalah ODGJ. Dari jarak dekat, TS memperhatikan penampilan pria tersebut yang tampaknya berusia 40an.

Ia memiliki kumis lele dan berambut pendek yang kepanjangan. Memakai jaket hitam tebal dan baju kaos garis-garis dipadu celana panjang. Ia cukup terawat untuk kategori ODGJ.

Ibu mencoba mengajaknya berbicara, mulai dari bertanya asalnya, siapa namanya, berapa umurnya, dll. Namun, ia hanya menjawab dengan gumaman, senyum-senyum dan celingak-celinguk. Menurut TS, ia sepertinya memang tak bisa berbicara.

TS diminta ibu untuk membawakannya nasi dan lauk pauk. TS pun memberikannya sepiring nasi porsi "kuli". Ia makan dengan lahap. Sementara itu, kami melanjutkan sahur kami di dalam rumah.

Ayah masih mode waspada, sedangkan ibu sudah santuy. Menurut ibu, kewajiban kita untuk membantu sesama. Dari puluhan atau mungkin ratusan rumah yang telah dilaluinya, ia tiba dan memilih rumah kami untuk singgah.

Pastilah Allah yang menggerakkan hatinya, jelas ibuku. Lagi pula, kami punya nasi dan lauk berlebih. Tiba-tiba, terdengar ketukan lagi di pintu. Ibu dan ayah mendatangi asal suara dan si pria berdiri di sana sambil menyerahkan piring yang telah lenyap isinya dan gelas yang telah kosong.

Ibu bertanya sambil memberikan kode, apa dia mau nambah lagi tapi si pria menggelengkan kepala. Lalu, ia duduk lagi di kursi teras. Ayah yang masih belum tenang mengajak si pria berbicara.

Kata ayah, jika ia sudah kenyang dan cukup beristirahat, sebaiknya, ia segera pergi dari sana. Menurut ayah, posisi rumah kami yang berada tepat di samping jalan dan menjadi tempat lalu-lalang warga akan membuat warga bertanya siapa sosok pria itu.

Ayah cemas bahwa si pria akan melakukan sesuatu di luar dugaan dan keluarga kami yang akan disalahkan. Lagi pula, tak satupun dari kami yang tahu asalnya. Oleh karena itu, ayah berbuat begitu demi kebaikan bersama.

Menjelang adzan subuh, si pria pun pergi dengan sendirinya. Ayah dan ibu pun merasa lega karena kalau sudah pagi, tentu warga akan melihat pria itu duduk di teras kami dan akan banyak kekepoan warga yang harus kami hadapi.


***


Keesokannya, kami menjalankan sahur seperti biasa. Tiba-tiba, pintu rumah diketuk lagi dari luar. Ayah mengintip melalui jendela kaca dan ternyata, si pria kemarin yang datang lagi. Ayah bertanya, kenapa ia datang lagi.

Lagi-lagi, si pria memberikan kode bahwa ia lapar. Ayah pun meminta TS untuk mengambilkannya sepiring nasi dengan porsi kuli lagi. Hari itu, salah satu lauknya kalau tak salah, ikan sambel.

Seperti sebelumnya, si pria makan dengan lahap. Ibu TS yang sempat mengecek keadaannya di teras masuk dengan ekspresi wajah yang menahan tawa. Kami yang penasaran bertanya, ada apa gerangan.

Menurut ibu, si pria sepertinya sangat kepedasan dengan lauknya. Ia melihat si pria berkeringat di wajah dan dengan ekspresi kepedasan saat makan. Kasihan sekaligus lucu kata ibu.

Keluarga kami memang penyuka pedas. Jadi, kalau bikin sambal, cabainya pasti banyak. Kemudian, ibupun memintaku untuk mengisi kembali gelas minum si pria supaya ia tidak kepedasan.

Sejak itu, tiap hari di jam yang sama, si pria datang ke rumah untuk makan dan di jam yang sama pula dia pergi. Kira-kira, semingguan kalau tak salah. Setelah itu, tak terlihat lagi batang hidungnya.

Kami mendoakannya, semoga dimanapun ia berada supaya tetap sehat, banyak rejeki sehingga gak kelaparan, bertemu orang-orang baik buat ngasih dia makan.

Jika mungkin, semoga penyakit mental yang dideritanya segera disembuhkan Allah, aamiin allahumma aamiin. Tersirat pula harapan bahwa ia telah diurus keluarganya makanya ia tak pernah datang lagi.


Hingga detik ini, kami tak pernah bertemu dengannya lagi sehingga tak tahu apa kabarnya. Mari kita panjatkan doa dan harapan yang sama untuknya, ya Gan!.



Melalui kisah TS ini, TS menyadari bahwa jika seseorang datang meminta bantuan pada kita maka artinya, hatinya percaya bahwa kita bisa menolongnya.

Bisa saja, Allah yang menggerakkan hatinya untuk meminta bantuan kita, seperti yang ibu TS bilang. Tinggal bagaimana kitanya, mau atau tidak membantunya.

Bantu sebisa yang kita mampu karena membantu orang lain bukanlah hal yang sia-sia. Suatu hari, bisa saja kita terjebak dalam posisi yang butuh dibantu.

Dengan kata lain, saat kita membantu orang lain atau berbuat baik pada sesama, sesungguhnya, kita sedang membantu diri kita sendiri atau berbuat baik pada diri sendiri.

Oke, Gan itulah thread TS tentang berbuat baik kepada ODGJ. Berbuat baik tanpa memandang status atau kedudukan karena di mata Tuhan, semua manusia adalah sama. Hanya keimanan yang membedakan.

Terima dan hargai semua orang jika agan ingin diperlakukan dengan adab yang sama. Semoga thread ini menginspirasi kita untuk berbuat baik pada sesama. Bagaimana, Gan punya pengalaman yang sama? Monggo komentarnya, ya!




Quote:


Quote:



Spoiler for Bukti SS berbagi cendol:


Spoiler for Ss Bukti Isi Form COC Ramadhan 2020:



Quote:
Diubah oleh miesedaapsoto 01-05-2020 05:52
crazzyid
pakolihakbar
aldysadi
aldysadi dan 14 lainnya memberi reputasi
13
698
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan