Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
WHO : Cara Penularan Corona Kelelawar ke Manusia Masih Misteri
Spoiler for Jubir WHO Fadela Chaib:


Spoiler for Video:


Pernyataan Pemenang Nobel Kedokteran 2008, Luc Montagnier soal asal-usul virus Corona, cukup membuat WHO gamang.

WHO kini mengatakan bahwa cara penularan virus Corona dari Kelelawar ke Manusia masih menjadi misteri.

Posisi WHO di Januari 2020 yang didasari laporan China bahwa wabah penyakit Covid-19 berasal dari kebiasaan warga Wuhan memakan Kelelawar yang dibeli dari Pasar Satwa Wuhan.

Saat itu, China bersikukuh menyebut seluruh pasien Covid-19 awal, terkait dengan Pasar Satwa Wuhan pada 10 Desember 2019.

Namun atas investigasi tim medis dan ilmuwan, ditemukan bahwa pasien Covid-19 yang paling awal tercatat di rumah sakit China terdaftar pada tanggal 1 Desember 2019, dimana seluruh pasien Covid-19 tersebut, sama sekali tidak terkait dengan konsumsi Kelelawar, maupun Pasar Satwa Wuhan.

Ditekan temuan para ahli medis tersebut, pada awal Maret 2020, China akhirnya mengakui klaster awal pasien Covid-19, tidak terkait dengan Kelelawar dan Pasar Satwa Wuhan.

Itulah sebabnya, dari Eropa, Rusia, Jepang, sampai Amerika, kini semua menduga China menutupi sesuatu soal virus Corona dan penyakit Covid-19.

Namun demikian, dugaan tetaplah dugaan. Sampai terbukti, kita wajib berposisi netral yaitu tidak terburu-buru mengatakan posisi China benar, maupun mengatakan posisi Barat benar.

Tapi memang aneh Menkominfo kita sekarang ini. Hal yang masih dalam investigasi, sudah terburu-buru dilabeli Hoax, tanpa alasan ilmiah.

Menkominfo seharusnya mencontoh cara WHO menyikapi kebohongan China soal klaster pasien Covid-19 pada 10 Desember 2019 (terkait Kelelawar dan Pasar Satwa Wuhan) dan pengakuan terkini China soal klaster pasien Covid-19 pada 1 Desember 2019 (tidak terkait sama sekali dengan Kelelawar dan Pasar Satwa Wuhan).

Cara WHO bersikap di tengah Kebohongan China pada Januari 2020 yang diralat dengan Pengakuan China pada Maret 2020 adalah WHO kini menegaskan bahwa cara virus Corona bisa menular dari Kelelawar ke Manusia, masih menjadi misteri.

Itulah cara WHO menanpar dirinya sendiri akibat termakan informasi bohong yang disampaikan China pada Januari 2020.

Kalimat yang digunakan WHO soal dugaan rekayasa virus Corona di Lab Wuhan pun, kini tak lagi tegas dan banyak menggunakan kata-kata bersayap seperti 'kemungkinan', 'sepertinya', 'kita lihat nanti'.

Namun sungguh sangat disayangkan, media kita tidak menyadari nada keraguan yang kini terlihat dalam gaya bahasa WHO.

Seringkali sulit menerima kenyataan hidup di masyarakat yang sudah akrab dengan wabah penyakit yang dibahas dimana-mana setiap hari, tetapi bahkan media massa saja masih kesulitan membedakan cara penyebutan virus Corona (SARS-CoV-2) dengan penyakit yang ditimbulkannya, yakni Covid-19 (Corona Virus Disease 2019).

Jujur agak malu sendiri kalau baca berita yang menyebutnya virus Covid-19.

Itulah Indonesia. Tanah airku.

*

Enigma dari Covid-19 pula yang menyebabkan Pemenang Nobel Kedokteran 2008, Luc Montagnier menduga virus tersebut sebagai produk artifisial alias tidak secara alami. Ia melihat kejanggalan dari Covid-19 yang mengandung elemen dari HIV dan Plasmodium Malaria.

Sebab tidak mungkin dua elemen dari Kingdom yang berbeda yakni virus (HIV) dan Chromista (Plasmodium Malaria) saling berkimpoi silang secara alami.

Sehingga ia menduga Covid-19 merupakan hasil percobaan dan rekayasa.

Montagnier menduga ada kebocoran atau ‘kecelakaan’ yang terjadi di Laboratorium Wuhan (Wuhan Institute of Virologi) yang memang telah meneliti virus corona semenjak wabah SARS tahun 2003.

Sumber : Times of India[Coronavirus man-made in Wuhan lab: Nobel laureate]

Dugaan dari Loc Montagnier yang memiliki kredibilitas sebagai pemenang Nobel membuat WHO angkat bicara terkait asal mula virus Wuhan.

Pada Selasa 21 April 2020, melalui Juru Bicara WHO Fadela Chaib, Badan Kesehatan Dunia tersebut mengatakan bahwa berdasarkan pada bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa virus corona berasal dari hewan.

“Kemungkinan besar, virus itu berasal dari hewan,” kata Fadela.

Namun, WHO masih belum mengetahui secara jelas cara virus dari kelelawar mampu melintasi batasan spesies sehingga dapat menular ke manusia.

Mereka masih menduga-duga adanya inang perantara yang menyebabkan virus dari kelelawar tersebut dapat menginfeksi manusia. Artinya masih menjadi tanda tanya, bahkan bagi WHO sendiri.

Kebingungan WHO patut dimaklumi, karena di satu sisi WHO tidak bisa sembarang menuduh virus Corona hasil rekayasa laboratorium, tanpa bukti lebih lanjut.

Namun di sisi lain, WHO juga tidak bisa menghilangkan pertanyaan ilmiah mendasar soal bagaimana virus Corona bisa menular dari Kelelawar ke Manusia, tanpa keterkaitan dengan Pasar Satwa Wuhan (klaster 1 Desember 2019).

WHO pun kini menggunakan sayap dalam kalimat-kalimatnya.

Hal yang menarik untuk disimak selanjutnya adalah ketika ditanya apakah ada kemungkinan virus itu lolos dari laboratorium secara tidak sengaja, Fadela Chaib tidak merespon pertanyaan tersebut.

Sumber : Kompas [WHO Paparkan Bukti Covid-19 Bukan Berasal dari Lab di Wuhan]

Jawab dari WHO di atas sungguh menarik. Sebab, WHO yang pada awalnya dengan tegas mengatakan bahwa virus bukan berasal dari laboratorium kini terlihat lebih lunak.

WHO juga belum mengetahui secara pasti mengapa virus ini dapat menular dari yang awalnya eksklusif ada di kelelawar dapat menular ke manusia, bahkan kemudian dari manusia dapat menular lagi ke manusia lain.

Padahal apabila virus tersebut dari hewan, atau yang dikenal dengan sebutan penyakit zoonotik, maka ketika ia menular ke manusia, tidak akan mungkin menular ke manusia lain.

Contohnya seperti flu burung, flu babi, rabies, dan lain-lain. WHO menyebutkan bahwa penularan virus dari hewan-hewan ke manusia hanya dapat terjadi melalui kontak langsung. Namun virus tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menularkan diri dari manusia ke manusia lain.

Sumber : WHO [Influenza (Avian and other zoonotic)]

Akan tetapi penularan virus zoonotik dari manusia ke manusia terjadi dalam kasus SARS yang sempat mewabah di seluruh dunia. Oleh karena itu, dibentuklah tim penelitian yang melakukan investigasi akan virus yang sebenarnya hanya terkandung di tubuh kelelawar tapal kuda.

Tim yang dipimpin oleh Shi Zengli dari Wuhan Institute of Virology melakukan pengurutan DNA atau sekuensing dari 15 galur virus yang ditemukan dalam kelelawar. Galur-galur tersebut mengandung semua informasi genetik yang membentuk virus corona yang menjangkiti manusia (SARS). Meski tak satupun kelelawar memiliki galur yang sama dengan galur SARS, namun analisis yang dilakukan saat itu menunjukkan bahwa antar galur saling bersilang. Galur virus SARS bisa muncul dari berbagai persilangan tersebut. Hasil penelitian ini dipaparkan pada tahun 2017.

Selama penelitian, Shi Zengli dan tim ilmuwannya telah mengisolasi 300 sekuensi DNA virus corona kelelawar, yang kebanyakan belum dipublikasi. Mereka akan terus memonitor evolusi virus. Artinya dari berbagai persilangan galur virus, tim dari Laboratorium canggih Wuhan ini bisa saja menemukan galur yang dapat menginfeksi manusia ke manusia seperti SARS, atau dalam kasus 2019, bisa saja yang muncul berupa galur yang lebih parah penularannya, seperti pada virus SARS-CoV-2 (Corona).

Sumber : Nature [Bat cave solves mystery of deadly SARS virus — and suggests new outbreak could occur]

Sehingga pernyataan WHO yang tidak setegas sebelumnya, dan mengatakan belum mengetahui secara pasti mengapa penularan virus corona dari kelelawar dapat terjadi antar manusia menunjukkan bahwa mereka tengah menunggu informasi lebih lanjut tentang asal mula virus tersebut. Mereka hanya belum mendapatkan datanya. Itu pula mengapa pihak WHO tidak merespon lebih lanjut pertanyaan terkait ada ketidaksengajaan virus lolos dari lab Wuhan. Selain itu, WHO juga mempertimbangkan kecurigaan dari Luc Montagniere tentang virus ini.

Ibarat sebuah persidangan, WHO adalah hakim yang menimbang keputusan bersalah atau tidak berdasarkan bukti yang ada. Sedangkan Luc Montagnier kini tengah berperan sebagai jaksa penuntut umum yang menaruh kecurigaan atas logika dari asal usul virus Corona. Wajar jika Luc Montagnier mencurigai virus yang dapat dengan cepat menular dan mampu merubah wajah dunia sebagai suatu persilangan yang tidak alami.

Kita analogikan seperti kasus Novel Baswedan. Jaksa pasti akan mencurigai ada atau tidaknya otak dari penyerang Novel, karena ada kemungkinan seperti itu. Namun hakim pasti tidak akan mengambil keputusan tanpa adanya bukti.

Kita juga bisa analogikan dengan Jokowi yang pada mulanya tidak melarang mudik. Namun melihat situasi mudik dapat menjadi penyebab ledakan penyakit Covid-19, ia akhirnya mempertimbangkan untuk melarang mudik. Setelah melihat makin banyak kasus yang terjadi, akhirnya ia memutuskan untuk melarang mudik.

Begitu pula dengan WHO. Pernyataan mereka saat ini dapat berubah di masa mendatang ketika temuan baru ditemukan. Bisa jadi nantinya memang terbukti virus Corona berasal dari laboratorium Wuhan.
Diubah oleh NegaraTerbaru 26-04-2020 05:30
sebelahblog
deal71
nona212
nona212 dan 33 lainnya memberi reputasi
34
1.6K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan