Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

triyanti3Avatar border
TS
triyanti3
Banyak yang Dihentikan, Uji Coba Obat Potensial Covid-19 Tak Berhasil


Saat ini negara-negara maju sedang berlomba-lomba mencari dan mengembangkan obat penangkal dari virus corona. Salah satunya adalah Remdesivir.

Remdesivir merupakan salah satu obat yang dianggap sebagai prospek terbaik untuk mengobati Covid-19. Bahkan ini adalah salah satu obat yang diklaim Donald Trump “menjanjikan”.

Dilansir dari The Guardian, Remdesivir telah dilakukan uji coba pada 237 pasien, hasilnya tidak bekerja. Percobaan juga dihentikan lebih awal karena adanya efek samping.

The Guardian menyebutkan berita mengenai gagalnya uji coba obat ini telah diposting pada database uji klinis Organisasi Kesehatan Dunia, tetapi kemudian dihapus. Seorang juru bicara WHO mengatakan dokumen tersebut diunggah karena kecelakaan.

“Draf dokumen diberikan oleh penulis kepada WHO dan secara tidak sengaja diposting di situs web dan dihapus segera setelah kesalahan diketahui. Naskah sedang menjalani tinjauan dan kami menunggu versi final sebelum komentar WHO, ”kata Tarik Jasarevic, juru bicara WHO dikutip dari Theguardian.com.

Obat ini merupakan hasil racikan yang dibuat oleh perusahaan AS Gilead Sciences. Termasuk dalam obat antivirus yang diuji coba di Ebola, tetapi gagal menunjukkan manfaat di Afrika.

Banyak dokter telah memberikan remdesivir kepada pasien dengan “alasan kasih sayang” tanpa menunggu hasil uji coba. Karena cukup diminati, bahkan hingga uji coba pengobatan Covid-19 terbesar di dunia yang bertempat di Oxford belum dapat dilaksanakan, karena para peneliti tidak dapat memperoleh pasokan Remdesivir ini.

Beberapa dokter China juga akhirnya menghentikan uji pada pasien dengan gejala Covid-19 yang parah. Namun pihak Gilead masih mengklaim bahwa obat tersebut bisa berguna, mungkin pada pasien dengan versi penyakit yang lebih ringan.

Dalam percobaan, 158 pasien secara acak ditugaskan untuk diberi remdesivir, sementara 79 lainnya memiliki perawatan standar dengan plasebo. Tidak ada perbedaan antara kedua kelompok pasien tersebut dengan waktu pemulihan. Hanya di bawah 14% dari mereka yang menggunakan remdesivir meninggal, dibandingkan dengan hampir 13% dari mereka yang tidak memakai pengobatan.



sumber: http://www.wartaregional.com/2020/04...-tak-berhasil/
Masih belum ketemu juga obatnya, Masak kita cuman nunggu negara lain aja sih Gan...?
infinitesoul
sebelahblog
nichodoankk
nichodoankk dan 54 lainnya memberi reputasi
55
5.2K
76
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan