djalanloeroesAvatar border
TS
djalanloeroes
Viral, Karena Corona, Anak Yatim Piatu Kelaparan di Muara Enim: “Pak, Ada Nasi Ndak?”
Viral Anak Yatim Piatu Kelaparan di Muara Enim: "Pak, Ada Nasi?"
Era Neizma Wedya, Jurnalis · Rabu 22 April 2020 13:13 WIB



Dua anak yatim kelaparan di Mauara Enim (Ist)

MUARA ENIM - Viral di media sosial Facebook dua orang anak yatim piatu yang kelaparan di Dusun II Sebau Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Viralnya berita ini setelah dua anggota Bhabinsa dari Koramil dan Bhabinkamtimas Polsek Gelumbang memberikan sembako dalam rangka baksos wabah virus Corona. Kedua kakak beradik ini ditemukan dalam kondisi kurus kering karena kelaparan.

Dalam video berdurasi 25 detik itu, personel Polri dan TNI tengah datang ke sebuah rumah. Di rumah itu terlihat dua kakak beradik dalam kondisi sangat kurus. Satu terbaring di atas tempat tidur dengan tubuh yang sudah kurus kering. Sedangkan satu lagi masih sanggup berdiri, tapi sudah kurus dan terlihat tidak terurus.

"Ini kejadian di Muara Enim min. Mereka ini tinggal beduo di daerah Gelumbang. Ado kakaknyo tapi yo idupnyo pas-pasan," tulis akun @sumselreceh dalam posting-annya.

Mereka disebut kaget saat melihat polisi dan TNI datang. Salah satu di antaranya langsung menanyakan apakah ada yang membawa nasi.

"'Pak bawa nasi?' kata salah satunya saat polisi dan TNI datang. Mudah-mudahan cepat ditangani min, kasihan," tulisnya.

Kapolres Muara Enim, AKBP Donni Eka, membenarkan kabar tersebut. Keduanya diketahui saat polisi dan TNI datang untuk melakukan bakti sosial serentak COVID-19.

"Kejadian benar di Gelumbang, itu kemarin kita tahu saat bakti sosial. Dua kakak adik, tinggal di rumah orang tuanya yang sudah meninggal dan tidak terurus," katanya.

Donni mengatakan timnya akan kembali datang ke lokasi. Mereka bakal membawa tim kesehatan untuk menangani keduanya.

"Ini kita mau ke lokasi lagi. Ada tim medis kami bawa karena kemarin itu kami hanya bagikan bahan pokok saat bakti sosial. Kalau tidak ada bakti sosial mungkin kita tidak tahu ini," kata Donni.

(kha)


***

Hati siapa yang tak terenyuh membaca berita ini? Di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini, yang sudah 75 tahun merdeka, masih ada anak yatim piatu yang kelaparan.


Ke mana para penguasa, para pemimpin? Apakah mereka tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, bahwa konstitusi kita mewajibkan fakir miskin dan anak-anak telantar, termasuk yatim piatu, dipelihara oleh negara (Pasal 34 ayat 1 UUD 1945)?

Karena konstitusi kita mengamanatkan hal ini, seharusnya tidak ada anak yatim piatu yang kelaparan. Negara melalui tangan aparat atau pemimpinnya wajib menjaga, merawat, memelihara, dan menyantuni mereka.

Kalau kita mau bertanya, siapa sih sebetulnya yang menggaji para pemimpin itu? Untuk apa mereka digaji? Yang menggaji mereka adalah rakyat. Mereka digaji untuk menjaga dan mensejahterakan rakyatnya, termasuk anak yatim piatu.

Memang ironis di negeri ini, para pejabat yang seharusnya mensejahterakan rakyatnya, justru mengutamakan mensejahterakan diri dan keluarganya. Bahkan dengan mengesampingkan rakyat. Bahkan sering dengan cara-cara yang ilegal.

Berkali-kali kita dengar, di tengah kemiskinan rakyatnya yang meruyak, para pejabat justru gemar berganti-ganti mobil dinas yang mewah dengan menggunakan uang rakyat (baca: uang APBD [Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah]). Bahkan mereka memperkaya diri dengan melakukan korupsi yang berujung di terali besi. Sudah tak terhitung pejabat eksekutif dan legislatif yang akhirnya menjadi penghuni bui. 

Ini semua terjadi karena pejabat dilanda pandangan hidup hedonis yang silau dengan gemerlap dunia. Mereka ingin kaya raya, hidup mewah, di atas orang-orang kebanyakan dalam segala hal. Anehnya, ingin hidup demikian, tapi memilih jalan menjadi pejabat publik.

Pilihan hidup menjadi pejabat publik harusnya disadari sebagai pilihan “jalan menderita”. Karena menjadi pejabat publik adalah menjadi pelayan rakyat. Pejabat publik harus melayani, bukan dilayani. Kalau ingin kaya raya dan hidup bermewah-mewahan, pilihlah jalan lain, yakni menjadi pengusaha.

Tengoklah ke masa lalu, bukalah kisah kearifan dari berbagai agama, menjadi pejabat adalah menjadi pelayan rakyat. Sifat ini sudah banyak dicontohkan tokoh-tokoh penting berbagai agama, termasuk oleh para founding fathers kita. 

Kalau para pejabat menyadari posisi mereka, seharusnya tak ada lagi kejadian anak yatim piatu kelaparan. Dalam kondisi apa pun, termasuk saat wabah covid-19. Negara yang kaya raya ini, dengan kekayaan alam yang melimpah, dengan anggaran yang tersedia, kalau pejabatnya amanah, pasti bisa mensejahterakan mereka. Setidaknya memenuhi kebutuhan dasarnya. 

Apalagi, negeri ini adalah negeri dengan penduduk mayoritas Islam. Dalam Islam, anak yatim mendapat tempat yang mulia. Menyantuni dan menyayangi anak yatim sangat dianjurkan oleh Islam dan merupakan perbuatan baik yang banyak diseru dalam Al-Qur’an dan hadis. Sebaliknya, mengabaikan, apalagi menyakiti, anak yatim sangat dimurkai Allah SWT!

Agama-agama lain pun demikian. Menebarkan kasih sayang pada sesama, termasuk pada mereka yang kesusahan, seperti anak yatim, adalah perbuatan mulia yang sangat dianjurkan, sangat disukai Tuhan Yang Maha Kuasa.

Bukankah semua agama besar ada di sini? Dan bangsa kita terkenal sebagai bangsa yang religius?

Terima kasih buat anggota TNI dan Polri yang telah memulai kebaikan. Semoga yang lain tersentuh dan tergerak untuk berbuat yang sama.

Tabik.






kumaniaks
infinitesoul
sebelahblog
sebelahblog dan 48 lainnya memberi reputasi
49
2.4K
49
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan